Semoga cerita di bawah ini membuat hati kita semakin terbuka kepada siapapun..
Semua Orang adalah Sama..<http://id.mc765.mail.yahoo.com/mc/compose?to=info@batam-onlineshop.com>
Kisah
di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman,
atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian
layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya
adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
Sang
Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap
orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya
diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar
dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan
mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk
mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah
bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya
pikir,tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb,
saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di
taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald's yang berada
di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu
suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia
saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih
kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk
dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir,
dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir
keluar dari antrian. Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika
berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat
berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup
menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki
tunawisma yang sangat dekil!
Saya bingung, dan tidak mampu
bergerak sama sekali. Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya
menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan
saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya.
Lelaki ini bermata
biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia
menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima
'kehadirannya' ditempat itu.
Ia menyapa "Good day!" sambil tetap
tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk
membayar makanan yang akan dipesan.
Secara spontan saya membalas
senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh
dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh
berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua
itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah
"penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa
ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan
kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.
Ketika
wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya
pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona. Ternyata
dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka
(sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam
restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu).
Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba2
saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya
sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari
bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri
saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.
Saya baru
tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta
diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan
terpisah. Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas
lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke
meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan
lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua
lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu
di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak
tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini
telah saya pesan untuk kalian berdua."
Kembali mata biru itu
menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia
hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata,
"Sesungguhnya
bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di
sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar ucapan saya,
si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil
terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.
Saya
sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan
mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari
tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan
tangis saya sambil tersenyum dan berkata,
"Sekarang saya tahu,
kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk
memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku!"
Kami saling
berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan
menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu
memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain
yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap
makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul
oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami,
untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.
Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap,
"Tanganmu
ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada
disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan
lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."
Saya
hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki
itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka
langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan
tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali
apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu
benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya dan sekaligus
merupakan 'hidayah' bagi saya, maupun bagi orang2 yang ada disekitar
saya saat itu. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa
'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya
kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini
ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan
keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya
ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya
membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya
mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari
kelas untuk membacakan paper saya.
Ia mulai membaca, para
siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan
kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen
dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang
kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu
berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat
saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan
harunya.
Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja
menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis
diakhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan
caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.
Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan
di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Jika
anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan
menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan
tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi
sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!
Orang bijak
mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi
hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.
Untuk
berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan
kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan
kehilangan
semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan
bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang
mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.
Orang-orang
muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang
'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA,
karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua
itu dari pengalaman dirimu sendiri.
Sumber: Anonymous
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---