Pada tanggal 20/12/11, muhammad siswanto <
sis_aaa@yahoo.com> menulis:
> SUBHANALLAH..LUARBIASA.!
> Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: Aris Winarko <
abahsyifa@gmail.com>
> Sender:
milis_iqra@googlegroups.com> Date: Mon, 19 Dec 2011 20:47:48
> To: fupm<
fupm-mm2100@freelists.org>; <
milis_iqra@googlegroups.com>
> Reply-To:
milis_iqra@googlegroups.com> Cc: <
yoenant_dd@yahoo.com>; <
pramu.handoyo@yahoo.com>; <
yuni@nagai.co.id>
> Subject: [Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang
> di Pekalongan ........
>
> Kota batik Pekalongan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis,
> pukul 05.30, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan
> kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah
> berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono
> khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam
> polisi dengan pangkat brigadir.
>
> Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk
> mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat
> sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus
> becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan
> hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang
> jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut
> sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan
> tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti
> dihadapannya.
>
> Saat mobil menepi, Brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan
> memberi hormat.
>
> "Selamat pagi!" Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna .
> "Boleh ditunjukan rebuwes!" Ia meminta surat-surat mobil berikut surat ijin
> mengemudi kepada lelaki di balik kaca. Jaman itu surat mobil masih
> diistilahkan rebuwes.
>
> Perlahan, pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara
> penuh.
>
> "Ada apa pak polisi ?" Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia
> mengenali siapa pria itu. "Ya Allah…sinuwun!" kejutnya dalam hati. Gugup
> bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap
> menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
>
> "Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah !" Ia
> memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan
> Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang besar seperti Sultan HB
> IX mengendarai sendiri mobilnya dari Jogja ke Pekalongan yang jaraknya
> cukup jauh.
>
> Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk
> mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.
>
> " Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah !" Sinuwun turun dari
> sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes
> tanpa tahu harus berbuat apa.
>
> " Jadi…?" Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi
> Brigadir Royadin menjawabnya .
>
> "Em..emm ..bapak saya tilang, mohon maaf!" Brigadir Royadin heran, Sinuwun
> tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi
> dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan
> Raja-pun beliau tidak melakukannya.
>
> "Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya
> harus segera ke Tegal !" Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera
> membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang,
> ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai
> polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan
> hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah
> katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak
> mendapatkan dispensasi. "Sungguh orang yang besar…!" begitu gumamnya.
>
> Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia
> menghormat pada Sinuwun sebelum Sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya
> menuju ke arah barat, Tegal.
>
> Beberapa menit Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan, Brigadir
> Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran
> berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu tapi
> manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap
> menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
>
> Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes
> kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah
> dengan sepeda abu abu tuanya.
>
> Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi
> pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris.
> Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap
> komisaris polisi selaku kepala kantor.
>
> "Royadin, apa yang kamu lakukan ..sa'enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok
> tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!" Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa,
> ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak
> balik.
>
> " Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun..biarkan
> lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo Sinuwun?" Komisaris
> tak menurunkan nada bicaranya.
>
> " Siap pak, beliau tidak bilang beliau itu siapa, beliau ngaku salah ..dan
> memang salah!" Brigadir Royadin menjawab tegas.
>
> "Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku, kok malah mbok
> tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !" Derai
> komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.
>
> Brigadir Royadin pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya
> sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja
> ..memang Koppeg (keras kepala) kedengarannya.
>
> Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun,
> masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan
> rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar
> kabar, keberadaan Sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada
> akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk
> mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
>
> Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, satu minggu
> setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan
> bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota
> pekalongan selatan.
>
> Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya
> di persimpangan Soko dan memintanya untuk segera kembali ke kantor.
> Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang
> saat itu tengah menggengam selembar surat.
>
> "Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !" lemas tubuh Royadin, ia
> membayangkan harus menempuh jalan menanjak di pinggir Kota Pekalongan
> setiap hari, karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan
> soko .
>
> " Siap pak !" Royadin menjawab datar.
>
> "Bersama keluargamu semua, dibawa!" pernyataan komisaris mengejutkan, untuk
> apa bawa keluarga ketepi Pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.
>
> "Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar
> tetap di rumah sekarang !" Brigadir Royadin menawar.
>
> "Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Pekalongan – Jogja? Pindahmu itu ke Jogja
> bukan disini, Sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau
> dinaikkan satu tingkat.!" Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada
> digengamannya kepada brigadir Royadin.
>
> Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : " Mohon
> dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya
> selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta
> bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya
> satu tingkat." Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
>
> Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia
> tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia
> juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta
> pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
>
> " Mohon bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa
> pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan
> hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau
> atas kelancangan saya!" Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa
> luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang
> komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi
> korban ketegasannya.
>
> Bulan July 2010, purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik. Suaranya
> yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita
> kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi
> meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya.
> Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa
> baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu
> dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .
>
> Sumber:
jogjakini.wordpress.com>
> --
> pojok rehat <
http://www.pojok-rehat.blogspot.com>
> grosir herbal <
http://www.diskonherbal.blogspot.com>
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung :
Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com> Keluar :
Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com> Situs 1 :
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra> Mod :
moderator.milis.iqra@gmail.com> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung :
Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com> Keluar :
Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com> Situs 1 :
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra> Mod :
moderator.milis.iqra@gmail.com> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-