Tuesday, May 26, 2009

[Milis_Iqra] Re: APA ITU NEOLIBERALISME?

Tulisan yang bagus, tapi tidak memuat jalan keluarnya bagi rakyat
Indonesia, tolong dong di kasih tahu jalan keluarnya agar tidak
terus-terusan dijajah gitu.

Pada tanggal 25/05/09, Fairy Rona <design.rona@gmail.com> menulis:
> APA ITU NEOLIBERALISME?
>
> Assalamu'alaikum wr wb,
>
> http://capresindone sia.wordpress. com
>
> Saat ini ramai diberitakan bahwa Capres "X" atau Cawapres "Y" adalah
> Neoliberalis atau Antek Asing sementara pihak yang tertuduh atau
> simpatisannya membelanya. Istilah "Neoliberalis" jadi populer sekarang.
>
> Tapi masih banyak orang yang tidak tahu "Apa sih Neoliberalis itu?" Oleh
> karena itu saya akan mencoba menjelaskannya sesederhana mungkin sehingga
> orang awam bisa memahaminya.
>
> Neoliberalisme adalah paham Ekonomi yang mengutamakan sistem Kapitalis
> Perdagangan Bebas, Ekspansi Pasar, Privatisasi/ Penjualan BUMN,
> Deregulasi/Penghila ngan campur tangan pemerintah, dan pengurangan peran
> negara dalam layanan sosial (Public Service) seperti pendidikan, kesehatan,
> dan sebagainya. Neoliberalisme dikembangkan tahun 1980 oleh IMF, Bank Dunia,
> dan Pemerintah AS (Washington Consensus). Bertujuan untuk menjadikan negara
> berkembang sebagai sapi perahan AS dan sekutunya/MNC.
>
> Sistem Ekonomi Neoliberalisme menghilangkan peran negara sama sekali kecuali
> sebagai "regulator" atau pemberi "stimulus" (baca: uang negara) untuk
> menolong perusahaan swasta yang bangkrut. Sebagai contoh, pemerintah AS
> harus mengeluarkan "stimulus" sebesar US$ 800 milyar (Rp 9.600 trilyun)
> sementara Indonesia pada krisis monter 1998 mengeluarkan dana KLBI sebesar
> Rp 144 trilyun dan BLBI senilai Rp 600 trilyun. Melebihi APBN saat itu.
> Sistem ini berlawanan 100% dengan Sistem Komunis di mana negara justru
> menguasai nyaris 100% usaha yang ada.
>
> Di tengah-tengahnya ada Ekonomi Kerakyatan seperti tercantum di UUD 45 pasal
> 33 yang menyatakan bahwa kebutuhan rakyat seperti Sembako, Energi, dan Air
> harus dikuasai negara. Begitu pula kekayaan alam dikuasai negara untuk
> sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Untuk itu dibuat berbagai BUMN
> seperti Pertamina, PAM, PLN, dan sebagainya sehingga rakyat bisa
> menikmatinya dengan harga yang terjangkau.
>
> Selain itu ada juga Sistem Ekonomi Islam yang hampir mirip dengan Ekonomi
> Rakyat di mana padang (tanah luas), api (energi), dan air adalah "milik
> bersama." Nabi Muhammad juga memerintahkan sahabat untuk membeli sumur air
> milik Yahudi sehingga air yang sebelumnya jadi komoditas untuk mendapat
> keuntungan dibagikan gratis guna memenuhi kebutuhan rakyat..
>
> Neoliberalisme disebut juga dengan Globalisasi (Globalization) .
> Neoliberalis adalah orang yang menganut paham Neoliberalisme.
>
> Lembaga Utama yang menjalankan Neoliberalisme adalah IMF, World Bank, dan
> WTO. Di bawahnya ada lembaga lain seperti ADB. Dengan belenggu hutang
> (misalnya hutang Indonesia yang meningkat dari Rp 1.200 trilyun 20 tahun
> 2004 dan bengkak jadi Rp 1.600 trilyun di 2009) lembaga tersebut memaksakan
> program Neoliberalisme ke seluruh dunia. Pemerintah AS (USAID) bertindak
> sebagai Project Manager yang kerap campur tangan terhadap pembuatan UU di
> berbagai negara untuk memungkinkan neoliberalisme berjalan (misalnya di
> negeri kita UU Migas).
>
> Mari kita bahas satu per satu agenda utama Neoliberalisme.
>
> Privatisasi/ Penjualan BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
>
> Neoliberalis menghendaki negara tidak berbisnis meski bisnis tersebut
> menyangkut kekayaan alam negara dan juga menyangkut kebutuhan hidup orang
> banyak. Oleh karena itu semua BUMN harus dijual atau diprivatisasi ke pihak
> swasta. Karena swasta Nasional keuangannya terbatas, umumnya yang membelinya
> adalah pihak asing seperti Indosat dan Telkom yang dijual ke perusahaan
> asing seperti STT dan Singtel yang ternyata anak perusahaan dari Temasek
> (BUMN Singapura).
>
> PAM (Perusahaan Air Minum) yang dibeli pihak asing sehingga jadi Palyja
> (Lyonnaise, Perancis) dan TPJ (Thames PAM Jaya yang kemudian dibeli oleh
> AETRA). Privatisasi ini akhirnya menyebabkan tarif PAM naik berkali-kali
> hingga sekarang 1 m3 jadi sekitar Rp 7.000.
>
> Yang berbahaya adalah ketika perusahaan swasta/asing itu bergerak di bidang
> pertambangan seperti minyak, gas, emas, perak, tembaga, dan sebagainya,
> sehingga kekayaan alam Indonesia bukannya dinikmati oleh rakyat Indonesia
> justru masuk ke kantong asing. Inilah yang menyebabkan kemiskinan di
> Indonesia. Menurut PENA, Rp 2.000 trilyun setiap tahun dari hasil kekayaan
> alam Indonesia masuk ke tangan asing. Padahal APBN kita saat itu hanya
> sekitar Rp 1.000 trilyun sementara hutang luar negeri Rp 1.600 trilyun.
>
> Jika Privatisasi khususnya yang menyangkut kekayaan alam bisa dihentikan,
> maka hutang luar negeri bisa dilunasi dalam waktu kurang dari setahun. Para
> pejabat dan pegawai negeri bisa hidup senang dengan anggaran Rp 1000
> trilyun/tahun dan rakyat bisa makmur dengan rp 2.000 trilyun/tahun yang saat
> ini justru dinikmati asing.
>
> Prinsip Neoliberalisme di atas jelas bertentangan dengan UUD 45 (yang saat
> ini diamandemen) dan juga ajaran Islam. Meski Pancasila dan Islam tidak
> menganut paham komunisme di mana semua diatur negara, tapi untuk hal-hal
> yang penting dan menguasai kebutuhan orang banyak serta kekayaan alam itu
> adalah milik bersama. Bukan segelintir pemilik perusahaan/asing.
>
> Kaum muslimin berserikat (memiliki bersama) dalam tiga hal, yaitu air,
> rerumputan (di padang rumput yang tidak bertuan), dan api (migas/energi) .
> (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
>
> Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
> negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat UUD 45 Pasal
> 33 ayat 3
>
> Pencabutan Subsidi Barang
>
> Menurut kaum Neoliberalis, subsidi barang adalah penyakit. Oleh karena itu
> subsidi BBM, angkutan umum, air, dan sebagainya dihapuskan. Harga barang
> mengikuti harga pasar dunia sehingga harga barang terus meroket melebihi
> kenaikan penghasilan rakyat.
>
> Sebagai contoh harga Premium yang tahun 2004 masih Rp 1.800/liter naik
> hingga Rp 6.000/liter. Sementara harga Pertamax betul-betul mengikuti harga
> minyak dunia sehingga harganya sama dengan di AS. Padahal jika garis
> kemiskinan di Indonesia hanya Rp 182 ribu/bulan, di AS sekitar Rp 10,4
> juta/bulan. Di AS, seorang pengantar Pizza bisa mendapat Rp 14 juta/bulan
> belum termasuk tip. Sementara di Indonesia, seorang manager belum tentu
> dapat gaji rp 2 juta/bulan.
>
> Jadi kebijakan kaum Neoliberalis yang memaksakan harga barang mengikuti
> harga pasar/dunia betul-betul menyengsarakan rakyat Indonesia.
>
> Barang Harga 2005 Harga 2008 Kenaikan
> Premium 1.810 6.000 231%
> Beras 3.000 6.000 100%
> Angkutan Umum 1.000 2.500 150%
> Minyak Goreng 4.500 13.000 189%
> UMR 635.000 972.000 53%
>
> Sebagai kompensasi atas berbagai kenaikan harga barang, kaum Neoliberalis
> memberikan bantuan langsung kepada rakyat seperti BLT sebesar Rp 100
> ribu/bulan. Namun sayang, tidak semua rakyat kebagian. Banyak buruh/pekerja
> yang upahnya di bawah UMR tidak menerima BLT. Garis Kemiskinan yang begitu
> rendah jauh di bawah standar Bank Dunia yang US$ 2/orang/hari (Rp 660
> ribu/bulan) mengakibatkan banyak orang miskin tidak dapat BLT. Penerima BLT
> kurang dari 40 juta orang. Padahal orang miskin di Indonesia dengan standar
> Bank dunia diperkirakan sekitar 120 juta jiwa. Ada 80 juta rakyat miskin
> yang tak menerima BLT sehingga kerap ada orang yang menurut garis kemiskinan
> BPS "kaya" berebut BLT karena sebetulnya menurut garis kemiskinan Bank Dunia
> masih miskin.
>
> Ajaran Neoliberalisme yang membisniskan semua barang termasuk air
> bertentangan dengan ajaran Islam. Jika anda tak punya uang, anda kesulitan
> menikmati air bersih.
>
> Pernah di zaman Nabi ada orang Yahudi yang memiliki sumur air dan menjualnya
> kepada masyarakat. Nabi Muhammad meminta sahabat untuk membeli sumur
> tersebut dan memberikannya gratis kepada seluruh rakyat.
>
> Itulah ajaran Islam di mana air yang merupakan kebutuhan pokok semua makhluk
> hidup harusnya bisa didapatkan oleh semua makhluk hidup. Bukan hanya oleh
> orang yang bisa membeli saja.
>
> Penghapusan Layanan Publik
>
> Pelayanan Publik oleh negara seperti pendidikan, kesehatan, transportasi
> dihapuskan. Diserahkan ke pihak swasta atau harganya meningkat sesuai harga
> "Pasar".
>
> Meski pendidikan dasar SD-SMP gratis (mungkin agar rakyat Indonesia bisa
> lulus SMP sehingga kalau jadi office boy atau kuli tidak bodoh-bodoh amat),
> namun untuk SMA dan Perguruan Tinggi Negeri biayanya sangat mahal. Uang
> masuk SMA Negeri sekitar rp 4-7 juta sementara SPP berkisar Rp 175 ribu-400
> ribu/bulan. Melebihi biaya di perguruan tinggi swasta seperti BSI yang
> kurang dari rp 200 ribu/bulan. Untuk masuk PTN apalagi Fakultas Kedokteran
> bisa mencapai Rp 75-200 juta.
>
> Kesehatan juga begitu. Banyak Rumah Sakit Pemerintah yang diprivatisasi.
> Operasi sederhana seperti operasi usus buntu mencapai rp 10 juta lebih.
> Padahal teman saya yang operasi gajinya tak jauh dari UMR.
>
> Layanan Kesehatan gratis baru bisa didapat jika anda memenuhi kriteria
> miskin dan punya kartu Keluarga Miskin (GAKIN).
>
> Pembangunan Bertumpu dengan Investor Asing dan Hutang Luar Negeri
>
> Menurut kaum Neoliberalis, tidak mungkin pembangunan dilakukan tanpa hutang.
> Padahal Arab Saudi yang menasionalisasi perusahaan minyak ARAMCO pada tahun
> 1974 berhasil meningkatkan pendapatan secara signifikan dan memakmurkan
> rakyatnya tanpa perlu berhutang.
>
> Hutang dari Lembaga Neoliberalisme seperti IMF, World Bank, ADB, dan
> sebagainya justru jadi belenggu yang memaksa Indonesia menjual BUMN dan
> kekayaan alamnya.
>
> Saat ini Rp 2.000 trilyun/tahun hasil kekayaan alam Indonesia tidak dapat
> dinikmati rakyat sehingga mayoritas rakyat Indonesia hidup melarat. Tapi
> justru oleh perusahaan asing yang merupakan kroni dari IMF dan World Bank.
>
> Jika Indonesia mandiri, maka hutang luar negeri yang cuma Rp 1.600 trilyun
> itu bisa lunas dalam waktu kurang dari setahun.
>
> Jika Rp 2.000 trilyun/tahun hasil kekayaan alam Indonesia bisa dipakai untuk
> pembangunan, maka kita tidak perlu lagi berhutang.
>
> Kaum Neoliberalis itu seperti makelar hutang yang mendapat komisi dan
> berbagai keuntungan lainnya dari hasil hutang berupa bunga dan juga
> penjualan BUMN dan kekayaan alam Indonesia.
>
> Spekulasi Pasar Uang, Pasar Modal, dan Pasar Komoditas
>
> Dari Rp 1.982 Trilyun perdagangan saham di BEI, hanya Rp 44,37 Trilyun masuk
> ke Sektor Riel (2,24%). Sementara 97% lebih tersedot untuk Spekulasi Saham.
>
> Perdagangan valuta asing (valas) di Indonesia sekitar Rp 7.000 trilyun/tahun
> dan terus meningkat. Uang jadi lebih sebagai alat spekulasi ketimbang
> sebagai alat tukar.
>
> Inilah contoh keserakahan Kartel dan spekulan Pasar Minyak yang
> mempermainkan harga di Pasar Komoditas dan tak terkontrol. Harga minyak dari
> US$ 20/brl (2002) jadi US$ 144/brl (2008). Naik 7x lipat dalam 6 tahun!
>
> Menurut ensiklopedi MS Encarta, dari tahun 1950-2001 volume ekspor dunia
> meningkat 20 kali lipat. Sementara perdagangan uang dari tahun 1970-2001
> naik 150 x lipat dari US$ 10-20 milyar per hari jadi US$ 1,5 trilyun/hari
> (Rp 16.500 trilyun/hari) ! Spekulasi uang asing seperti Rupiah-Dollar-
> Yen-Euro, dsb lebih besar ketimbang sebagai alat tukar untuk pembelian
> barang.
>
> Itulah sistem Neoliberalisme yang lebih mementingkan uang tersedot ke
> Spekulasi uang, saham, dan komoditas (meski barang, tapi dipermainkan hingga
> jatuh tempo selama 6 tahun) di Pasar Uang, Pasar Saham, dan Pasar Komoditas.
>
> Penjajahan "Kompeni" Gaya Baru
>
> Dulu yang menjajah kita adalah Kompeni Belanda. Artinya Perusahaan
> (VOC-Verenigde Oost Indische Compagnie) Belanda. Bukan Pemerintah Belanda.
> VOC ini mendirikan berbagai perkebunan terutama rempah-rempah dan
> memonopolinya untuk dijual ke Eropa.
>
> Karena jumlahnya sedikit (total penduduk Belanda waktu itu hanya 7 juta dan
> tentara Belanda di Indonesia kurang dari 10.000), maka Kompeni Belanda tetap
> bekerjasama dengan Raja-raja dan Bupati-bupati lokal. Raja-raja yang tidak
> mau bekerjasama diperangi bersama sekutunya. Bangsa Indonesia bekerja
> sebagai kuli kontrak.
>
> Nah saat ini yang menguasai kekayaan alam kita adalah Kompeni gaya baru,
> yaitu Multi National Company (MNC) yang didukung oleh pemerintah AS dan
> sekutunya. Sejarah kembali berulang. Raja-raja dan Bupati-bupati baru tetap
> orang Indonesia, demikian pula Kuli Kontraknya. Bahkan para pengkhianat/
> komprador yang bekerjasama dengan para penjajah pun tetap ada.
>
> Bahkan jika dulu Kompeni Belanda umumnya masih mengutamakan Perkebunan yang
> masih ramah lingkungan, Kompeni baru sekarang menguras hasil tambang
> Indonesia seperti minyak, gas, emas, perak, batubara, tembaga, dan
> sebagainya. Gunung-gunung di Papua menjadi rata dan tercemar zat kimia,
> begitu pula di daerah-daerah pertambangan lainnya. Sungai-sungai dan danau
> juga tercemar sehingga rakyat setempat tidak bisa lagi mendapat makanan
> berupa ikan dari situ.
>
> Jadi situasi penjajahan Kompeni gaya baru ini justru lebih buruk dan
> ironisnya tidak disadari oleh mayoritas rakyat Indonesia! Ini karena
> penjajah gaya baru ini membina begitu banyak kaki tangan mulai dari LSM-LSM,
> Kampus-kampus, hingga media massa yang mereka biayai (Contohnya TV
> Pemerintah AS VOA muncul di satu TV Swasta di Indonesia sementara TVRI tidak
> bisa muncul).
>
> Itulah sekilas dari Sistem Neoliberalisme. Krisis Global yang terjadi saat
> ini tak lepas dari ulah kaum Neoliberalis. Kenapa Indonesia terkena Krisis
> Global? Itu karena ekonom yang diberi tanggung-jawab mengurusi ekonomi
> Indonesia secara sadar/tidak sadar menganut sistem ekonomi Neoliberalisme.
> Tahun 1998 Indonesia kena krisis moneter. Tahun 2008 hingga sekarang kembali
> kena krisis ekonomi sehingga PHK dan pengangguran meraja lela.
>
> Neoliberalisme sangat berbahaya. Inilah komentar mantan presiden Venezuela
> tentang Neoliberalisme.
>
> IMF membunuh umat manusia tidak dengan peluru/rudal, tapi dengan wabah
> kelaparan
> Andres Perez, Mantan Presiden Venezuela, The Ecologist Report, Globalizing
> Poverty, 2000
>
> Referensi:
> "Ekonomi Islam Vs Ekonomi Neo-Liberal", M. Arif Adiningrat dan Farid Wadjdi
> LIPI
> Kompas
>
> forward email from: "A Nizami" <nizaminz@yahoo.com>
>
> --
> *********
> [Al Qur'an - 17:36] And pursue not that of which thou hast no knowledge; for
> every act of hearing, or of seeing or of (feeling in) the heart will be
> enquired into (on the Day of Reckoning).
> [Al Qur'an - 10:61] In whatever business thou mayest be, and whatever
> portion thou mayest be reciting from the Qur'an,- and whatever deed ye
> (mankind) may be doing,- We are witnesses thereof when ye are deeply
> engrossed therein. Nor is hidden from thy Lord (so much as) the weight of an
> atom on the earth or in heaven. And not the least and not the greatest of
> these things but are recorded in a clear record.
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment