Wednesday, June 24, 2009

[Milis_Iqra] Fw: Lelaki Andalus Dan Gajah

----- Original Message -----
From: masjid annahl

Seri : Kisah Sahabat

LELAKI ANDALUS DAN GAJAH

Nama lelaki itu mudah dikenal, Yahya ibnu Yahya. Nun jauh dari Andalusia ia
berasal. Ia pergi menuntut ilmu ke Madinah. Berguru pada Imam Malik.
Andalusia-Madinah adalah jarak yang teramat jauh. Terlebih dengan sarana
transportasi apa adanya di masa itu. Tetapi Yahya bin Yahya adalah salah
satu contoh terbaik tentang bagaimana kehendak seorang muslim untuk tidak
pernah berhenti menjadi berarti.


Hari-hari menimba ilmu pun ia lalui di Madinah yang tenang. Di hadapan sang
guru Imam Malik. Hingga suatu hari, saat tengah berada di majelis bersama
murid-murid yang lain, tiba-tiba ada rombongan orang-orang entah dari mana.
Mereka datang sambil membawa gajah. Para murid-murid Imam Malik berhamburan
keluar ingin melihat gajah. Di jazirah Arab, makhluk besar berbelalai itu
saat itu memang tergolong asing. Maka orang-orang pun keluar ingin melihat
lebih dekat. Begitu pun murid-murid Imam Malik. Semua beranjak, kecuali
Yahya bin Yahya. Hingga semua keluar Yahya tetap duduk di majelis itu.
Melihat itu Imam Malik mendekat. "Mengapa engkau tidak keluar juga untuk
melihat gajah?" tanya Imam Malik. Yahya menjawab, "Aku jauh-jauh datang dari
Andalusia untuk menuntut ilmu, bukan untuk melihat gajah." Imam Malik sangat
kagum dengan keteguhan Yahya. Setelah itu Imam Malik pun menggelarinya
dengan 'aqilu Andalus (lelaki berakal dari Andalusia).

Lelaki berakal, Yahya bin Yahya telah meletakkan prinsip mendasar di atas
jalan hidupnya. Ia mengerti sedang di jalan apa berlalu dan ke arah mana
menuju. Ia seperti tengah menegaskan, betapa ia tidak boleh berhenti, di
jalur kehendak dan cita-citanya, oleh sesuatu yang sederhana. Sekiranya ia
sejenak keluar, melihat gajah bersama teman-temannya, itu pun tak jadi soal
besar. Toh Imam Malik sejenak tidak melanjutkan pelajarannya, sebab semua
murid-muridnya keluar. Tetapi filosofi luhur di balik sikapnya itu,
mencerminkan sebuah kecerdasan, tentang bagaimana seorang muslim memahami
godaan-godaan konsistensi, yang kadang menghentikan dan menghempaskan.
Betapa ia tidak boleh terhenti oleh godaan-godaan itu. Maka lelaki itu
benar-benar layak disebut 'aqilu Andalus.

Betapa sering perjalan hidup kita terhenti. Bahkan oleh hal-hal yang tidak
terlalu serius. Betapa banyak orang berhenti dari mengejar cita-cita,
kehendak mulia, mimpi-mimpi fantastik dalam capaian prestasi, hanya lantaran
keteledoran, hanya karena ulah menyimpang yang mulanya hanya iseng-iseng
belaka, atau mental 'nanti dulu', atau sikap 'sebentar dulu'. Akhirnya lama
kelamaan jiwanya mulai layu, semangatnya mulai redup. Gairah berkaryanya
semakin kering. Akhirnya ia pun terhenti dari segala harapan yang telah
menanti di ujung kerja kerasnya.

Gelar 'aqilu Andalus, lelaki berakal dari Andalus menegaskan soal lain,
bahwa kehendak kuat untuk tidak berhenti, atau terhenti, membutuhkan
kalkulasi keyakinan yang kuat. Ini tidak sekadar ukuran rasional untung atau
rugi. Ini juga benar-benar bukan soal selera suka atau tidak suka melihat
gajah. Tapi ini sungguh-sungguh benar soal pemahaman kemengertian, kesadaran
dan juga kedalaman penghayatan tentang keputusan apa yang harus diambil
seorang muslim di saat-saat ia tergoda.

Begitulah seorang muslim semestinya menata jalan cita-citanya. Semua orang
punya harapan-harapannya. Tinggi atau rendah. Jauh atau dekat. Serius atau
main-main. Tetapi menjadi seorang muslim yang tak mengenal kata henti dalam
berjalan, berusaha, berkarya, adalah pilihan keimanan untuk tujuan nun jauh
di akhirat sana. Sebab di atas arah jalan itu hidup seorang muslim menjadi
punya arti.

Dalam kehidupan para salafussalih, keberartian tidak diperoleh dalam waktu
yang singkat. Tidak pula dengan usaha yang setengah-setengah. Orang-orang
besar di dalam tarikh umat Islam yang gemilang, menjadi besar karena mereka
tidak pernah lelah menabung untuk investasi keberartiannya, hari demi hari,
waktu demi waktu, detik demi detik. Imam Bukhari setiap malam bisa terbangun
hingga dua puluh kali, untuk menuliskan hadits-hadits yang dihafalnya. Ia
tidak pernah berhenti untuk menjadi berarti. Maka kini ia memetik jerih
payah itu. Ia menjadi maha guru ahli hadits sepanjang masa.
Begitupun orang-orang lain seperti Imam Nawawi. Bila seluruh usianya dibagi
dengan karya tulisnya, maka setiap hari ia akan menulis tidak kurang dari
enam belas halaman manuskrip. Bila diurai menjadi buku-buku masa kini setiap
halaman manuskrip itu bisa menjadi berlembar-lembar halaman. Begitu juga
Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama besar pengurai Shahih Bukhari, ia menghabiskan
seperempat abad usianya untuk menulis karya monumentalnya, Fathul Bari.

Begitulah orang-orang besar menjadi besar karena ia tidak pernah berhenti
menginvestasikan untuk dirinya karya kebajikan. Sebagaimana orang-orang
jahat, orang-orang kejam, akan terkenang sepanjang masa, karena ia juga
menginvestaikan untuk dirinya kekejian dan kekejaman.

Jangan pernah berhenti, sebelum hidup kita punya arti. Sepanjang perjalanan,
sejak kita beranjak dewasa, sejujurnya kita telah mengerti apa itu tujuan
akhir, cita-cita puncak, dan mimpi-mimpi terjauh kita untuk menjadi sesuatu.
Tetapi tidak jarang kita terhempas, kita terlena, dan kemudian berhenti di
tengah jalan. Padahal hidup bagi seorang mukmin, semestinya adalah proses
menjadi baik tanpa kenal putus.

Di dalam Al-Qur'an, sebuah siklus menjadi baik dijelaskan dengan indah oleh
Allah dengan pendekatan usia. Bahwa pada mulanya manusia hanyalah seorang
bayi. Lalu tumbuh dewasa, lalu bila Allah memberi umur panjang, ia bisa
melewati umur empat puluh tahun. Tetapi semua tahapan usia itu harus menjadi
sebuah siklus keshalihan.

Allah swt berfirman, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya
sampai empat puluh tahun ia berdo'a, 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai,
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak-anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 17).

Ayat di atas dengan jelas mengisyaratkan tentang siklus kehendak menjadi
baik yang tak pernah berhenti, tidak pernah putus. Waktu kecil dibawah
asuhan kebaikan orang tua. Begitu beranjak dewasa, ia menyambungnya dengan
berbakti. Lalu disebutnya umur empat puluh tahun, menandakan kematangan yang
berkelanjutan. Saat itu ia teringat lagi kebajikan kedua orang tuanya. Maka
ketika ia memohon untuk bisa bersyukur, atas karunia untuk dirinya dan orang
tuanya.

Selain itu, tentu saja, di dalamnya bersyukur atas kebajikan yang bisa ia
lakukan. Itu artinya ia tidak memutus jalan hidupnya untuk selalu dalam
rantai kebajikan. Begitupun, ketika ia memohon hal yang sama untuk anak-anak
dan cucunya. Begitu dahsyat alur siklus keshalihan itu berjalan. Nyaris tak
ada yang terputus. Dari seorang bayi, hingga kelak anak cucu bagi bayi
tersebut. Begitu seterusnya.

Cita-cita luhur, kehendak kuat, mimpi-mimpi untuk menjadi seorang muslim
yang punya arti, tidak boleh terhenti oleh apapun. Apalagi hanya sekadar
karena seekor gajah. Hiburan dan rehat ada tempatnya sendiri yang
proporsional. Kita harus terus mengejar. Jangan berhenti. Jadilah seperti
lelaki berakal dari Andalusia itu.Wallahu'alam

http://beranda.blogsome.com

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment