Sejak kasus 'keluhan' ibu Prita Mulyasari mencuat, sempat terbersit rasa takut untuk 'mengeluh' tentang sesuatu menyangkut layanan publik di blog saya ini. :lol:

Tentu saja karena selama ini saya memang sering ngedumel tentang banyak hal yang tidak menyenangkan yang saya alami sehari-hari di blog saya ini, meskipun biasanya saya jarang menyebutkan nama orang atau instansi tertentu jika saya ngedumel.

Yang saya takutkan, namanya manusia, bisa jadi saya lupa dan tanpa sengaja mencantumkan nama orang atau Instansi tertentu, mungkin bisa berakibat fatal seperti yang dialami ibu Prita itu. Duh serem sekali…:???:

Perbedaan antara mengeluh, mengritik atau mencela dan mencemarkan nama baik, mungkin sangat tipis sekali. Terlebih jika yang dikiritik itu adalah orang atau instansi yang memiliki pengaruh (uang atau kekuasaan).

Jika yang dikiritik hanyalah orang-orang kecil, seperti tukang ojek yang ngebut, pedagang kakilima yang jualan sembarangan, supir angkot yang memotong jalan atau mungkin anda mengritik saya :lol:, semuanya tak akan terlalu menjadi masalah, meskipun cara mengritiknya sangat kasar (dengan memaki-maki), paling-paling yang terjadi hanyalah adu tegang dan balas memaki, paling parahnya (hanya) berantem.

Dari kasus yang dialami ibu Prita Mulyasari itu, saya jadi terpikir, bagaimana kejadiannya jika yang dilakukan ibu Prita bukanlah mengeluhkan layanan yang buruk melainkan memuji layanan yang sangat memuaskan dari rumah sakit itu, mengirimkan lewat email ke teman dan kenalannya, dan selanjutnya disebarkan orang lewat milis-milis.

Apakah pihak rumah sakit itu akan memberikan 'reward' yang sepadan karena ibu Prita mengharumkan nama baik instansi tersebut dengan misalnya memberikan layanan VIP gratis untuk beliau dan keluarganya jika dirawat di sana? kemudian setelah sembuh dan keluar diberikan uang saku misalnya?

…???…

Yang saya tau dengan pasti, keluhan dan kritik dari konsumen selalu tak pernah menyenangkan, tapi kata orang..

Konsumen adalah Raja…

 

 

http://kabarihari.wordpress.com/2009/06/04/seandainya-itu-bukanlah-sebuah-keluhan/