Monday, August 24, 2009

[Milis_Iqra] Re: PENGERTIAN BID'AH DALAM SEGI BAHASA[1]

 

Tuh, ,merasa kan ? Tapi tidak sesederhana itu. Jangan karena menyangka sudah keluar dari apa yg anda tidak anggap setuju, menjadi diri merasa benar.

Merasa diri paling benar boleh- boleh saja asalkan didukung dengan dalil-dalil yang benar, kalau ahend juga merasa benar tunjukan kebenarannya..

Masalah dalil untuk sedekah saja masih belum selesai sudah copas yang lain-lain.. tunjukan bahwa arti ayatnya memang seperti Ahend copaskan..kalau memang mencari kebenaran..

Kalau memang seperti yang dicopas oleh Adani dan Mba WN harus diterima kebenaran itu, katanya setiap dzikir setelah sholat wirid nya Sami’na wa atho’na. kok ketika kebenaran itu datang tidak seperti itu aplikasinya….

 

Masalah pengalaman anda, baik menurut anda dan golongan yang sefaham dengan anda. Jangan mencoba mempengaruhi keyakinan orang lain hanya karena tidak sefaham dengan anda. Itu artinya anda sendiri memperturutkan hawa nafsu sendiri.

 

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(TQS. Al Baqarah : 216)

 Salah ya akhi kalo sekedar berbagi pengalaman dan curhat?? Kenapa menuduh saya mencoba mempengaruhi keyakinan orang lain??   Jadi ingat ceramahnya AA gym dulu, biasanya orang yang menuduh orang ini dan itu biasanya karena orang tersebut yang sebenarnya melakukan ini dan itu tersebut..

   

Mungkin sama juga dengan yang lainya, saya sendiri merasa bingung. Ketika saya mengajukan argument berdasarkan pendapat saya, tetap saja disalahkan dengan dalih tidak ada dalilnya. Ketika menggunakan dalil, salah juga.

 Ketika dalil yang dipakai itu dirubah artinya, palsu atau dipelintir sedemikian rupa , apakah tidak menjadi salah akhi… ???? sedangkan menerangkan kesalahan adalah wajib..

Kita kan harus menjadi orang adil yang disebut Rasullullah sallallahu alaihi wassallam dalam hadistnya,

“yang membawa ilmu ini pada setiap generasinya adalah orang-orang yang ‘adilnya, mereka meniadakan perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ekstrim, pemalsuan orang-orang yang ingin memalsukan, dan penafsiran orang-orang yang bodoh”. (HR Thabrani)

 

3. Jangan melibatkan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan membawa kita jauh

dari kebenaran

Hanya diri sendiri yang bisa menilainya. Eh orang lainpun bisa melihatnya siapa yang dalam kata-katanya terdapat hawa nafsu.

 Betul sekali akhi, kan sudah terlihat siapa yang mencari-cari dalil dan melakukan pembenaran yang sesuai hawa nafsunya.

 

4. Jangan mengatakan belajarlah dari dua sisi, hormati perbedaan pendapat

tetapi kita sendiri belum melakukannya. kita punya waktu untuk posting

berpuluh2 copast dari ulama yang sesuai dengan kita tanpa mau membaca

postingan teman yang lain yang tidak sesuai dengan kita, dengan alasan belum

sempat.

 

Jangan mengatakan belajarlah dari saya.Kita punya waktu untuk belajar dari orang2 yg tidak sefaham dengan kita, tidak hanya copas dari berbagai situs. Belajarlah dari lingkungan terdekat terlebih dahulu.

saya tidak pernah bilang belajar dari saya loh ahend, belajar dari lingkungan terdekat terlebih dulu..??

Imam Malikberkata,” Tidak boleh mengambil ilmu dari empat orang:

1.       Orang bodoh yang jelas kebodohannya

2.       Pengikut hawa nafsu(bid’ah) yang menyerukan bid’ahnya

3.       Orang terkenal yang suka berdusta walaupun tidak berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wassalam

4.       Orang shalih yang tidak tahu hadist yang ia bawakan, apakah shahih atau tidak.

Kalau yang tinggal dilingkungan terdekat itu keempat orang diatas apakah tetap belajar pada mereka..???

Janganlah mencela orang yang mengatakan belum sempat, karena kondisi setiap orang itu berbeda. Jangan mengklaim diri paling benar dengan jalan menunjukkan sesuatu yang dia yakini benar, lalu menyuruh orang lain mempelajarinya.

Kebenaran itu harus ditunjukan, merasa benar dan menunjukkan kebenaran itu apakah salah? Sesama saudara se iman  harus saling memberi nasehat dan harus mengkoreksi suatu kesalahan, kalau saya yang salah Akhi silahkan koreksi saya, dengan menunjukan kesalahan saya lalu tunjukan yang benar, itulah gunanya persaudaraan dalam Islam,

 

Amalan yang selama ini dianggap bid’ah terlalu mengada-ada. Contoh dalam masalah tahlil (again), misalnya ada yg keukeuh menanyakan adakah dalilnya 1,3,7,40 hari itu ? Sebetulnya bisa dilihat dengan fikiran yang jernih. Seharusnya coba tanya begini : Apakah kalau tidak dilaksanakan pada hari2 tersebut itu ibadahnya menjadi tidak sah/ tidak boleh atau dengan kata lain, apakah harus di hari2 itu ?

Kalau orang bertanya dalil tentang 1,3,5,7 karena Kaidah dalam beribadah harus ada perintah bukan?? Jangan suka dibolak-balik ah

Kalau jawaban orang yg dianggap ahli bid’ah itu tidak boleh/tidak sah, berarti itu memang bid’ah. Tetapi jika hari2 tersebut diganti, toh orang2 yg selama ini menjalankannya tidak akan menganggap do’a yg mereka sampaikan tidak sah. Sekali lagi, ini hanya masalah teknis. Keutamaan2nya sudah tercantum dalam hadis.

Udah dibahas kan dengan Adani dan hadist2 tentang keutamaannya lemah dan palsu. Cuma, apakah menjadi mundur ahli bid’ah jika dikatakan dalilnya palsu? Tetep dipakai kan? Karena apa, tetep menganggap apa yang dilakukannya baik walaupun bid’ah, padahal sudah jelas ayat yang ahend tuliskan ini bahwa apa yang kita anggap baik ternyata amat buruk bagi kita..

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(TQS. Al Baqarah : 216)

 

 

 

5. janganlah mengatakan " jangan merasa kamu paling benar!" padahal kita

sendiri merasa paling benar. Pelajarilah ilmu tentang kebenaran itu

sendiri, dengan ilmu kita dapat mengetahui kebenaran sesuai dengan bentuknya

yang asli dan kita akan tahu mana ulama dan orang-orang yang benar.

Naaah yang ini baru sama.

Bukan berarti adanya persamaan pendapat  maka pendapat itu menjadi  benar akhi, kalau berbeda juga ga kenapa napa kok, asalkan menunjukan kesalahannya dimana dan sekaligus menunjukan pendapat yang benar nya 

 

Semoga Allah terus menerus membasahi kekeringan dan kedangkalan jiwa jiwa

kita dengan ilmu dan HidayahNya. Amiin

 

Semoga Alloh SWT pun memberikan hidayah kepada orang yang saling berbeda pendapat. Ddari dulu sudah saya katakan, janganlah mencari/memperbesar jurang perbedaan, carilah persamaan. Aqidah kita sama.Kita menyembah Tuhan yang sama yaitu Alloh SWT, nabi terakhir kita sama Muhammad SAW. Jangan hanya karena perbedaan2 teknis, disebut bid’ah, salah, tertolak. Padahal dalam dalil2 pun sudah diterangkan semuanya, tinggal kita yang mau berfikir/belajar.

Kita lihat apakah amalan2 kita selama ini nantinya diterima atau ditolak ?

Yaa kalau amalannya bid’ah, sudah pasti tertolak dong akhi… dalilnya sudah hapal kan..?

Wallahu Alam bish shawab

Diskusi masalah ini saya sudahi dulu. Ramalan salah seorang anggota disini tidak terbukti  bahwa : Tapi apa yang saya ungkapkan inipun sebentar lagi akan mengundang polemik  dengan panjang untuk berbagai alasan..................kita tunggu saja!, ini adalah diskusi terakhir. Karena bagaimanapun dan sampai kapanpun masalah khilafiyah tidak akan berakhir.

Kalau saya ga berani bilang bahwa sampai kapanpun masalah khilafiyah tidak akan berakhir, kalau Allah berkehendak untuk menghilangkan khilafiyah tersebut bagaimana akhi..? apakah tetap tidak akan berakhir??

Sampai bertemu di akhirat… (untuk mempertanggungjawabkan amalan2 kita).

Kaalau.. ketemu, akhi..??

Tapi mudah-mudah Allahu Ta’ala mempertemukan kita dan  warga mukmin milis iqra ditempat yang baik yaa..  Amiiin

Subhanakallahuma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




 

 

2009/8/19 andri subandrio <subandrio.andri@gmail.com>

Merekapun akan berusaha copas dari ulama yang di ikuti banyak orang versi mereka mbak Whe~en, dan ini tidak akan ada habisnya, makanya dalam hal ini pada akhirnya saya selalu menyudahi diskusi semacam ini dengan "lana a'maluna walakum a'malukum"

Sebab pada akhirnya nanti kalau kita menyebut mereka dengan sebutan ahli Bid'ah pasti tidak akan terima walaupun jelas-jelas yang mereka amalkan adalah bid'ah (mereka akan berdalih "itu kan menurut anda").

Itu juga pernah saya alami dulu ketika saya masih menjadi "pentaqlid" namun Alhamdulillah karena kemauan belajar serta menata hati dengan men "zero" kan lebih dulu faham yang sudah tertanam dalam limbic saya, dengan perlahan dapat berubah dan juga dapat mengubah semua pola pikir keluarga saya secara menyeluruh. Hadza min fadhlir robbi.

 

Betul Pak Andri, rasanya kebanyakan dari kita juga pernah merasakan sebagai'pentaqlid', kita yang sudah terbiasa melakukan ibadah tanpa mengetahui dalil yang memerintahkannya akan sulit sekali menerima jika ternyata ada orang yang memberitahu bahwa apa yang kita lakukan ternyata tidak diajarkan oleh Rasullullah Sallallahu Alaihi Wassalam, saya sendiri juga awalnya sangat keras menentang orang2 yang membid'ahkan apa yang saya lakukan.

Sekedar sharing,  untuk membenarkan kebid'ahan yang saya lakukan saya juga awalnya mencari dalil-dalil  yang sesuai dengan hawa nafsu saya tanpa mau tahu dan merichek apa2 yang disampaikan oleh teman saya. Lalu secara bertahap saya mulai mau mendengarkan dan membaca apa2 yang disampaikan oleh teman2 saya, meskipun tetap tidak saya terima secara langsung, saya mulai mencerna dalil2 yang disampaikan dan mengkroschek dengan sumber nya, saya tutup dulu mata dan telinga saya dari pendapat fulan dan fulan, saya hanya mengkrosschek dalil-dalil yang beredar, baik itu dalilnya pro bid'ah dan menolak bid'ah, dari sinilah fenomena kebingungan mulai mendera saya, banyak ternyata dalil2 yang saya pakai untuk membenarkan ke bid'ahan ibadah yang saya lakukan ternyata dipotong-potong, diubah artinya, hadist lemah yang tidak dapat dijadikan dalil atau malah palsu.
sampai pada akhirnya sampai kepada saya firman Allah surat Al An'am:71 yang artinya: "katakanlah(Muhammad),"Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat, tidak pula mendatangkan mudlarat kepada kita, dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan dibumi,dalam keadaan kebingungan."Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan lurus, dengan mengatakan:"Ikutilah kami!" Katakanlah,"sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk sebenarnya, dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Rabb seluruh alam"

Saya sungguh kalut, saya takut ancaman akan dikembalikan ke belakang setelah Allah memberi petunjukNya kepada saya, padahal telah semakin jelas dallil-dalil yang benar, sungguh apa2 yang saya pelajari dan pembantahan yang saya lakukan telah dilandasi niat untuk membenarkan apa yang saya lakukan dan bukan mencari manakah yang benar.

Mungkin sama dengan yang lainnya, yang membuat  saya bingung adalah bahwa ibadah2 bid'ah yang saya lakukan ini merupakan kebaikan(menurut akal saya) tapi semua argumen2 yang saya ajukan ternyata dibantah oleh Ayat2 Allah dan Hadist Nabi. Akhirnya yang dapat saya katakan hanyalah Laa Haula Wa Laa Quata ila billahil aliyyil adzim, saya menyerahkan dan mengembalikannya kepada Allah Ta'ala dan terus menerus saya berdoa kepada Allah Ta'ala bahwa jika apa2 yang disampaikan oleh teman2 dan saudara2 saya adalah benar dan Allah menyukai saya mengamalkan apa yang mereka amalkan maka lembutkanlah hati ini dalam menerima kebenaran yang disampaikan dan tentramkanlah dan condongkan hati ini dalam mengamalkannya. tapi jika apa-apa yang saya lakukan selama ini lah yang benar dan Allah menyukai apa2 yang telah saya amalkan maka tentramkanlah dan condongkan hati ini dalam mengamalkannya. Sampai akhirnya Allah menentramkan hati saya kepada amalan2 Ahlusunnah Wal Jama'ah yang lurus dan sedikit demi sedikit meninggalkan amalan2 bid'ah yang pernah saya lakukan.

Sedikit Saran saya kepada teman2 yang lain adalah:

  1. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk melunakkan hati dan jiwa kita dalam menerima kebenaran
  2. Mulailah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mencari kebenaran
  3. Jangan melibatkan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan membawa kita jauh dari kebenaran
  4. Jangan mengatakan belajarlah dari dua sisi, hormati perbedaan pendapat tetapi kita sendiri belum melakukannya. kita punya waktu untuk posting berpuluh2 copast dari ulama yang sesuai dengan kita tanpa mau membaca postingan teman yang lain yang tidak sesuai dengan kita, dengan alasan belum sempat.
  5. janganlah mengatakan " jangan merasa kamu paling benar!" padahal kita sendiri merasa paling benar. Pelajarilah  ilmu tentang kebenaran itu sendiri, dengan ilmu kita dapat mengetahui kebenaran sesuai dengan bentuknya yang asli dan kita akan tahu mana ulama dan orang-orang yang benar.

Semoga Allah terus menerus membasahi kekeringan dan kedangkalan jiwa jiwa kita dengan ilmu dan HidayahNya. Amiin

 




--
Follow me on twitter : http://twitter.com/nugraha212


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment