La ga minta qo,, di ksi angpaw na dri kk2... Kk la kan bnyk di tambh
ma kk ipar jg.. *khusus bunda, bkn d'ksi tpi minta.. ;) *
Pada tanggal 01/10/09, Heriyadi Heriyadi
<Heriyadi.Heriyadi@id.flextronics.com> menulis:
> Ah si la kayak anak SD aja,
>
> Bertamu saat hari raya dan ga mau pulang sebelum dapat angpaw...ya????
>
>
>
> ________________________________
>
> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com]
> On Behalf Of Laila
> Sent: Wednesday, September 30, 2009 4:27 PM
> To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: [Milis_Iqra] Re: T H R
>
>
>
> wktu lebaran La dpt angpauw banyakkkk.......
>
> Pada 24 September 2009 14:00, Agus Rasyidi <rasidi@wicaksana.co.id>
> menulis:
>
> T H R
> oleh Yanza Kawa
> Kamis, 24/09/2009 08:25 WIB
>
>
> Dengan perlahan Barnebu menghitung lembaran demi lembaran uang lima
> puluh ribuan dari dalam amplop yg baru diterimanya dari bendahara gaji
> kantornya.
> Ada 10 lembar uang lima puluh ribuan, dicobanya utk menghitung kembali.
> Mana
> tahu ada lembaran lain yg mungkin terselip, harapnya dalam hati. Namun
> tetap
> saja jumlahnya 10 lembar, berarti ia hanya memperoleh 500 ribu rupiah
> sebagai
> THR (Tunjangan Hari Raya) tahun ini. Dengan lesu dimasukkannya kembali
> uang
> tersebut ke dalam amplop. Jumlah yg cukup besar sebenarnya, tapi bagi
> Barnebu jumlah sedemikian untuk membeli segala keperluan menghadapi
> lebaran, masih jauh dari cukup. Ia dapat membayangkan omelan istrinya
> saat menerima uang THR ini di rumah nanti.
> "Mana cukup uang segini Pak! Barang-barang sudah pada naik, untuk makan
> sehari-hari aja udah dipas-pasin, gimana lagi mau beliin anak-anak baju
> dan
> sepatu baru, ganti gorden, mencat dan menghias rumah, beli sofa, memesan
> kue lebaran, beli ini...beli itu...dst..dst...", sederet daftar yang
> "harus"
> dipenuhi buat lebaran ini.
> Demikian omelan sang istri terbayang jelas dibenaknya. Dan omelan ini
> akan
> diakhiri dengan kalimat pemungkas seperti biasanya, "kan malu kita
> dilihat orang Pak, kalau tampil jelek saat lebaran nanti".
> Barnebu mengela nafas, mencoba menenangkan diri sambil menyandarkan
> badannya di kursi. Dia mencoba merenung dan bertanya pada dirinya,
> "Apakah memang spt ini makna lebaran? Apakah seperti ini yang
> dicontohkah Rasulullah SAW dan para sahabatnya?", gumamnya dalam hati.
> Entah sejak kapan "tradisi konsumerisme", jor-joran, dan
> bermegah-megahan ini dimulai. Tak jarang ada yg menghutang sana-sini,
> bahkan melakukan perampokan (terang-terangan atau tersembunyi) utk
> memenuhi tradisi kemewahan ini.
> Idul Adha, yang juga hari besar Islam selain Idul Fitri, praktis
> dirayakan jauh
> lebih sederhana dibanding Idul Fitri, tapi tetap terasa bermakna.
> Tanpa baju baru dan pamer kemewahan, toh kita tak merasa malu dengan
> orang lain.
> Karena orang lain juga berbuat sama seperti kita. Jadi perbuatan kita
> lebih
> dikarenakan sikap dan perbuatan orang lain? Atau apakah karena Idul
> Fitri
> didahului dengan puasa sebulan penuh, suatu ibadah yangg mengekang nafsu
> dunia dan sifat-sifat tercela lainnya. Sehingga begitu selesai bulan
> puasa, kita pun berpesta-pora merayakan "kemerdekaan" karena dapat
> kembali ke tabiat semula?
> Barnebu teringat dengan nasihat guru agamanya di masa sekolah dulu.
> "Hari Raya Idul Fitri adalah hari kembalinya anak manusia kepada
> kesuciannya, setelah sebulan penuh berlatih mengendalikan hawa nafsunya
> melalui ibadah puasa ramadhan. Bukan hari kembalinya MELAMPIASKAN hawa
> nafsu yg terkekang selama puasa ramadhan. Ibarat atlet yg giat berlatih
> menghadapi pertandingan, jerih payahnya terlunasi bila memperoleh
> prestasi terbaik dalam pertandingan sesungguhnya".
> Begitu juga puasa ramadhan, sebagai ajang latihan menghadapi kehidupan
> yg penuh godaan syetan utk menturutkan hawa nafsu yg selamanya tak akan
> bisa terpuaskan.
> Hari-hari setelah ramadhan inilah, ajang pembuktian gemblengan selama
> ramadhan, apakah kita bisa tetap bisa mengendalikan nafsu kita sendiri.
> Jadi hari raya selayaknya disikapi dengan tekad utk meningkatkan
> kualitas diri,
> bukan malah kembali seperti sebelum ramadhan". Demikian lebih kurang
> petuah sang guru kembali terngiang di telinganya.
> Sesungguhnya Takwa sebaga tujuan puasa ramadhan menjadi tolok ukur
> keberhasilan puasa kita. Maka yg penting sekarangg apakah kita bisa
> memperoleh "THR", yakni "Takwa Hasil Ramadhan", ini lah yang harus
> diperjuangkan. Dengannya kita terselamatkan di dunia dan di akhirat.
> "Allahu Akbar...Allahu Akbar"..., sayup-sayup terdengar suara adzan dari
> surau
> kantornya, sebagai tanda masuknya waktu shalat dzuhur.
> Barnebu tersadar dari lamunannya, sekarang puasa ramadhan hampir usai.
> Masih tersisa sedikit kesempatan untuk mengisi hari-hari di akhir bulan
> ini dengan ibadah terbaik, bukan dengan menyibukkan diri dengan hal-hal
> yang justru mengurangi makna puasa itu sendiri. Umur belum tentu
> mempertemukan dengan Ramadhan tahun depan.
> Ia pun bertekad akan mengajak keluarganya utk mengakhiri ramadhan ini
> dgn
> sebaik-baiknya, walau tanpa baju baru. Rasulullah SAW sendiri semasa
> hidupnya hanya punya 2 pasang baju, satu buat shalat dan satu buat
> sehari-hari. Sedangkan Ia dan keluarga masih memiliki baju yangg cukup
> banyak dan masih layak dipakai buat lebaran nanti.
> Barnebu pun teringat dgn orang-orang lain yangg bernasib malang di
> sekitarnya.
> Mereka yang tertimpa musibah, di-PHK, korban bencana alam, para
> gelandangan, anak-anak jalanan, dan mereka yg hidupnya nun jauh di bawah
> garis kemiskinan.
> Jangankan memperoleh THR, bisa mempertahankan hidup saja sudah untung.
> THR dari kantornya ini akan diberikan sebagian buat saudara-saudaranya
> yg
> bernasib malang tersebut, dan sebagian ditabung buat keperluan yangg
> lebih
> bermanfaat dan mendesak nantinya. Demikian tekad Barnebu di dalam hati.
> Ia sekarang lebih tertarik untuk mendapatkan "THR" (Takwa Hasil
> Ramadhan)
> sebagai bekal menghadapi kerasnya godaan syetan dan pengikutnya di
> hari-hari
> mendatang.
> Biarlah lebaran kali ini ia dan keluarga "biasa" secara lahir tapi
> berharap
> dapat meningkat secara rohani. Bukankah org yg paling mulia adalah org
> yg paling takwa?, kembali nasihat gurunya teringat kembali.
> Toh kebahagian dan ketenangan hidup itu bukanlah diukur dari banyaknya
> harta,
> tapi di dlm hati kita masing-masing. Berapa besar kita sanggup
> mensyukuri dan
> merasa cukup dgn karunia Ilahi rabbi. Semakin syukur kita, semakin
> terasa cukup, dan saat itulah kita telah menjadi "orang kaya".
> Sebaliknya, semakin hampa hati ini, semakin tak akan pernah bersyukur
> dan merasa cukup, walau harta melimpah ruah hingga akhirnya ajal
> menjemput. Yang tersisa hanyalah penyesalan yang tak berguna.
> "Hayya alasshalaah"....suara muadzin pun semakin syahdu terdengar.
> "Hayya alalfalaaah".... (marilah menuju kemenangan).
> Barnebu pun bergegas menuju surau, guna meraih KEMENANGAN.
> Hari ini ia telah berhasil memenangkan gundah gulana di hatinya. MENANG
> dari
> hasutan dan perangkap godaan nafsu dunia.
>
> Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf lahir Batin
>
> Siegen, 19 Ramadhan 1428 H
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Legal Disclaimer:
> The information contained in this message may be privileged and
> confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to
> whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is
> not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this
> message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this
> message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy
> any copy of this message
>
> >
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment