> From: Armansyah <
armansyah.s...@gmail.com>
> Date: Fri, 2 May 2008 17:25:26 +0700
> Subject: Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> To: "
Milis_Iqra@googlegroups.com" <
milis_iqra@googlegroups.com>
>
> Diambil dari buku :
>
> Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah Pelurusan Sejarah & Jawaban untuk
> Dinasti Yesus
> Karya : Armansyah
> Penerbit : Restu Agung, 2008
> Bab 5 : Penyimpangan Ajaran Isa al-Masih
> Hal. 284 s/d 293
>
> *Trinitas, misteri yang tidak bisa dijelaskan***
>
> Kemelut ajaran paganisme yang sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli
> Isa al~Masih memang memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang
> sejarah agama Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak
> menerima Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau
> diakuisisi oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita
> perlu juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang
> yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel dengan
> pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
>
> Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan
> menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (*God the Father*), Tuhan anak (*Jesus
> the Christ*) dan Tuhan Roh Kudus (*The Holy Spirit*). Dan ketiga-tiga oknum
> ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya.
> Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih yang disebut sebagai Tuhan anak
> (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya
> dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang
> sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti
> yang sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga
> digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian
> pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang
> mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
>
> Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan
> memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu
> itu juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat
> ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula
> sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak
> dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu.
> Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
>
> Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam
> membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata ganti
> yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat dalam
> konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi
> zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi wujud-Nya. Oleh karena
> dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini
> telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka
> selalu melarikan diri pada jawaban "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan."
> Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen
> didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang
> bertentangan dengan akal sehat.
>
> Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun
> pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain
> sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat
> Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu
> tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan
> Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang
> ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu
> menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak
> mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi
> sirna. Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab
> kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan
> Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir
> ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa
> keberadaannya ditengah para murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan
> Isa paska penyaliban. Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa
> unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap
> dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga
> terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan
> zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya
> sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
>
> Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah
> Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat
> tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab yang memperbedakan oknum
> yang pertama dengan oknum yang kedua adalah 'keanakan' dan 'keBapaan'.
> Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
> Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah
> setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar
> akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat Monotheisme atau
> meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham Polytheisme (sistem
> kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu
> bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan
> bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti yang sebenarnya.
>
> Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil)
> sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep
> pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri.
> Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada tiga, demikian
> pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka sampai pada
> Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan asas ke-Tritunggalan
> Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh
> lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan
> yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan
> Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), sementara oknum Tuhan
> kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Isa
> al~Masih dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah
> adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling
> menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru
> terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan
> anak, sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
>
> Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada
> satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat
No comments:
Post a Comment