Meraba sikap diri
Oleh : Armansyah
Dunia ini selalu berubah dan berkembang seiring dengan lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melatar belakangi perubahan tersebut, juga akibat semakin sesaknya bumi ini dengan populasi manusia disetiap tahunnya. Sehingga tidak heran jika segala sesuatu yang ada dihari ini boleh jadi berbeda jauh dengan apa yang ada dan terjadi dimasa lalu.
Teknologi benar-benar telah merubah peradaban secara total, ia merubah kebiasaan banyak orang dalam berbagai bidang. Sebut saja mulai dari cara orang untuk berjalan kearah titik tujuannya, pada masa yang sangat lalu manusia mungkin hanya mengandalkan kedua kakinya selama berjam-jam, berminggu-minggu atau bahkan berbulan dan bertahun. Pengetahuan manusia tentang kendaraan yang bisa ditunggangi menjadi titik balik awal sekali dari perubahan besar dalam transportasi sehingga kelak memunculkan teknologi pedati, sepeda, motor, mobil, pesawat hingga wahana antariksa. Begitupula dibidang komunikasi, pada masa lampau untuk bertukar komunikasi dan informasi dari satu tempat yang jauh menuju ketempat lainnya, manusia memanfaatkan jasa layanan burung yang sudah dilatih dan juga tenaga kurir seperti utusan dan sejenisnya dalam bentuk surat yang ditulis manual. Teknologi perlahan mulai memunculkan telegraph, telpon, handphone, sms, internet dan seterusnya. Even dalam melakukan pengarsipan dokumentasi, orang juga sudah berevolusi dari sistem manual yang mengandalkan catatan manual hingga menggunakan format digital yang bisa disharing kesemua orang diseluruh penjuru planet bumi ini dalam waktu kurang dari 1 menit.
Itulah hukum alam, inilah dinamisme hidup yang memang sesuai dengan fitrahnya. Selalu ada perubahan disetiap titik nadi kehidupan pada pergulatan jaman dan itu berarti hidup memang sungguh benar-benar berlangsung secara normal.
Nyaris sudah tidak ada lagi orang yang naik haji dengan naik kapal laut sekarang ini, sama nyarisnya dengan tiadanya lagi orang berkomunikasi melalui surat yang dikirim via pos atau transfer dana melalui wesel pos. Lambat tetapi pasti, pola belajar juga akan segera berubah dari model sekolah dengan datang dan duduk diatas bangku kayu yang reot lengkap dengan kapur tulisnya kearah pembelajaran secara digital mengandalkan telekonfrens ataupun webconfrence dan sejenisnya.
Semua kebiasaan telah mengalami perubahan yang luar biasa berkat teknologi yang semakin maju dan canggih diberbagai disiplin ilmu. Kita tidak perlu datang ketanah Mesir untuk mengakses apa isi dari perpustakaan yang ada disana atau juga pergi ke Gramedia hanya untuk mencari defenisi suatu istilah didalam kamus yang modern. Teknologi Internet berhasil mempermudah dan meng-efesienkan segala kebutuhan manusia itu.
Kita sudah berada di era super global yang waktu dan ruang sudah nyaris tidak lagi ada artinya, peperangan tidak lagi hanya sebatas pergulatan fisik dan senjata seperti dijaman kerajaan Sriwijaya dahulu atau mengandalkan ilmu gelang-gelang, bayu bajra dan serat jiwa dalam babad saur sepuh dikerajaan Madangkara, tetapi peperangan saat ini sudah masuk pada perang penciptaan teknologi dan pemikiran yang sebenarnya jauh lebih berbahaya dari pada perang-perang dimasa-masa terdahulu itu. Untuk bisa memetakan bumi dan mengetahui keberadaan seseorang sudah tidak lagi mengandalkan ilmu penerawangan ala kakek jabat dalam sandiwara radio gunung merapi ditahun 80-an, tetapi sudah dijembatani oleh sistem GPS yang mengandalkan satelit diatas planet bumi kita.
Pokoknya segala hal berubah total dan menjadi lebih baik.
Lalu bagaimana agama, khususnya Islam memandang semua ini ?
Didalam Islam, lebih khususnya lagi fiqih ada sebuah kaidah "al-ashlu fil mua'malati al-ibahah hatta yadullu ad-daliilu ala tahrimiha" (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya).
Muamalah sendiri secara etimologis atau bahasa berasal dari kata amala-yuamilu-muamalatan sama dengan wazan faala-yufailu-mufaalatan yang bermakna saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Memang bagi setiap muslim, apapun perbuatan yang dilakukan dalam hidupnya terikat dengan hukum-hukum Allah (baca: hukum agama) sehingga segalanya kembali pada hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah melalui kitab-Nya, Al-Qur'an dan keteladanan yang merupakan aplikasi al-Qur'an itu sendiri dari Rasul-Nya, Muhammad Saw.
Selama sebuah perbuatan tidak ada larangan yang mengatur tentangnya dan hal itu masih dapat ditinjau dari berbagai sudut toleransi dan kemudahan yang sudah dikeluarkan didalam Islam itu sendiri maka tidak ada perubahan hukum dari kebolehan menjadi ketidak bolehan, atau dari halal menjadi haram. Kita hanya bisa menyatakan bahwa perbuatan itu halal atau boleh tetapi dengan catatan begini dan begitu, atau juga mendekati haram kecuali begini dan begitu dan sejenisnya.
Islam bukan agama doktrinal yang segala sesuatunya harus diikuti tanpa adanya argumentasi penunjang ataupun membiasakan umatnya berlaku taklid. Justru Islam, sejak jaman awal ia diaplikasikan oleh Rasululullah Muhammad Saw, orang nomor satu didalam sejarah Islam itu sendiri, sudah mempraktekkan banyak hal tentang hukum-hukum Islam yang penuh toleransi dan tidak mengekang. Bahwa keputusan yang dibuat oleh Nabi sendiri boleh dan bisa diperdebatkan apabila memang hal itu dirasa mengganjal dihati sebagaimana sudah populer tentang cerita Salman Al-Farisi dengan ide perang Khandaqnya atau kisah bantahan Umar mengenai perjanjian Hudaybiahnya., Seorang yang tidak mampu melakukan syariat agama secara totalitas dalam waktu yang bersamaan juga diarahkan untuk melakukan sesuai kesanggupan yang ia miliki pada waktu itu. Bahkan ibadah sholat yang fundamentalpun bisa dan diperbolehkan untuk dilakukan dengan berbagai cara sebagai bentuk aplikasi toleransi hukum dan kemudahan yang ada didalam agama Islam.
Ketegasan dibidang Tauhid alias ketuhanan, tidak serta merta digambarkan oleh Rasul sebagai bentuk kebenciannya secara totaliter pada setiap orang kafir, even orang itu kaum kafir Mekkah, Madinah, Yahudi atau Nasrani. Selalu ada argumentasi disetiap tindakannya, baik menyangkut kebolehan, larangan atau diamnya beliau. Sayangnya memang dimasa-masa sekarang, banyak orang yang mengaku berkiblat pada apa yang diajarkan oleh Rasul namun justru berbuat bertolak belakang dengan sifat dan aplikatif dari Rasul itu sendiri. Sehingga tidak heran apabila Islam sekarang lebih lekat dengan nuansa terorisme, ekstrimisme dan ketertinggalan. Kita sendirilah sebagian besar yang sudah membentuk opini tersebut secara tidak langsung. Kesempitan berpikir dan pola pandang akhirnya membuat kita hanya menjauhkan orang-orang untuk secara antusias belajar agama. Padahal, banyak catatan sejarah menyampaikan pada kita bagaimana orang-orang kafir dimasa hidup Muhammad ataupun juga Umar dan Ali bin Abu Thalib, masuk Islam justru karena terpesona dengan semua kearifan sikap yang diperlihatkan oleh mereka, a.s.
Lalu ... bagaiamana dengan diri kita sendiri ?
Semoga tulsian ini ada manfaatnya,
Salam hangat dari kota Palembang, 21 Nopember 2009
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment