Tuesday, November 24, 2009

[Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !

Ini adalah jawaban saya untuk semua pihak yang mendukung penggunaan lafash Sayyidina pada diri Nabi Muhammad terutama dalam sholat dan saya mohon anda-anda ini, menjawab pertanyaan saya dengan dalil yang bisa dipertanggung jawabkan secara langsung pada kitabullah dan as-sunnah (baca: al-hadis) !


Pertama saya jawab dulu komentar dari Sdr. andy wahyudi agar subyek posting saya ini dirubah ... jawab saya jelas, tegas dan pasti : TIDAK ! Saya tidak akan pernah merubah subyek dari posting saya ini berikut pemahaman saya mengenainya.

Kedua, masih terhadap Sdr. andy wahyudi, jelaskan sesat saya dimana jika saya tidak merubah isi dari subyek saya tersebut .... berdasar al-Qur'an dan as-sunnah, bukan berdasar pendapat sianu atau sianu.

Ketiga, ini buat seluruhnya terutama mas Hendy Nugraha.
Dulu, beberapa tahun silam, masalah ini pernah kita bahas juga dan tidak ada titik temu karena mas Hendy bersikukuh berpegang pada pendapat ulama anu dan anu (koreksi saya jika salah), sementara saya bersikukuh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Waktu itu ada juga mas Dani Permana yang ikut memberikan tanggapan mengenai hal ini dan posisi beliau kala itu sama seperti saya (silahkan diperiksa kembali arsip di Gmailnya).

Mas Hendy dan semuanya.,
Saya orang yang sangat toleran dalam beragama, tidak hanya pada perbedaan ikhtilafiyah diantara kaum muslim termasuk didalamnya masalah Syiah dan Sunni yang oleh sebagian orang justru disikapi secara ekstrem, tetapi juga pada semua kelompok dan agama diluar Islam (antum semua tahu dan contoh eksistensi Rizal Lingga dimilis ini bisa dijadikan bukti hidup akan sikap saya ini).

Tetapi, toleransi saya bukan berarti tidak tegas dalam berpaham. Rasanya sudah terlalu sering milis ini melihat tanggapan dan tulisan saya dalam hal ini baik untuk sesama muslim atau juga pada kelompok dan agama diluar Islam. Oke, sekarang saya akan langsung pada point ....

Semua yang mas Hendy bawakan, dalilnya adalah penafsiran yang sangat dipaksakan terhadap kontekstual Al-Qur'an dan Al-Hadis menyangkut penggunaan ucapan "Sayyidina" pada diri Rasulullah Saw. Kenapa ?

1. Apakah pernah Allah mencontohkan memanggil nama Nabi dengan kata "Sayyidina" didalam Al-Qur'an sebagaimana Allah mencontohkan penggunaan kata "Nabi" dan "Rasul" pada diri beliau Saw ?

2. Silahkan perlihatkan pada saya, satu hadis mana saja mengenai contoh langsung dari Nabi Saw menyangkut pengucapan sholawat terhadap beliau yang mempergunakan kata "Sayyidina". (Ingat, saya meminta hadis Nabi bukan ucapan atau contoh orang-orang diluar beliau seperti Imam Al-Ghazali dan lain sebagainya, karena patokan kita disini dalam beragama dan berteladan adalah Nabi bukan mereka sebagaimana jelas dinyatakan oleh Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 21)

Dibawah ini saya tampilkan satu hadis secara utuh yang jelas dan transparan dari Rasulullah tentang pengucapan sholawat kepada beliau dalam huruf latin dan Arab ... harap disimak :

Rasulullah Saw datang kepada kami, sedang kami berada dalam majelis Sa'ad bin 'Ubadah. Lalu Basyir bin Sa'ad bertanya : Allah Ta'ala menyuruh kami sholawat untuk engkau, ya Rasulullah, bagaimana caranya kami bersholawat untuk engkau ? ; Rasulullah Saw menjawab : Ucapkanlah : Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan kepada keluarga Ibrahim. Dan berilah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah terpuji dan Mulia (Allahumma Sholli 'alaa Muhammad Wa'ala Aali Muhammad kama Sholayta 'ala aali Ibroohim wabariq 'aala Muhammad wa'ala aali Muhammad kama baroqta 'ala aali Ibroohim fil 'alaminainnaka hamidumm Madjid). Cara memberi salam adalah sebagaimana yang kamu ketahui." (HR.Muslim dan Abî Mas'ûd Al-Anshari).



 

Tolong koreksi saya dalam lafal Arab hadis diatas, dimana ada kata Sayyidina ?


Saya tunggu jawaban anda ! Disini tidak ada nafsi-nafsi bila sudah sangat jelas konteksnya !

 






---------- Forwarded message ----------
From: Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com>
Date: 2009/11/24
Subject: [Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !
To: milis_iqra@googlegroups.com



    Allah swt.berfirman :

    "Janganlah kalian memanggil Rasul (Muhammad) seperti kalian memanggil sesama orang diantara kalian". (S.An-Nur : 63).

 

    Dalam tafsirnya mengenai ayat diatas ini Ash-Shawi mengatakan: Makna ayat itu ialah janganlah kalian memanggil atau menyebut nama Rasulallah saw. cukup dengan nama beliau saja, seperti Hai Muhammad atau cukup dengan nama julukannya saja Hai Abul Qasim. Hendaklah kalian menyebut namanya atau memanggilnya dengan penuh hormat, dengan menyebut kemuliaan dan keagungannya. Demikianlah yang dimaksud oleh ayat tersebut diatas. Jadi, tidak patut bagi kita menyebut nama beliau saw.tanpa menunjukkan penghormatan dan pemuliaan kita kepada beliau saw., baik dikala beliau masih hidup didunia maupun setelah beliau kembali keharibaan Allah swt. Yang sudah jelas ialah bahwa orang yang tidak mengindahkan ayat tersebut berarti tidak mengindahkan larangan Allah dalam Al-Qur'an. Sikap demikian bukanlah sikap orang beriman.






---------- Forwarded message ----------
From: Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com>
Date: 2009/11/24
Subject: [Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !
To: milis_iqra@googlegroups.com


Tambahan :


Menurut Ibnu Jarir, dalam menafsirkan ayat tersebut Qatadah mengatakan : Dengan ayat itu (An-Nur:63) Allah memerintahkan ummat Islam supaya memuliakan dan mengagungkan Rasulallah saw.

Dalam kitab Al-Iklil Fi Istinbathit-Tanzil Imam Suyuthi mengatakan: Dengan turunnya ayat tersebut Allah melarang ummat Islam menyebut beliau saw. atau memanggil beliau hanya dengan namanya, tetapi harus menyebut atau memanggil beliau dengan Ya Rasulallah atau Ya Nabiyullah. Menurut kenyataan sebutan atau panggilan demikian itu tetap berlaku, kendati beliau telah wafat.

Dalam kitab Fathul-Bari syarh Shahihil Bukhori juga terdapat penegasan seperti tersebut diatas, dengan tambahan keterangan sebuah riwayat berasal dari Ibnu 'Abbas ra. yang diriwayatkan oleh Ad-Dhahhak, bahwa sebelum ayat tersebut turun kaum Muslimin memanggil Rasulallah saw. hanya dengan Hai Muhammad, Hai Ahmad, Hai Abul-Qasim dan lain sebagainya. Dengan menurunkan ayat itu Allah swt. melarang mereka menyebut atau memanggil Rasulallah saw. dengan ucapan-ucapan tadi. Mereka kemudian menggantinya dengan kata-kata : Ya Rasulallah, dan Ya Nabiyullah.

Hampir seluruh ulama Islam dan para ahli Fiqih berbagai madzhab mempunyai pendapat yang sama mengenai soal tersebut, yaitu bahwa mereka semuanya melarang orang menggunakan sebutan atau panggilan sebagaimana yang dilakukan orang sebelum ayat tersebut diatas turun.

Didalam Al-Qur'an banyak terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan makna tersebut diatas. Antara lain firman Allah swt. dalam surat Al-A'raf : 157 ; Al-Fath : 8-9, Al-Insyirah : 4 dan lain sebagainya. Dalam ayat-ayat ini Allah swt. memuji kaum muslimin yang bersikap hormat dan memuliakan Rasulallah saw., bahkan menyebut mereka sebagai orang-orang yang beruntung. Juga firman Allah swt. mengajarkan kepada kita tatakrama yang mana dalam firman-Nya tidak pernah memanggil atau menyebut Rasul-Nya dengan kalimat Hai Muhammad, tetapi memanggil beliau dengan kalimat Hai Rasul atau Hai Nabi.

Firman-firman Allah swt. tersebut cukup gamblang dan jelas membuktikan bahwa Allah swt. mengangkat dan menjunjung Rasul-Nya sedemikian tinggi, hingga layak disebut sayyidina atau junjungan kita Muhammad Rasulallah saw. Menyebut nama beliau saw. tanpa diawali dengan kata yang menunjuk- kan penghormatan, seperti sayyidina tidak sesuai dengan pengagungan yang selayaknya kepada kedudukan dan martabat beliau.

Dalam surat Aali-'Imran:39 Allah swt. menyebut Nabi Yahya as. dengan predikat sayyid :

"…Allah memberi kabar gembira kepadamu (Hai Zakariya) akan kelahiran seorang puteramu, Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang dari) Allah, seorang sayyid (terkemuka, panutan), (sanggup) menahan diri (dari hawa nafsu) dan Nabi dari keturunan orang-orang sholeh".

Para penghuni neraka pun menyebut orang-orang yang menjerumuskan mereka dengan istilah saadat (jamak dari kata sayyid), yang berarti para pemimpin. Penyesalan mereka dilukiskan Allah swt.dalam firman-Nya :

"Dan mereka (penghuni neraka) berkata : 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin (sadatanaa) dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar". (S.Al-Ahzab:67).

Juga seorang suami dapat disebut dengan kata sayyid, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah swt. dalam surat Yusuf : 25 :

"Wanita itu menarik qamis (baju) Yusuf dari belakang hingga koyak, kemudian kedua-duanya memergoki sayyid (suami) wanita itu didepan pintu". Dalam kisah ini yang dimaksud suami ialah raja Mesir.

Demikian juga kata Maula yang berarti pengasuh, penguasa, penolong dan lain sebagainya. Banyak terdapat didalam Al-Qur'anul-Karim kata-kata ini, antara lain dalam surat Ad-Dukhan: 41 Allah berfirman :

"…Hari (kiamat) dimana seorang maula (pelindung) tidak dapat memberi manfaat apa pun kepada maula (yang dilindunginya) dan mereka tidak akan tertolong".

Juga dalam firman Allah swt. dalam Al-Maidah : 55 disebutkan juga kalimat Maula untuk Allah swt., Rasul dan orang yang beriman.

Jadi kalau kata sayyid itu dapat digunakan untuk menyebut Nabi Yahya putera Zakariya, dapat digunakan untuk menyebut raja Mesir, bahkan dapat juga digunakan untuk menyebut pemimpin yang semuanya itu menunjuk kan kedudukan seseorangalasan apa yang dapat digunakan untuk menolak sebutan sayyid bagi junjungan kita Nabi Muhammad saw. Demikian pula soal penggunaan kata maula . Apakah bid'ah jika seorang menyebut nama seorang Nabi yang diimani dan dicintainya dengan awalan sayyidina atau maulana ?!

Mengapa orang yang menyebut nama seorang pejabat tinggi pemerintahan, kepada para president, para raja atau menteri, atau kepada diri seseorang dengan awalan 'Yang Mulia' tidak dituduh berbuat bid'ah ? Tidak salah kalau ada orang yang mengatakan, bahwa sikap menolak penggunaan kata sayyid atau maula untuk mengawali penyebutan nama Rasulallah saw. itu sesungguhnya dari pikiran meremehkan kedudukan dan martabat beliau saw. Atau sekurang-kurang hendak menyamakan kedudukan dan martabat beliau saw. dengan manusia awam/biasa.

Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini masih banyak orang yang menyebut nama Rasulallah saw. tanpa diawali dengan kata sayyidina dan tanpa dilanjutkan dengan kalimat sallahu 'alaihi wasallam (saw). Menyebut nama Rasulallah dengan cara demikian menunjukkan sikap tak kenal hormat pada diri orang yang bersangkutan. Cara demikian itu lazim dilakukan oleh orang-orang diluar Islam, seperti kaum orientalis barat dan lain sebagainya. Sikap kaum orientalis ini tidak boleh kita tiru.

Banyak hadits-hadits shohih yang menggunakan kata sayyid, beberapa diantaranya ialah :

"Setiap anak Adam adalah sayyid. Seorang suami adalah sayyid bagi isterinya dan seorang isteri adalah sayyidah bagi keluarganya (rumah tangga nya)". (HR Bukhori dan Adz-Dzahabi).

Jadi kalau setiap anak Adam saja dapat disebut sayyid, apakah anak Adam yang paling tinggi martabatnya dan paling mulia kedudukannya disisi Allah yaitu junjungan kita Nabi Muhammad saw.  tidak boleh disebut sayyid ?

Didalam shohih Muslim terdapat sebuah hadits, bahwasanya Rasulallah saw. memberitahu para sahabatnya, bahwa pada hari kiamat kelak Allah swt. akan menggugat hamba-hambaNya : "Bukankah engkau telah Ku-muliakan dan Ku-jadikan sayyid ?" (alam ukrimuka wa usawwiduka?)

Makna hadits itu ialah, bahwa Allah swt. telah memberikan kemuliaan dan kedudukan tinggi kepada setiap manusia. Kalau setiap manusia dikarunia kemuliaan dan kedudukan tinggi, apakah manusia pilihan Allah yang diutus sebagai Nabi dan Rasul tidak jauh lebih mulia dan lebih tinggi kedudukan dan martabatnya daripada manusia lainnya ? Kalau manusia-manusia biasa saja dapat disebut sayyid , mengapa Rasulallah saw. tidak boleh disebut sayyid atau maula ?






---------- Forwarded message ----------
From: andy wahyudi <packetsnuke@gmail.com>
Date: 2009/11/24
Subject: [Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !
To: milis_iqra@googlegroups.com



Maksudnya, umat Islam tidak boleh menuhankan Sayyidina Muhammad saw.
seperti halnya umat Nabi Isa as. menuhankan Nabi Isa as.
Justru Allah memuji Sayyidina Muhammad saw dalam Al-Qur'an.
Coba ditelaah lagi, bos...



---------- Forwarded message ----------
From: andy wahyudi <packetsnuke@gmail.com>
Date: 2009/11/24
Subject: [Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !
To: milis_iqra@googlegroups.com



Judulnya diganti, om.
Bisa sesat tuh...


---------- Forwarded message ----------
From: Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com>
Date: 2009/11/24
Subject: [Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !
To: milis_iqra@googlegroups.com




2009/11/24 bambang hartoyo <bkart67@gmail.com>

    Kita susah mengubah perilaku penyebutan kepada Nabi Muhammad karena ini masing2 mempunyai hujjah yang dipegang. Ada baiknya kalau kita mengedepankan persamaan bukan perbedaan.
    http://rafirahmaisyah.blogspot.com


Maunya sih begitu, mas Bambang. Tapi susah, meu menjalankan sesuatu yang diyakini (tentunya disertai dengan hujjah) ada aja yang menyalahkan dgn hujah yang berbeda. Mendingan nafsi-nafsi deh....

 


--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment