Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'? |
Selasa, 19 Agustus 2008 | |
Jikalau anda perhatikan dalam beberapa kesempatan, baik dalam khutbah jum'at, ceramah Agama atau acara-acara Mimbar Agama Islam di TV, ada ustadz yang membaca Sayyidina Muhammad ada yang ..Muhammad saja. Apa landasan yang memakai "Sayyidina" dan apa alasan tidak memakai "sayyidina" ? Atau ada yang mempermasalahkan penambahan Sayyidina ketika Tasyahud? Ada yang menuduh Bid'ah, dan sebagainya. Sebenarnya apaan sih itu ? Sayyidina itu dalam bahasa Arab berasal dari Sayyid atau Sir (dalam bahasa Inggris) Dalam Kitab I'anatut Thalibin- Syeikh Bakri Dimyathi juga dalam Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156 disebutkan: اْلاَوْلىَ ذَكَرَ السَّياَدَةُ، لِأَنَّ اْلاَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ. Adalah lebih baik mengucapkan 'sayyidina" sebelum nama (Nabi Muhammad), karena yang afdhal adalah bersopan santun kepada Nabi Muhammad Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi : عَنْ أَبيِ هُرَيْرَةَ قاَلَ , قَالَ رَسُولُ اللَّهِ أنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ "Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa'at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk memberikan syafa'at." (Shahih Muslim, 4223). Ini dasar/dalil bahwa Nabi membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa. Bagaimana hukumnya membaca shalawat Ibrahimiyah dalam bacaan Tasyahhud ditambah dengan "sayyidina" sebelum kata "Muhammad"? Syeikh Syihabuddin al Qalyubi, berkata: نَعَمْ لَا يَضُرُّ زِيَادَةُ مِيمٍ فِي عَلَيْك ، وَلَا يَاءِ نِدَاءٍ قَبْلَ أَيُّهَا ، وَلَا وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ بَعْدَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ لِوُرُودِهَا فِي رِوَايَةٍ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا ، وَلَا زِيَادَةُ عَبْدِهِ مَعَ رَسُولِهِ ، وَلَا زِيَادَةُ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّدٍ هُنَا وَفِي الصَّلَاةِ عَلَيْهِ الْآتِيَةِ ، بَلْ هُوَ أَفْضَلُ لِأَنَّ فِيهِ مَعَ سُلُوكِ الْأَدَبِ امْتِثَالَ الْأَمْرِ Ya, Tidak merusakkan bacaan Tasyahud dengan menambah huruf "mim", pada "alaika", begitu juga menambah "ya" sebelum "ayyuha" begitu juga membaca " Wahdahu la-syarikalah" sesudah " Ashadu an Laa ilaha Illallah" begitu juga menambah "abduhu" sebelum "wa rasuluhu" begitu pula menambah "sayyidina" sebelum nama Muhammad (dalam tasyahud atau dalam shalawat), membaca sayyidina lebih afdhal karena dalam membaca "sayyidina" itu kita sudah menjalankan perintah Nabi sekaligus memuliakan dan menghormati Nabi. Syeikh Ar Ramly, berkata dalam Syarh al Minhaj: قاَلَ الَرَّمْليِ فيِ شَرْحِ اْلمِنْهاَجْ: وَأَكْمَلُ الصَّلاَةُ عَلىَ النَّبيِ وَأَفْضَلُهاَ سَوَاءً فيِ الصَّلاَةَ وَخاَرِجِهاَ كَماَ نَصْ عَلىَ ذَلِكَ: اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ على سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ، وَبارِكْ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بارَكْتَ عَلَى سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ فِى اْلعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ" Dan Shalawat atas Nabi yang sempurna dan lebih afdhal, juga sama dengan shalawat yang dibaca dalam Shalat sebagaimana nash : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ على سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ، وَبارِكْ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بارَكْتَ عَلَى سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ فِى اْلعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ" Ada sebagaian kelompok dalam ummat islam yang "melarang/mengharamkan" atau menghukumi sebagai bid'ah dhalalah bagi orang yang menambahi kata "sayyidina" dalam tasyahud ketika shalat sebagaimana hadits : لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ "Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat" وَحَدِيثُ { لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ } بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ مُتَأَخِّرِي الْحُفَّاظِ وَقَوْلُهُ الْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ أَشَارَ إلَى تَصْحِيحِهِ . Tapi ternyata kelompok yang membid'ahkan itu keliru/salah, karena hadits tersebut "bathil" /"la ashla lahu" dan maudhu' sebagaimana dalam kitab: Asnal Mathalib (أسنى المطالب) dalam Bab 15 Rukun Shalat; Tuhfat Muhtaj (تحفة المحتاج في شرح المنهاج); Hasyiyah al Jamal (حاشية الجمل)dalam Bab Sifat Shalat, dan Hasyiyah al Bujairimy(حاشية البجيرمي على المنهج ) dalam Bab Menghadap ke Kiblat dalam Shalat Disamping itu,secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak sinkron. Dalam bahasa Arab tidak dikatakan سَادَ- يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ -يَسُوْدُ , Sehingga tidak bisa dikatakan لَاتُسَيِّدُوْنِي So...kalau publik dan kerajaan Inggris memberi gelar kepada pelatih MU – Alex Ferguson dengan tambahn ' Sir 'di depan namanya sebagai penghormatan, lah…kira-kira ketika memanggil panutan kita Nabi Besar Muhammad SAW kok ..hanya Muhammad saja, apa ya pantas ?? (gus arifin) Sumber : http://sehatbarokah.com |
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment