Diskusi – 032
ALLAH SEBELUM ISLAM
Artikel "Allah Sebelum Islam' (lihat di www.yabina.org) mendapat banyak appresiasi, namun ada juga yang menanggapinya. Tanggapan yang penting untuk didiskusikan adalah seperti berikut :
Tanggapan-1:
Tidak benar bahwa nama 'Allah' sudah digunakan umat kristen Arab sebelum Islam, sebab dalam 'Arab Bible' nama itu ditulis 'Al-Ilaah' sesuai nama yang digunakan kalangan kristen sebelum ada Islam. Ini bisa dilihat dalam inskripsi Umm al-Jimal (abad-6). Inskripsi Zabad tidak memuat nama 'Allah' itulah sebabnya 'Al-Ilaah' digunakan dalam Arab Bible dan bukan 'Allah.'
Diskusi-1:
Sebelum mendiskusikannya, ada baiknya mengetahui lebih dahulu apakah 'Arab Bible' itu. Arab Bible (2004) adalah karya plagiat dari 'Arabic Bible' yang selama ini digunakan umat Kristen berbahasa Arab (Bustani-van Dijk, 1865), dengan hanya mengubah nama 'Allah' didalamnya dengan 'Al-Ilaah', karena itu klaim 'Arab Bible' bahwa mereka lebih tahu bahasa Arab perlu diuji. Arabic Bible menggunakan nama 'Allah' sudah satu-setengah abad, meneruskan penggunaannya dalam Alkitab Arab dan oleh orang Arab beragama Yahudi dan Kristen sejak awal, dan kini digunakan 29 juta umat Kristen berbahasa Arab.
Inskripsi Umm al-Jimal memuat nama al-Ilah, namun penggunaan nama 'Allah' sebelum Islam banyak. Ada uskup Arab hadir di Konsili Efesus (431) bernama 'abdellaz' (Abdullah, band. dengan 'Wahab Allah' yang diterjemahkan ke Yunani sebagai 'ouaballaz')). Dalam fragmen pra-Islam yang ditemukan di Damaskus (1901) ada teks LXX Mazmur 78 dimana 'ho-theos' (elohim) diterjemahkan dalam bahasa Arab yang ditulis dengan aksara yunani sebagai 'allau' (ayat 22,31,59) dan 'el ileu ( (ayat 56) dalam inskripsi itu huruf 'ha' Arab ditulis sebagai 'upsilon' Yunani. Seorang martir kristen Arab dari Najran bernama 'Abdullah ibn Abu Bakr ibn Muhammad' (523), dan di kalangan Arab beragama Yahudi pra-Islam ada Imam Sinagoge di Medinah yang bernama 'Abdallah bin Saba.'
Inskripsi Zabad (512) 'memuat nama Allah,' banyak pakar menyebut inskripsi itu memuat 'Allah Gafran' (Allah mengampuni) sebagai pembuka bahkan digambarkan dalam buku 'Islamic Caligraphy' oleh 'Yasin Hamid Safadi' (London: Thames and Hudson Limited, 1978, hlm.6).
Jadi, nama Al-Ilah dan Allah digunakan bersama dan saling dipertukarkan terlebih pada zaman pra-Islam. Dalam Ensyclopaedia of Islam disebutkan:
"Bagi umat Kristen dan monotheis, al-ilah terbukti berarti Tuhan; bagi penulis lain artinya "yang disembah", dan al-ilah menunjukkan 'tuhan yang sudah disebutkan' … penggunaannya bertahan sampai sekarang ('Abd al-Ilah). … Allah sering digunakan sebagai kontraksi al-ilah, khususnya dalam tulisan pra-Islam, kemudian menjadi nama diri (ism 'alam)." (Brill, Vol.III, hlm.1093)
Adalah gegabah kalau membangun sebuah teologi hanya dengan mengutip satu-dua contoh yang mendukung, padahal banyak contoh lainnya yang berbeda diabaikan.
(T-2)
Allah adalah 'nama diri' yang sama dengan bentuk feminim 'nama diri' dewi pagan Arab 'Allat' yang ditemukan kuil penyembahannya di Petra dari kaum Nabatea, dan Lihyan adalah pusat penyembahan dewa HLH dari Siria. Tidak ada nama 'Allah' muncul di Inskripsi kristen Zabad (512).
(D-2)
Mengenai Allah sebagai nama diri bisa menunjuk sesembahan pagan Arab atau Yang Mahaesa, dan penggunaan dengan satu 'l' (alah) atau dua 'l' (allah) dengan pengertian sama merupakan kebiasaan dalam inskripsi kuno sebelum gramatika abjad Arab menjadi baku. Dalam Tanakh, 'El/Elohim' berarti nama diri dan sebutan yang tertuju Tuhan yang Esa maupun kepada dewa/berhala.
Lihyan disebutkan sebagai pusat penyembahan 'HLH' dan tidak ada indikasi bahwa nama itu tertuju 'dewa Siria' sekalipun ditemukan kuil penyembahan di Petra. Perlu disadari bahwa inskripsi di Arab Utara (Sabean, Lihyan, Tamudic, Safaitic) menunjukkan bahwa Lihyan merupakan pusat penyembahan 'Allah' dan disana berkembang dialek-dialek Arab dimana ada yang menggunakan kata sandang 'al' tapi juga 'ha' untuk menunjukkan 'Tuhan yang Satu.' F.V. Winnet dalam penelitian yang mendalam atas inskripsi Lihyan menyebutkan bahwa pujian kepada Allah dalam inskripsi itu bersifat netral dan bisa diarahkan kepada sesembahan mana saja, tapi teks Lihyan menunjukkan adanya kata kunci 'abtar' yang hanya ada dalam Al-Quran (QS.108) yang mengarah kepada 'Allah yang Esa dan Kekal' (QS.112).
"Inskripsi Arab Utara. … Nama-nama Allah pertama menjadi umum di teks Lyhian. … Bukti ditemukannya nama Allah menunjukkan bahwa Lyhian adalah pusat penyembahan Allah di Arab. … "Orang Siria, menekankan kata benda umum 'allah' menjadi nama diri dengan menambahkan elemen "a": allaha = "the god" lalu menjadi "God". … Ketika orang Lyhian mengambil alih nama diri Allaha, nama itu diarabkan dengan menghilangkan elemen "a"." (Allah Before Islam, The Moslem World, Vol.38, 1938, hlm.245-248)
Apalagi, Inskripsi Lihyan abad VI BC itu berada di Arab Utara yang berasal dari bahasa Nabatea Arami itu dekat dengan Yerusalem dimana dikenal kitab Ezra yang sezaman (abad VI BC) yang memuat nama Aram 'Alaha' yang ditujukan kepada 'Elah Yisrael' (Ezr.5:1;6:14). Lagipula, pendahulu suku Lihyan adalah Dedanite yang adalah keturunan Dedan cucu Keturah, isteri Abraham, tentu ada kaitannya dengan keyakinan Hanif. Ensiklopedi Islam menyebut:
"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah hunafa' (tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail." (Glasse, hlm.50-51).
Nabi Islam Muhammad sebelum menjadi rasul berhubungan dengan biarawan Nestorian Waraqah ibn Nawfal yang adalah sepupu Khadijah. Ia juga menghadiri pengajaran guru kristen dekat Mekah, dan setelah memulai agamanya ia mengaku menulis kitab sebagai penerus kitab-kitab Yahudi dan Kristen yang sudah ada, ini menunjukkan bahwa ia mengaku nama 'Allah' yang sama dalam dua agama pendahulunya, hal itu secara jelas terlihat dalam Al-Quran:
"(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS.22:40)
Dalam Surrah Al-Quran disebut "orang Yahudi menyebut Allah" (5:64), dan "orang Yahudi & Nasrani beriman kepada Allah" (2:62) dan menyebut "kami anak-anak Allah" (5:18). Orang Nasrani menyebut "Isa Almasih putra Allah" (9:30) dan "rasul utusan Allah" (4:157,171;61:6), dan "Isa menjawab: Bertakwalah kepada Allah" (5:112) dan berkata "Aku ini hamba Allah" (19:30), dan "Allah mengangkat Isa kepada-Nya" (3:55;4:158;5:110). Ini menunjukkan 'Allah' sudah dipakai umat Yahudi dan Kristen Arab termasuk dalam kitab-kitab mereka (QS.2:97;5:48) semasa pra-Islam.
(T-3)
Arab Bible mengutip ucapan Sidney Griffith bahwa: "Bahasa Arab semakin banyak digunakan oleh para pemimpin Kristen Timur, dan akhirnya menggantikan bahasa Yunani. Nampaknya, bahkan di dalam gereja, ada pergeseran besar ke arah mengadopsi segala hal yang bersifat islami. Migrasi ke arah kebudayaan Arab yang sedang berjaya sedang digemari (dan juga lebih aman), oleh karena peradapan Arab kemudian dipandang sebagai kebudayaan yang lebih superior dari yang lainnya. Dengan situasi seperti ini maka tidaklah mengejutkan jika kita melihat adanya penggunaan kata 'Allah'."
(D-3)
Sidney Griffith kurang mengerti sejarah Arab-kristen dengan menganggap umat kristen pada masa Islam mengikuti bahasa Arab dan meninggalkan bahasa yunani. Sekalipun sejak penguasa Islam (630) bahasa Arab menggeser budaya dan bahasa Yunani, itu tidak berarti orang Arab kristen semula berbahasa Yunani dan baru menggunakan bahasa Arab sesudah itu. Kekuasaan Arab saat itu hanya sebagian saja dari dunia berbahasa Arab yang sudah menyebar sampai ke Mesopotamia, Arab Selatan, seluruh Afrika, dan Eropah beberapa abad sebelum hadir agama Islam.
Sekalipun PB ditulis dalam bahasa Yunani, tidak berarti hanya itu bahasa yang dikenal umat. Kekristenan Arab sudah dimulai sedini abad pertama dimana orang Arab sudah mendengar kotbah Yesus (Mrk.3:7-8) dan dihari Pentakosta mereka mendengar dalam bahasa Arab (Kis.2:11), dan Paulus mengunjungi jemaat kristen Arab (Gal.1:17). Alkitab Peshita dalam bahasa Aram ditulis pada abad II dimana El/Elohim Ibrani ditulis 'Alaha' sebelum kemudian menjadi 'Allah' Arab Nabatea dan bahasa Arab. Pada tahun 244 seorang Arab kristen Phillip the Arab menjadi kaisar Roma dan pada Konsili Nicaea (325) hadir 6 uskup Arab dari kawasan imperium Romawi dan tiga uskup lainnya dari kawasan Arab non Romawi. Ini menunjukkan bahwa umat kristen Arab dengan bahasa Arabnya sudah menyebar bahkan menduduki jabatan tinggi kaisar Romawi dan Uskup jemaat Arab.
Menarik untuk membandingkan isi Injil Apokrif Infancy Gospel of Thomas (abad II) dimana ada cerita mengenai 'Allah yang mengizinkan Yesus membuat mujizat burung dari tanah liat' yang dikutip dalam Injil Anak-anak apokrif dalam bahasa Arab 'Injilu' t Tufuliyyah' dan kemudian diceritakan Al-Quran (QS.5:110, abad VII). Pada abad III Origen menulis dalam introduksi Hexapla bahwa ia berkonsultasi dengan salinan bahasa lain termasuk Arab, ini berarti pada abad III sudah ada fragmen Alkitab dalam bahasa Arab. Pada abad VI, Waraqah ibn Nawfal di Mekah menerjemahkan fragmen Alkitab ke dalam bahasa Arab, pada tahun 520 umat Kristen di Najran memiliki Injil dengan dialek Arab yang ditulis dengan aksara Musnad, dan pada tahun 570 ditemukan tulisan di salah satu batu Kaabah kutipan dari Mat.7:16 dalam bahasa Arab. John of Sedra pada awal abad VII menulis terjemahan keempat Injil dalam bahasa Arab untuk digunakan oleh para cendekiawan Muslim.
Karena itu, menyempitkan kekristenan sebagai hanya mengenal 'Al Ilah' sebelum Islam, dan mengganggap orang kristen terpengaruh tekanan dominasi kekuasaan Arab/Islam agar menggunakan nama 'Allah,' menunjukkan sikap merendahkan kekuatan kekristenan Arab yang dipimpin Roh Kudus sejak hari Pentakosta dan sejak itu meluas pengaruhnya ke hampir seluruh kawasan berbahasa Arab. Pada awal abad VII pada waktu restorasi 'kaabah' di Mekah ditemukan inskripsi disalah satu batu sudut yang memuat nama Maria & Yesus bersama beberapa nabi PL. Dengan adanya nama-nama tokoh kristen yang mengandung nama 'Allah' menunjukkan bukti bahwa kekristenan Alkitablah yang mempengaruhi pembentukan Al-Quran (sekitar 70% isinya ada dalam Alkitab kristen).
Makin jelas bahwa Al-Ilah dan Allah adalah padan kata atau kontraksi, yang tertuju kepada Yang Mahaesa pencipta langit dan bumi maupun dewa. Dalam ensiklopedi disebut:
"Allah ("Tuhan" Arab), Tuhan yang esa dan satu-satunya dalam agama Islam. Secara bahasa, nama Allah mungkin merupakan kontraksi al-Ilah Arab, "Tuhan itu." Asal-muasal nama itu dapat ditelusuri ke masa lalu sampai tulisan-tulisan Semitik yang paling awal dimana kata untuk Tuhan adalah Il atau El, yang terakhir adalah sinonim Yahweh Perjanjian Lama. Allah adalah kata standar Arab untuk menyebut 'Tuhan' dan digunakan oleh Arab Kristen sama halnya dengan Muslim." (Ensyclopaedia Britannica)
"Allah, nama Yang Mahakuasa Arab. Kata itu adalah kontraksi al-Ilah bahasa Arab, "Ilah Itu." Kedua ide dan kata itu sudah ada dalam tradisi Arab sebelum Islam, dimana ada beberapa bukti monotheisme primitive dapat ditemukan. Walaupun ada yang menyebutnya ilah-ilah yang lebih rendah, Arab sebelum Islam mengenal Allah sebagai Yang Mahakuasa." (Microsoft Encarta, 2009)
Demikian juga 'Ensiklopedi Islam' (Glasse) dan 'Ensyclopaedia of Islam' (Brill) menyebut:
"Nama "Allah" telah dikenal dan dipakai sebelum Alquran diwahyukan .... Kata itu tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang, oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan" (Glasse, hlm.23)
"Sebagian besar beranggapan nama diri Allah ada asalnya (mushtakk, mankul), kontraksi al-ilah, dan menganggap ilah adalah tiga huruf akar kata." (Brill, Vol.III, hlm.1093).
"Allah sudah dikenal di Arab; ia adalah satu dari sesembahan yang disembah di Mekah kemungkinan sebagai tuhan yang mahakuasa dan tentu saja tuhan pencipta (band. QS.13:16;29:61,63;31:25;39:38;43:87). Ia sudah dikenal sejak dulu, sebagai 'Allah,' al-Ilah (asal kata yang paling mungkin; saran lainnya adalah Alaha Aram)." (Brill, Vol.I, hlm.406).
Ada teks Aram Suryani pra-Islam yang menulis 'Alaha' diterjemahkan 'Allah' Arab:
"Risalah fit at Tadbir al-Khalash li Kalimat Allah al-Mutajjasad (bahasa Suryani-Arab), karya Mar Ya'qub al-Rahawi (James of Eddesa). Buku ini diawali kalimat: Allah..., menerjemahkan teks asli yang diawali: Alaha... (teks asli Suryani ditulis tahun 578 M)". (Bambang Noorsena, The History of Allah, h.12.)
Kebenaran sejarah tidak bisa diubah dan perlu disadari bahwa 'Ilah/Allah' (Arab) memiliki asal mula yang sama (cognate) dengan El/Elohim/Eloah (Ibrani), Elah/Alaha (Aram), maupun El/Il Semitik (Mesopotamia), yang dipercayai beberapa agama sebagai dewa, tuhan tertinggi, atau Tuhan yang Mahaesa pencipta langit dan bumi. (Di Kanaan El juga ditujukan kepala pantheon Kanaan, dan dalam Tanakh, Elohim juga kerap ditujukan kepada dewa, a.l. lembu muda, Kel.32:4).
Perlu dicamkan benar bahwa sekalipun penganut agama Yahudi (Tanakh), Kristen (PL+PB) dan Islam (Al-Quran) berbahasa Arab menggunakan nama 'Allah' yang sama dan menyebutnya sebagai 'Tuhan Monotheisme Abraham/Ibrahim,' ketiganya mempercayai pengajaran/aqidah berbeda sesuai kitab suci masing-masing. Kerancuan biasa terjadi karena mencampuradukkan nama 'Allah' sebagai nama sesembahan semitik/abrahamik dalam bahasa Arab dan doktrin/aqidah mengenai Allah yang sama itu, karena itu kalau mau membandingkan adalah antara 'Allah' Arab Kristen dibanding 'Allah' Arab Islam. Marilah kita mendengarkan wejangan Dr. Olaf Schumann, teolog kristen Jerman yang fasih berbahasa Arab yang selama 3 tahun belajar dan mengajar di Universitas Al-Azhar di Kairo:
"Memang tidak dapat disangkal adanya suatu masalah. Namun yang menjadi masalah ialah soal dogmatika atau 'aqida, sebab tiga agama surgawi itu mempunyai faham dogmatis yang berbeda mengenai Allah yang sama, baik hakekatnya maupun pula mengenai cara pernyataannya dan tindakan-tindakannya." (Keluar dari Benteng-Benteng Pertahanan, hlm.177)
Akhirnya, untuk menguji siapakah dari 'Arab Bible' dan 'Arabic Bible' yang lebih mengerti bahasa Arab (termasuk tentang kata 'Allah'), cukuplah kalau Arab Bible menerjemahkan sendiri dengan bahasa Arab mereka (dengan doktrin nama 'Al-Ilaah'nya) seluruh isi Alkitab dari bahasa asli Ibrani (PL) dan Yunani (PB), dan menyerahkan hasilnya untuk diuji oleh orang Arab terutama para pakar bahasa Arab, Ibrani, Yunani, agar dari merekalah keluar kesimpulan siapa dibelakang 'Arab Bible' atau 'Arabic Bible' yang lebih mengerti bahasa Arab, Ibrani dan Yunani!
No comments:
Post a Comment