From: Sri Yuslinda
Sent: Monday, December 14, 2009 12:44 PM
Haji Mabrur
By A Ilyas Ismail MA
Senin, 07 Desember 2009 pukul 05:24:00
Setiap jamaah tentu mendambakan haji mabrur yang, menurut hadis yang berasal
dari Abu Hurairah, bakal mendapatkan balasan surga. Persoalannya, apa
hakikat haji mabrur dan apa indikator-indikatornya? Kata mabrur, seperti
diterangkan Ibn Mandhur dalam Lisan al-Arab, mengandung dua makna. Pertama,
mabrur berarti baik, suci, dan bersih. Jadi, haji mabrur adalah yang tak
terdapat di dalamnya noda dan dosa -- untuk jual beli berarti tak mengandung
dusta dan penipuan. Kedua, mabrur berarti maqbul, artinya mendapat ridla
Allah SWT.
Lalu, siapa-siapa saja yang berhasil meraih haji mabrur? Jawabannya agaknya
menjadi rahasia Tuhan. Boleh jadi jumlah mereka tak terlalu banyak. Kisah
perjalanan haji Ibnu Muwaffaq yang dikutip al-Ghazali dalam Ihya 'Ulum
al-Din menunjukkan itu.
Diceritakan, ketika Ibnu Muwaffaq berada di suatu masjid di Mina, ia sempat
tertidur sejenak. Dalam tidurnya, ia melihat dan mendengar dialog dua orang
malaikat. Seorang bertanya kepada temannya, ''Berapa jumlah jamaah haji
tahun ini?'' ''Enam ratus ribu orang,'' jawabnya. ''Berapa orang dari mereka
yang hajinya maqbul?'' tanyanya lagi. ''Enam orang saja,'' kata temannya,
singkat. Mendengar jawaban ini, Ibnu Muwaffaq terjaga. Gemetaran ia
termenung sejenak, memikirkan betapa besarnya jumlah jamaah haji ketika itu,
tetapi betapa sedikitnya jumlah mereka yang maqbul.
Meski orang yang meraih haji mabrur tak dapat diidentifikasi secara pasti,
namun Rasulullah SAW pernah menunjukkan beberapa indikatornya. Ketika
ditanya tentang kebaikan haji, beliau bersabda: Memberi makan dan bertutur
kata yang baik.
Memberi makan di sini harus dipahami secara luas, yaitu kesediaan kita untuk
berbagi rasa dengan sesama serta kesanggupan kita untuk menyumbangkan
sebagian harga yang kita miliki untuk fakir miskin dan kaum dhu'afa. Sedang
yang dimaksud bertutur kata yang baik, menurut Imam Ghazali, adalah berbudi
luhur dan berakhlak mulia.
Setiap pelaku haji, demikian Ghazali, harus memperhatikan betul soal akhlak
ini, baik sewaktu berada di Tanah Suci maupun setelah kembali ke kampung
halamannya. Inilah makna yang dapat dipahami dari ayat 197 surah al-Baqarah.
Kedua indikator yang disebut Nabi SAW di atas, berdimensi sosial. Ini
berarti, haji yang mabrur pada hakikatnya adalah haji yang dapat membuat
pelakunya semakin peduli terhadap persoalan-persoalan sosial dan
kemanusiaan. Ia dan masyarakat memperoleh kebaikan dari ibadah haji yang
dilakukannya. Karena itu, surga Allah memang pantas dan layak baginya. ahi
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment