Sunday, December 20, 2009

[Milis_Iqra] Fwd: [assunnah-qatar] Riya' lebih halus daripada rambatan semut



---------- Forwarded message ----------
From: ãL-HãwãÐåã <ainhawadaa@yahoo.com>
Date: 2009/12/10
Subject: [assunnah-qatar] Riya' lebih halus daripada rambatan semut
To: Assunnah <assunnah-qatar@yahoogroups.com>


 

Riya' lebih halus daripada rambatan semut
Penulis: Ibnu Qudamah (Al-Imam Ahmad bin Abdurrahman)

Ketahuilah bahwa kata riya' itu berasal dari kata ru'yah (melihat),
sedangkan sum'ah (reputasi) berasal dari kata sami'a (mendengar).
Orang yang riya' menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang
dilakukannya
.

Riya' itu ada yang tampak dan ada pula yang tersembunyi. Riya' yang
tampak ialah yang dibangkitkan amal dan yang dibawanya. Yang sedikit
tersembunyi dari itu adalah riya' yang tidak dibangkitkan amal, tetapi
amal yang sebenarnya ditujukan bagi Allah menjadi ringan, seperti
orang yang biasa tahajud setiap malam dan merasa berat melakukannya,
namun kemudian dia menjadi ringan mengerjakannya tatkala ada tamu di
rumahnya.

Yang lebih tersembunyi lagi ialah yang tidak berpengaruh terhadap amal
dan tidak membuat pelaksanaannya mudah, tetapi sekalipun begitu riya'
itu tetap ada di dalam hati. Hal ini tidak bisa diketahui secara pasti
kecuali lewat tanda-tanda.

Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang
melihat ketaatannya.

Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara ikhlas dan
tidak bermaksud riya' dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya
menjadi sempurna.
Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa
senang dan bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya' yang tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang. Dari sini bisa diketahui bahwa riya' itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang tersembunyi di dalam batu.

Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan kesenangannya.
Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang dimakruhkan, tapi
ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu membangkitkannya
untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun secara
langsung.

Kesenangan atau riya' ini sangat tersembunyi, hampir tidak
mendorongnya untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat
tertentu, seperti muka pucat, badan kurus, suara parau, bibir kuyu,
bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang menunjukkan bahwa dia
banyak shalat malam.

Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa
menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan
orang-orang, maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu
mengucapkan salam, menerima kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak berbuat seperti itu, maka ada
yang terasa mengganjal di dalam hati.

Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya' yang
tersembunyi
, yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya
yang shalih, menjaga apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih
ketat
daripada orang-orang yang menyembunyikan perbuatan kejinya.
Semua itu mereka lakukan karena mengharap agar diberi pahala oleh
Allah pada Hari Kiamat.

Noda-noda riya' yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak
terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi
antara memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak
memperlihatkannya, maka di sini sudah ada benih-benih riya'. Tapi
tidak setiap noda itu menggugurkan pahala dan merusak amal. Masalah
ini harus dirinci lagi secara detail.

Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr
Radliyallahu Anhu, dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang memujinya?"
Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin yang diberikan lebih dahulu di dunia."

Namun jika dia ta'ajub agar orang-orang tahu kebaikannya dan
memuliakannya, berarti ini adalah riya'.

(Penulis : Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-
Maqdisy, "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul
Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk".)


HATI-HATI DENGAN DOSA KECIL

Dan dosa kecil sekali pun apabila dilakukan terus menerus, tentu akan menjadi dosa besar, sebagaimana hakikat lautan yang luas hanyalah kumpulan tetesan-tetesan air yang sanggup menjadi ombak yang besar. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul pada diri seseorang niscaya akan membinasakannya. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

  

"Hati-hatilah dengan dosa-dosa kecil, (karena dosa-dosa kecil itu) bagaikan suatu kaum yang turun di suatu lembah dan masing-masing orang membawa satu ranting kayu bakar yang pada akhirnya bisa menyalakan api hingga mereka bisa memasak roti mereka. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul dalam diri seseorang niscaya akan membinasakannya." (HR. Thabrani, dishohihkan asy-Syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah, no. 3102


__._,_.___
.

__,_._,___

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment