Sebuah posting lama yang saya percaya masih bermanfaat buat semua.,
---------- Forwarded message ----------
From: Armansyah ( GMAIL ) <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2007/2/13
Subject: Yabina : Idul Adha
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
Idul Adha
Sumber : http://www.yabina.org/artikel/2005/A'0205_1.htm
- Dunia Islam merayakan hari raya Idul Adha untuk mengenang karya iman nabi Ibrahim yang dipercaya menunjukkan penyerahan diri yang luar biasa dengan merelakan anaknya sebagai korban ujian Allah. Menarik untuk dilihat bahwa peristiwa ini tercatat dalam ketiga agama semitik yang ketiganya mengaku Abraham/Ibrahim sebagai Bapa Monotheisme yang menyembah El/Allah yang sama.
Dalam agama Yahudi yang tercatat dalam Tanakh (menjadi PL bagi Kristen), Abraham mempersembahkan Ishak (Kej.22:1-19) dimana peristiwa ini merupakan ujian bagi iman Abraham sehingga ia kemudian dijuluki 'Bapa Orang Beriman' (Gal.3:6-7). Peristiwa pengorbanan anak Abraham juga diakui dan tercatat dalam Perjanjian Baru Kristen (Ibr.11:17-19). Keduanya mengaminkan bahwa peristiwa itu sekaligus menunjuk pada perjanjian Tuhan melalui Ishak (Kej.21:12;Ibr.11:18), dan bagi umat Kristen, pengorbanan Ishak menunjuk kepada Yesus Kristus (Rm.4;Gal.3).
Berbeda dengan pendapat sebagian orang yang menganggap bahwa 'Allah' adalah nama dewa bulan/air masa jahiliah sebelum Islam, Idul Adha adalah perayaan menyembah Tuhan yang bernama 'Allah' yang sudah dikenal bangsa Arab sejak lama setidaknya dalam peristiwa ujian bagi Abraham. Perlu disadari bahwa kaum 'hunafa' (tunggal hanif) bangsa Arab (terutama suku Ibrahimiyyah dan Ismaeliyyah) secara turun-temurun mengenal dan mempertahankan iman kepada 'Allah' Abraham itu yang diperkuat melalui perayaan Idul Adha yang merupakan ritual Islam yang meneruskan tradisi orang Hanif.
Orang Arab juga mewarisi pengetahuan mengenai El/Allah itu sebelum Abraham melalui keturunan Sem (melalui anaknya Aram) dan Eber (melalui anaknya Yoktan). Hanya, berbeda dengan kitab suci agama Yahudi dan Kristen, Al-Quran (QS.37:99-113) tidak menyebutkan siapa yang dikorbankan, namun tradisi menyebut Ismaellah yang dikorbankan. Dari sini kita melihat bahwa agama Yahudi, Kristen, dan Islam mengenal El/Allah yang sama dan Abraham/Ibrahim yang sama, namun berbeda dalam pengajaran/aqidah yang berkembang berdasarkan kitab suci dan tradisi yang berbeda yang dipercayai oleh masing-masing.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah nama 'Tuhan' yang dikenal Abraham/Ibrahim, apakah 'El/Allah' saja ataukah juga Yahweh? Mereka yang terikat secara harfiah teks Alkitab modern tentu menyebut bahwa nama 'Yahweh'pun sudah dikenal Abraham karena sudah disebutkan dalam hubungan dengan Abraham dan bahkan sudah ada sejak Enos (Kej.4:26) dan penciptaan bumi (Kej.2:4) dan di banyak bagian kitab Kejadian. Dari sini kemudian disimpulkan bahwa kalau 'Allah' Arab sama dengan 'El/Yahweh' Yahudi, tentu kitab suci Islam dan tradisinya juga harusnya mengenal nama 'Yahweh,' tetapi ternyata tidak.
Catatan kitab Keluaran menunjukkan bahwa nama 'Yahweh' baru diperkenalkan kepada Musa (Kel.6:1-2) dalam kaitan dengan peran Yahweh sebagai penyelamat yang membebaskan umat Israel dari Mesir, sedangkan kepada Abraham, Ishak dan Yakub baru dinyatakan nama 'El.' Bila nama 'Yahweh' sudah diperkenalkan kepada Abraham bahkan sebelumnya pada masa penciptaan dan Enos, tentulah Musa tidak perlu bertanya lagi siapa nama 'Yahweh' yang khas Israel (Kel.3:13-14) dan tentulah 'Yahweh' tidak perlu menyatakannya lagi (Kel.6:1-2). Kita harus ingat bahwa tradisi menyebut bahwa Musalah yang menulis Pentateuch, jadi Pentateuch ditulis setelah Musa mengenal nama Yahweh.
Keberadaan nama 'Yahweh' sebelum Musa dalam teks Masoret dapat dimengerti sebagai usaha para penyalin Alkitab terutama penganut Yahwisme yang ingin menjadikan Yahweh bukan sekedar milik Israel tetapi juga milik Enos (Kej.4:26, Enos artinya manusia) dan lebih jauh lagi milik umat manusia (Kej.2:4). Usaha pemuja Yahwisme kala itu yang ingin menjadikan nama 'Yahweh' sebagai satu-satunya nama Tuhan bisa dimaklumi mengingat bahwa nama 'El/Il Semitik' dalam berbagai suku rumpun semitik sekalipun semula menunjuk sesembahan yang sama namun sudah menghasilkan ajaran kepercayaan yang berbeda-beda, padahal dalam jalur Abraham-Ishak-Yakub dan keturunannya, sebenarnya nama 'El' terus terpelihara sebagai 'El Abraham, Ishak dan Yakub.'
Kita harus sadar bahwa dalam proses salin-menyalin Tanakh (Kitab Suci Yahudi) sejak dulu dan kemudian dilanjutkan oleh keluarga Masoret, sudah biasa bahwa naskah yang berbeda dengan kepercayaan mereka, dimusnahkan. Akibatnya kita menjumpai adanya kontradiksi antara ayat Kel.6:1-2 dengan adanya nama Yahweh sebelum itu dalam naskah Masoret yang dipakai sekarang. Adanya usaha untuk menyesuaikan terjemahan Kel.6:1-2 dengan keberadaan nama Yahweh sebelum Musa dalam naskah sekarang (misalnya dengan menafsirkan ulang kata Ibrani 'ba' (sebelum nama 'El shadday') dan 'lo' (sesudah nama Yahweh) dalam Kel.6:3, lebih bersifat usaha kompromi daripada kebenaran.
Absennya nama-nama yang mengandung nama 'Yah' dalam kitab Kejadian seperti Abi'yah', Eli'yah', dan Yesa'yah' yang banyak hadir sejak kitab Keluaran, tetapi hanya nama-nama yang mengandung nama 'El' seperti Mehuya'el' & Metusa'el' (Kej.4:18), dan Isma'el' (Kej.16:11), demikian juga Hagar memanggil Tuhan dengan nama 'El-Roi,' dan tidak adanya pengenalan nama 'Yahweh' dalam kitab suci dan tradisi Islam, kembali menunjukkan indikasi bahwa nama 'Yahweh' memang belum dikenal pada masa Kejadian dan pada waktu Abraham hanya dikenal nama 'El/Allah' dan keturunan Hagar & Ismael dan agama Islam tentu tidak mengenal nama 'Yahweh' karena baru diperkenalkan melalui perjanjian El/Allah' melalui jalur keturunan Ishak dan Yakub dan dinyatakan pada Musa dalam peristiwa Keluaran. Perjanjian El/Allah melalui jalur ini tidak diakui dalam jalur keturunan Ismael yang melahirkan agama Islam.
Pemuja nama 'Yahweh' dalam Yahwisme bukan saja menjadikan 'Yahweh' nama satu-satunya dari Tuhan, tetapi juga berpendapat fundamentalistis bahwa nama itu tidak boleh diterjemahkan, bahkan dikemukakan alasan bahwa naskah Septuaginta pun memuat nama tetragramaton (YHWH) tanpa diterjemahkan (misalnya dalam kitab Ulangan dan Zakharia 8:19-21;8:23-9:4). Alasan ini mengambil argumentasi Saksi-Saksi Yehuwa (lihat. 'Kitab-Kitab Yunani Kristen,' h.410-411, dan 'Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya,' h.13,26, keduanya terbitan Saksi-Saksi Yehuwa).
Mereka yang melihat ilustrasi dalam literatur Saksi-Saksi Yehuwa itu tentu dengan mudah melihat bahwa tetragramaton di situ merupakan kata yang dicangkokkan kemudian kedalam naskah asli Septuaginta menggantikan kata Kurios/Kurie dalam bahasa Yunani yang dihapus, soalnya terlihat jelas perbedaan gaya tulisan, kepekatan tinta, besaran font huruf yang beda, dan terpisah dari deretan huruf-huruf Yunaninya, bahkan tetragramaton dalam naskah Zakharia ditulis dengan huruf miring. Ingat tetragramaton Ibrani ditulis dari kanan ke kiri sedangkan kata Yunani ditulis dari kiri ke kanan. Satu-dua naskah yang dicangkok begitu tidak ada artinya dibandingkan begitu banyak naskah Yunani yang ditemukan tanpa cangkokan.
Fakta di atas justru menunjukkan bahwa pemuja nama 'Yahweh' sejak lama suka memaksakan kehendak mereka dengan mengubah nama 'Kurios' naskah Yunani dengan 'Tatragramaton' Ibrani, fakta yang sama kita lihat di Indonesia dimana naskah terjemahan LAI begitu saja dijiplak dan nama 'TUHAN' (terjemahan Yahweh) diganti Yahwe dalam 'Kitab Suci Torat dan Injil' dan Yahweh dalam 'Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan.' Lebih terhormat kalau 'pemuja nama Yahweh' menerjemahkan sendiri naskah Perjanjian Baru seperti yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa daripada membajak naskah LAI dan mencangkokkan nama 'Yahwe/Yahweh,' penerbit LAI yang notabena disalahkan mereka itu.
Adalah kebiasaan Septuaginta bahwa bila ada kata Ibrani yang tetap dipertahankan, nama itu tidak ditulis dengan huruf Ibrani melainkan dengan huruf Yunani juga, seperti kata 'Haleluya' tidak ditulis dengan huruf Ibrani (termasuk nama Tuhan 'Yah') melainkan ditulis dengan huruf Yunani 'Allelouia' (Mzm.104:35;105:45;106:1,48; band. Why.19:1,3,4,6 naskah Koine). Yang menarik adalah fakta bahwa nama 'Yahweh' tidak ditulis dalam Septuaginta sebagai 'Iaoue' dengan huruf Yunani melainkan 'kurios/kurie' bahasa Yunani.
Tradisi Idul Adha menunjukkan pada kita bahwa klaim 'Pemuja nama Yahweh' bahwa nama 'Allah' adalah nama berhala Arab adalah tidak berdasar. Kita tidak bisa mengukur penggunaan nama yang sudah turun temurun hanya dengan ukuran kemerosotannya dimasa jahiliah, padahal pada masa jahiliah masih ada kaum Hunafa yang masih menganut pengertian semula sebagai 'Allah Ibrahim' (Ini sama dengan kalau kita mengukur nama Yahweh dengan pengertian Kel.32:1-6 & 1Raj.12:28 yang diartikan 'berhala anak lembu').
Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment