Friday, February 12, 2010

Re: [Milis_Iqra] Jilbab menurut Yahudi, Kristen dan Islam - Mitos dan Realita

 
Nandand wrote:
bahkan wanita diwajibkan memakai jilbabpun bagi saya masih misteri toh orang berjilbab tidak semuanya baik ato tidak berjilbab tidak semuanya jahat ditinjau dari sisi prilaku umum  bukan dari sudut taat pada aturan agama tentunya.

 
 
Marilah kita buka satu persoalan yang di negara-negaraBarat dianggap sebagai simbol dari penindasan dan perbudakan wanita, yaitu jilbab atau tudung kepala.

Apakah betul tidak terdapat pembahasan
mengenai jilbab di dalam tradisi Jahudi-Kristen ?

Mari kita lihat bukti catatan yang ada. Menurut Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, Professor Literatur Injilpada Universitas Yeshiva dalam bukunya, The Jewish woman in Rabbinic Literature, menulis bahwa baju bagi wanita Yahudi saat bepergian keluar rumah yaitu mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh muka dan hanya meninggalkan sebelah mata saja. Beliau disana mengutip pernyataan beberapa Rabbi (pendeta Yahudi) kuno yang terkenal:

"Bukanlah layaknya anak-anak perempuan Israel yang berjalan keluar tanpa penutup kepala" dan "Terkutuklah laki-laki yang membiarkan rambut isterinya terlihat," dan "Wanita yang membiarkan rambutnya terbuka untuk berdandan membawa kemelaratan. " Hukum Rabbi melarang pemberian berkat dan doa kepada wanita menikah yang tidak menutup kepalanya karena rambut yang tidak tertutup dianggap "telanjang".

Dr. Brayer juga mengatakan bahwa "Selama masa Tannaitic, wanita Yahudi yang tidak menggunakan penutup kepala dianggap penghinaan terhadap kesopanannya. Jika kepalanya tidak tertutup dia bisa dikenai denda sebanyak empat ratus zuzim untuk pelanggaran tersebut." Dr. Brayer juga menerangkan bahwa jilbab bagi wanita Yahudi bukanlah selalu sebagai simbol dari kesopanan.
Kadang-kadang, jilbab justru menyimbolkan kondisi yang membedakan status dan kemewahan yang dimiliki wanita yang mengenakannya ketimbang ukuran kesopanan.

Jilbab atau tudung kepala menandakan martabat dan keagungan seorang wanita bangsawan Yahudi. Jilbab juga diartikan sebagai penjagaan terhadap hak milik suami. Jilbab menunjukkan suatu penghormatan dan status sosial dari seorang wanita. Seorang wanita dari golongan bawah mencoba menggunakan jilbab untuk memberikan kesan status yang lebih tinggi.

Jilbab merupakan tanda kehormatan. Oleh karena itu di masyarakat Yahudi kuno, pelacur-pelacur tidak diperbolehkan menutup kepalanya. Tetapi pelacur-pelacur sering memakai penutup kepala agar mereka lebih dihormati (S.W.Schneider, 1984, hal 237). Wanita-wanita Yahudi di Eropa melanjutkan menggunakan jilbab sampai abad ke sembilan belas hingga mereka bercampur baur dengan budaya sekuler. Tekanan eksternal dari kehidupan di Eropa pada abad sembilan belas memaksa banyak dari mereka pergi keluar tanpa penutup kepala.

Beberapa wanita Yahudi kemudian lebih cenderung menggantikan penutup tradisional mereka dengan rambut palsu sebagai bentuk lain dari penutup kepala. Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang saleh tidak pernah memakai penutup kepala kecuali bila mereka mengunjungi sinagog (gereja Yahudi) (S.W.Schneider, 1984, hal. 238-239).

Sementara beberapa dari mereka. seperti sekte Hasidic, masih menggunakan rambut palsu (Alexandra Wright, 19??, hal 128-129).

Bagaimanakah jilbab menurut tradisi Kristen?

Kita sendiri menyaksikan sampai hari ini bahwa para Biarawati Katolik menutup kepalanya yang suruhannya sebetulnya telah ada semenjak empat ratus tahun yang lalu. Tetapi bukan hanya itu, St. Paul (atau Paulus) dalam Perjanjian Baru, I Korintus 11:3-10, membuat pernyataan-pernyata an yang menarik tentang jilbab sebagai berikut: "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari perempuan adalah laki-laki dan kepala Kristus adalah Allah.

Tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga mengguting rambutnya.

Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan kemuliaan Allah.

Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan dicipt akan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena malaikat". (I Korintus 11:3-10).

St. Paul memberikan penalaran tentang wanita yang berjilbab atau berkerudung adalah bahwa jilbab memberikan tanda kekuasaan pada laki-laki, yang merupakan gambaran kebesaran Tuhan, atas wanita yang diciptakan dari dan untuk laki-laki. St. Tertulian di dalam risalahnya "On The Veiling Of Virgins" menulis: "Wanita muda hendaklah engkau mengenakan kerudung saat berada di jalan, demikian pula hendaknya engkau mengenakan di dalam gereja, mengenakannya saat berada di antara orang asing dan mengenakannya juga saat berada di antara saudara laki-lakimu. "

Di antara hukum-hukum Canon pada Gereja Katolik dewasa ini, ada hukum yang memerintahkan wanita menutup kepalanya di dalam gereja (Clara M Henning, 1974, hal 272). Beberapa golongan Kristen, seperti Amish dan Mennoties contohnya, mereka hingga hari ini tetap mengenakan tutup kepala.

Alasan mereka mengenakan tutup kepala, seperti yang dikemukakan pemimpin gerejanya adalah: "Penutup kepala adalah simbol dari kepatuhan wanita kepada laki-laki dan Tuhan," logika yang sama seperti yang ditulis oleh St. Paul dalam Perjanjian Baru (D. Kraybill, 1960, hal 56).

Dari semua bukti-bukti di atas, nyata bahwa Islam bukanlah agama yang mengada-adakan dan mewajibkan penutup kepala, tetapi Islam telah mendukung hukum tersebut. Al Qur'an memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan yang beriman untuk menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Juga memerintahkan wanita beriman agar memanjangkan penutup kepalanya sampai menutupi leher dan dadanya.
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat..... Katakanlah kepada wanita yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya..." (An Nuur:30,31)

Di dalam Al Qur'an jelas tertulis bahwa kerudung sangat penting untuk menutup aurat. Mengapa aurat itu penting ? Hal itu dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al Ahzab 59: "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu." (Al Ahzab:59)

Pada intinya, kesederhanaan digambarkan untuk melindungi wanita dari gangguan atau mudahnya, kesederhanaan adalah perlindungan. Jadi, tujuan utama dari jilbab atau kerudung di dalam Islam adalah perlindungan.

Kerudung di dalam Islam tidak sama seperti di dalam tradisi Kristen dimana merupakan tanda bahwa martabat laki-laki berada di atas wanita dan merupakan simbolisasi tunduknya wanita terhadap laki-laki. Kerudung di dalam Islam juga bukan seperti di dalam tradisi Yahudi dimana kerudung merupakan tanda keagungan dan tanda pembeda sebagai wanita bangsawan yang menikah. Kerudung di dalam Islam hanya sebagai tanda kesederhanaan dengan tujuan melindungi wanita, tepatnya semua wanita.

Pada falsafah Islam dikenali prinsip bahwa selalu lebih baik menjaga daripada menyesal kemudian. Al Qur'an sangat memperhatikan wanita dengan menjaga tubuh mereka dan kehormatan mereka atas pernyataan laki-laki yang berani menuduh ketidaksucian seorang wanita, mereka akan endapat balasan; "Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah (mereka yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. An Nuur 4)

Bandingkan sikap Al Qur'an yang sangat tegas, dengan hukuman yang sangat longgar bagi pemerkosa di dalam Injil: "If a man find a damsel that is a virgin, which is not betrothed, and there was none to save her. Then the man that lay with her shall give unto the damsel's father fifty shekels of silver, and she shall be his wife; because he hath humbled her, he may not put her away all his days" (Deut. 22:28-29).

Terjemahannya:
"Jika seorang laki-laki menemui seorang gadis yang tidak dijanjikan untuk dinikahkan kemudian memperkosanya, dia harus membayar sebesar lima puluh shekels perak kepada ayah gadis itu. Laki-laki itu harus menikahi gadis tersebut karena perbuatannya dan dia tidak boleh menceraikannya selama hidupnya" (Ulangan. 22:28-29).

Patut ditanyakan, siapa yang sebenarnya dihukum dalam hal ini? Orang yang membayar denda karena telah memperkosa ataukah gadis yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki yang memperkosanya dan harus tinggal bersamanya sampai dia mati ?

Pertanyaan lainnya: Mana yang lebih melindung seorang wanita sikap tegas Al Qur'an atau sikap kendor moral (lax) daripada Injil ?

Beberapa kalangan, terutama di belahan negara-negara Barat, mungkin cenderung untuk menertawakan bahwa kesederhanaan (modesty) berguna untuk perlindungan.

Alasan mereka adalah perlindungan yang terbaik yaitu memperluaskan pendidikan, berperilaku yang sopan, dan pengendalian diri. Kami akan mengatakan: semua itu baik tapi tidak cukup.

Jika tindakan yang ada dipandang perlindungan yang sudah cukup, lalu mengapa wanita-wanita di Amerika Utara saat ini tidak berani berjalan sendirian di kegelapan atau bahkan cemas melewati tempat parkir yang sepi ?. Jika pendidikan adalah suatu penyelesaian lalu mengapa Universitas Queen yang terkenal pelayanan pendidikannya terpaksa harus mengantar pulang para mahasiswi di dalam kampus ?.

Jika pengendalian diri adalah jawabannya, lalu mengapa kasus pelecehan sex di tempat kerja diberitakan di media masa nyaris setiap hari ?.

Contohnya, yang tertuduh melakukan pelecehan sex dalam beberapa tahun terakhir: para perwira Angkatan Laut, Manager-manager, Professor-professor , Senators, Pengadilan Tinggi (Supreme Court Justices), dan bahkan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton sendiri !
Saya tercengang saat saya membaca statistik yang ditulis dalam sebuah pamflet yang dikeluarkan oleh Dean of women's office di Universitas Queen berikut :

* Di Canada, setiap 6 menit ada seorang wanita yang mengalami pelanggaran sexual.
* 1 dari 3 wanita di Canada akan mengalami pelanggaran sexual pada suatu saat dalam kehidupannya.
* 1 dari 4 wanita berada dalam resiko diperkosa atau usaha pemerkosaan dalam kehidupannya.
* 1 dari 8 wanita akan mengalami pelanggaran sexual saat menjadi mahasiswi unitersitas.
* Sebuah penelitian menemukan bahwa 60% dari mahasiswa laki-laki mengatakan mereka akan berbuat pelanggaran seksual jika mereka yakin mereka tidak ditangkap. Ada sesuatu yang secara fundamental amat sangat keliru di masyarakat kita ini [negara Barat, penerjemah] Suatu perubahan yang radikal sangat perlu dilakukan di dalam gaya hidup dan budaya kita ini.

Budaya hidup sederhana (modesty) teramat sangat dibutuhkan.Sederhan a dalam berpakaian, dalam bertutur kata, dan dalam sopan santun berhubungan antara pria dan wanita.

Kalau perubahan tidak dilakukan, maka angka-angka statistik yang kelabu di atas akan makin suram dari hari ke hari hingga benar-benar semuanya terjerembab dalam kegelapan. Dan sialnya, penanggung beban masyarakat yang paling berat adalah para wanita.

Sesungguhnya kita semua menderita sebagaimana Khalil Gibran (sastrawan nasrani dari Libanon, penerjemah) pernah mengatakan: "...for the person who receives the blows is not like the one who counts them." (Khalil Gibran, 1960, hal 56).

Oleh sebab itu, sebuah masyarakat seperti Perancis yang pernah mengusir seorang gadis dari sekolahnya lantaran si gadis menampilkan kesederhaan dengan mengenakan tudung, esungguhnya hanyalah tindakan yang mencelakakan masyarakat itu sendiri.

Adalah sebuah ironi maha besar di dalam dunia yang kita tinggali saat ini. Secarik tudung penutup kepala mereka katakan sebagai simbol 'kesucian' saat dikenakan oleh seorang biarawati Katolik, padahal dalam ajaran Kristiani hal itu untuk menunjukkan kekuasaan pria.

Namun apabila secarik tudung kepala tersebut dikenakan oleh seorang muslimah untuk keperluan melindungi diri, justru dituduh sebagai simbol penindasan pria atas wanita! []


2010/2/10 Nandang Sudrajat <aendangzr@yahoo.co.id>
betul juga kata rizal semua agama memiliki misterinya masing masing.
entah mungkin pengetahuan saya yg emang kurang, di islampun saya merasa masih banyak msiteri yg belum bisa dipecahkan contoh yg paling gampang adalah haramnya daging babi ato isra-miraj nya nabi muhammad s.a.w, bahkan wanita diwajibkan memakai jilbabpun bagi saya masih misteri toh orang berjilbab tidak semuanya baik ato tidak berjilbab tidak semuanya jahat ditinjau dari sisi prilaku umum  bukan dari sudut taat pada aturan agama tentunya.

tapi yg saya tahu dalam islam masalah keesaan tuhan itu sudah bukan misteri. kenapa demikian?misteri itu adalah sesuatu yg belum bisa diungkapkan secara logis.kalau sesuatu itu sudah bisa diungkapkan secara logis tentu bukan misteri lagi namanya.dan logika adalah hal yg berlaku umum bukan milik satu agama saja.sehingga ketika islam dengan logika ketuhanan yg esa sudah bisa dibuktikan secara logis inipun seharusnya bisa diapakai secara umum bukan tuhan yg esa yg tidak beranak dan tidak beribu itu adalah milik islam saja tapi tuhan milik semua umat manusia yg mempunyai logika.

demikian hanya urun pendapat saja. makasihhh

--- Pada Sel, 9/2/10, teddy susanto <teddysusanto.28@gmail.com> menulis:

Dari: teddy susanto <teddysusanto.28@gmail.com>
Judul: Re: [Milis_Iqra] Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
Kepada: milis_iqra@googlegroups.com
Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 3:57 PM


pak rizal

secara logika sederhana patut dipertanyakan pak. Kenapa tuhan yang
maha kuasa hanya memilih menjadi manusia biasa (yesus) ?
kenapa dia tidak memilih dilahirkan menjadi raja saja ?.biar
sejarahnya / asal usulnya (nasabnya) lebih dapat diverifikasi
(meminjam istilah bapak).

terus kalau kristen bukan agama kepercayaan, lantas agama apa ya ?

Pada tanggal 06/02/10, rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> menulis:
> Dari pembukaan kalimat, Armansyah sudah menyebut paganisme atau berhalaisme
> sebagai kerangka untuk menunjuk kepada misteri Trinitas Kristen. Hal ini
> jelas mengacu kepada doktrin keesaan Islam, dimana Allah itu tidak
> terbagi-bagi, bulat satu dan merupakan continuum (tidak terpecah). Artinya,
> Armansyah melihat Trinitas Kristen jelas sekali dalam kacamata Islam,
> sebagai berhala yang menyembah banyak tuhan. Dengan perkataan lain,
> Armansyah tidak mampu obyektif melihat dan memahami Trinitas, artinya,
> dengan kacamata Islam, tertutup sudah memahami Tuhan dengan cara lain.
> Armansyah, semua agama memiliki misterinya masing2, itulah sebabnya mereka
> disebut agama. Sebab suatu ajaran tanpa misteri hanyalah berupa
> filsafat,sosiologi, dan psikologi belaka jika sudah berbicara mengenai
> manusia.
> Agama dan filsafat memiliki kesamaan dalam arti berupa pikiran
> manusia.perbedaannya adalah bahwa agama bersifat absolut, take it or leave
> it.Sedangkan filsafat selalu terbuka untuk diperdebatkan.Namun disini
> Armansyah melakukan kekeliruan memakai analisa akal untuk mencoba
> menganalisa suatu misteri agama Kristen. Akal senantiasa berada dalam ranah
> logika, sedangkan misteri agama selalu berada diluar logika manusia namun
> dipercaya. jadi Armansyah memakai alat pemahaman yang keliru untuk memahami
> Trinitas. Didalam Alquran sendiri ada beberapa ayat yang umumnya terdapat
> pada awal surat, berupa kata-kata yang tak bermakna. Maka dianggap misteri.
> Dulu pernah saya coba terangkan apa itu Trinitas, tapi Armansyah tidak bisa
> menerima, karena pikirannya sudah dipenuhi oleh pemahaman Islam akan Allah,
> sehingga tidak mungkin lagi baginya untuk berpikir dan mencoba memahami dari
> sudut lain. Bagi Armansyah, berbicara tentang Allah hanya satu pemahaman
> yang benar yaitu pemahaman Islam, dan semua yang lain adalah salah. Maka
> jika sudah dipatokkan demikian, maka semua penjelasan lain diluar pemaham
> Islam jelas tidak bisa diterima. Menyadari pemikiran Armansyah yang
> demikian, maka saya berhenti untuk menerangkan akan Trinitas, karena akan
> percuma saja.
> Namun saya memiliki logika yang sederhana akan Tuhan. Yaitu, bahwa Tuhan itu
> mahakuasa dan bisa berbuat apa saja, kecuali berbuat dosa. Sampai disini
> pemahaman Islam dan Kristen sama. Namun ketika Kristen mengatakan bahwa
> Tuhan bisa jadi manusia, disitulah menjadi mustahil bagi Allah. Maka bagi
> saya, ternyata Allahnya Islam itu memiliki keterbatasan, yaitu tak mampu
> menjadi manusia yang diciptakannya. Itu berarti, ternyata Allahnya Islam
> tidak Mahakuasa. Demikianlah logika saya dalam memahami Allahnya Islam,
> tidak mahakuasa. Jadi manusia saja dia tak mampu.
> Tapi karena ini berbicara soal kepercayaan, dan saya sadar dalam agama Islam
> sangat banyak mengandung unsur2 kepercayaan yang tidak bisa dan tidak perlu
> diverifikasi secara sejarah, saya maklum dan tidak ngotot menuntut, apalagi
> mengejek. Saya sadar bahwa Islam itu hanyalah agama kepercayaan belaka.
>
>
> --- On Thu, 2/4/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:
>
> From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
> Date: Thursday, February 4, 2010, 7:52 AM
>
> Diambil dari buku :
> Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah Pelurusan Sejarah & Jawaban untuk
> Dinasti Yesus
>
> Karya : Armansyah
>
> Penerbit : Restu Agung, 2008
>
> Bab 5 : Penyimpangan Ajaran Isa al-Masih
>
> Hal. 284 s/d 293
>
>
> Trinitas, misteri yang tidak bisa dijelaskan
>
> Kemelut ajaran paganisme yang
> sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli Isa al~Masih memang
> memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang sejarah agama
> Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak menerima
> Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau diakuisisi
> oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita perlu
> juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang
> yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel
> dengan pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
>
> Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan
> menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the
> Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit).
> Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat
> dan satu dalam kesatuannya. Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih
> yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu
> unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan
> (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh
> karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang
> sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga
> digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan
> demikian pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan
> suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
>
> Karena diri
> "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki
> suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu
> juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat
> ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula
> sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa,
> tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari
> Bapa itu. Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka
> dimanakah zat anak ?
>
>
> Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam
> membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata
> ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat
> dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat
> dibagi menjadi zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi
> wujud-Nya. Oleh karena dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan
> dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan
> untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban
> "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan." Suatu pernyataan yang mencoba
> menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan
> pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan
> akal sehat.
>
> Disatu sisi
> mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi
> lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai
> Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat
> Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan
> itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan
> bukan Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur
> ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum
> ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang
> lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan
> (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna. Khusus mengenai diri Tuhan
> Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab kadangkala digambarkan sebagai api,
> sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut
> kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia,
> baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa keberadaannya ditengah para
> murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan Isa paska penyaliban..
> Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah
> terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan
> masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah
> zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat
> Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya
> sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
>
>
> Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka
> dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah
> disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab
> yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah
> 'keanakan' dan 'keBapaan'. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
>
> Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah
> setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan
> benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat
> Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham
> Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka
> nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi
> yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti
> yang sebenarnya.
>
> Kita dapati
> dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai
> kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep
> pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu
> sendiri. Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada
> tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum
> mereka sampai pada Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan
> asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
> Muhammad SAW. Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini
> menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan,
> karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan
> yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan
> yang lahir menjadi manusia bernama Isa al~Masih dalam pengertian
> singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena
> itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling menarik lagi adalah
> tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya
> dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak,
> sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
>
> Apabila
> sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu
> oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat
> oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan
> keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.
> Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat
> terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan
> itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat
> keduanya hanya satu. Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan
> keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang
> lain.  Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada
> oknum Bapa.
>
> Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
>
> Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
> Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity). Dengan demikian
> terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada
> zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.
> Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia. Apabila Tuhan anak menjadi
> manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka
> satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut
> dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan
> demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.
>
> Maka pada
> saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah
> tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu
> konsep yang mustahil. Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa,
> Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat
> diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai
> 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam
> pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).
> Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan
> Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang
> menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian
> sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak
> alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai
> Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang
> pertama tadi ada. Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam
> pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.
> Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau
> sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya
> tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.
>
> Apabila
> Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka
> Tuhan anak itu tidak dapat disebut 'diperanakkan' oleh Tuhan Bapa.
> sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan
> Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan
> yang lebih kemudian hadirnya.
>
> Apabila ia
> disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya
> terkemudian daripada Bapa.. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya
> harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya. Apabila antara
> Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan
> Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing,
> mereka bukan satu kesatuan tetapi tiga unsur yang berbeda. Kenyataan
> ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti
> pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16
> sampai 17 :
>
> Sesudah
> dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
> terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
> atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga  yang mengatakan: "Inilah
> Anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." – Injil Matius pasal 3
> ayat 16 dan 17
>
> Pada ayat
> diatas secara langsung kita melihat keberadaan tiga oknum dari zat
> Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia
> bernama Isa dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung
> merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri
> yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi. Dengan berdasar
> bukti dari pemaparan Injil Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia
> Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem
> ketuhanan mereka ? Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara
> masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan
> keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam
> kemanunggalan mereka.
>
> Maka kata
> Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa
> mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
> berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh
> Kudus. - Injil Yohanes pasal 20 ayat 21 dan 22
>
> Ayat Injil
> Yohanes diatas sebagaimana juga ayat dari Injil Matius pasal 3 ayat 16
> dan 17 sebelumnya, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan
> Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan
> anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat
> disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya
> sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan)
> sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi
> tentang keragaman dewa-dewa mereka. Konsep ini sama dengan konsep tiga
> makhluk bernama manusia, ada si Arman sebagai Bapa, ada si Daffa
> sebagai anak dan adapula si Haura, ketiganya berbeda pribadi namun
> tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia,
> tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah tiga
> orang manusia berbeda. Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus
> adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap tiga individu Tuhan yang
> berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas
> atau Tritunggal pada dunia Kristen. Untuk menjadi pemikiran lanjutan
> bagi kita semua,  bahwa dunia Kristen Trinitas meyakini
> Isa al~Masih merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang
> lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi
> menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan
> dengan manusia.
>
> Sekarang,
> bila memang demikian adanya, bisakah kita menyatakan bahwa pada waktu
> penyaliban terjadi atas diri Isa maka pada saat yang sama Tuhan Bapa
> (Allah) telah ikut tersalibkan ? Hal ini perlu diangkat sebagai acuan
> pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya
> untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria maka secara
> otomatis antara Isa dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Isa
> al~Masih hanyalah raga manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah
> Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Isa pantas disebut Tuhan anak.
>
> Dalam
> keadaan apapun selama tubuh jasmani Isa masih hidup dan melakukan
> aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap
> ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika
> Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Isa
> al~Masih mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan
> oleh ruhnya. Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Isa disalibkan,
> maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang,
> Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu
> kesatuan).. Pada waktu tubuh jasmani Isa al~Masih bercakap-cakap dengan
> para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan
> sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.
>
> Dan
> sekarang bila Isa mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti
> mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai
> apa-apa disana selain daun (Lihat Injil Matius pasal 21 ayat 18 dan 19)
> maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Isa mengenai segala
> sesuatu dan berimplikasi bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag
> manusia Isa al~Masih itupun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia
> tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini
> haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud
> makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata
> berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.
> Dan pada
> waktu Isa merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur
> tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah seperti
> ditulis oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 44, maka pada saat yang sama
> kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru
> frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Lihat Injil Matius pasal 26
> ayat 3) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya
> sendiri
> yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan
> dimata Tuhan. Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Injil Matius
> pasal 26 ayat 36 sampai 39 Isa telah memanjatkan doa yang ditujukan
> kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali,
> betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu
> masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh
> bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa
> Isa al~Masih itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai
> makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik
> jasmani maupun rohaninya. Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan
> Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa
> atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.
>
> Doktrin
> kemanunggalan Isa al~Masih dengan Tuhan, memang sungguh layak untuk
> bisa dikaji ulang, kalimat keanakan Tuhan yang dilekatkan padanya jelas
> bukan bahasa metafora. Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian
> Baru, kita sebut saja misalnya Injil Matius pasal 26 ayat 64, Kisah
> Para Rasul pasal 7 ayat 55 dan 56, Kitab Roma pasal 8 ayat 34 dan
> sebagainya telah disebut bahwa Isa al~Masih sebagai Tuhan anak telah
> duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan
> Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, bukankah
> semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika
> paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem
> banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan
> atau Polytheisme. Inilah bukti yang bisa kita persembahkan kepada
> golongan yang masih menerima Isa sebagai Tuhan dan menganggapnya
> sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
>
> Kita bukan
> hendak menghujat ataupun melakukan bentuk penistaan terhadap ajaran
> maupun keyakinan agama lain, namun disini kita mencoba menyampaikan
> kebenaran melalui kalimat dan bukti-bukti yang bisa ditelaah dan
> dipelajari secara obyektif oleh setiap orang.. Islam melarang umatnya
> untuk melakukan pelecehan agama manapun, kita akan tetap menghormati
> mereka meskipun menolak apa yang sudah disampaikan. Kiranya buku ini
> bisa mendatangkan hikmah dan hidayah bagi setiap pembacanya dan bukan
> malah memunculkan polemik baru yang akan semakin memecah belah rasa
> persaudaraan antar iman di Indonesia.
>
>
> Serulah
> kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
> bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
>
>
> Isa al~Masih hanyalah seorang Rasul
>
> Secara abstrak, Tuhan
> memang meliputi segala sesuatunya namun kalau Dia sudah didoktrinkan
> menjadi terbatas (yaitu tersekat kedalam daging) sebagaimana pernyataan
> orang-orang Kristiani terhadap sosok Isa al~Masih, maka artinya Tuhan
> dengan menjadi daging itu telah tunduk dengan segala keterbatasannya,
> maka tentunya ini tidak bisa disamakan lagi dengan konsepsi kemaha
> kuasaan Allah.
> ……… > Lanjutannya, silahkan baca langsung buku tersebut.
>
> --
> Salamun 'ala manittaba al Huda
>
>
>
> ARMANSYAH
>
>
>
>
> --
>
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
>
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
>
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>
>   Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>
>   Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>
>      Mod : moderator.milis.iqra@gmail..com
>
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
>
>
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>   Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>   Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>      Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-


Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment