Monday, February 22, 2010

Re: [Milis_Iqra] Pokok-Pokok Keimanan Kepada Hari Akhir

[Arman] : Semua sudah saya jawab hanya mbak whe-en saja yang masih ngotot tanpa mau menerimanya., jadi saya tidak mengulangi jawaban saya. Silahkan merujuk pada jawaban-jawaban yang sudah ada.
Whe~en
Mas Arman,
jelas saja saya ngotot karena mas Arman sama sekali belum menjawab pertanyaan saya.
 
Ketika mas arman mengatakan [Arman] : Dan patut mbak whe-en catat juga, para perawi hadis yang dikeramatkan itupun bukan saksi sejarah, mereka sama seperti kita.
 
Saya menayakan kepada mas Arman berkali2, tunjukkan yang menyebabkan hadits tersebut ditolak,
perawi mana yang tertolak
tidak ada jawaban sama sekali.
Sanad mana yang tidak tersambung ke Rasulullah? tidak ada jawaban sama sekali
 
Kebenaran macam apa maksudnya jika dalil dibantah dengan pendapat pribadi dan saya harus menerimanya.
Berkali2 mas Arman bilang selektif soal hadits, bagaimana cara menyelektif-nya?
tak ada jawaban sama sekali.
 
Mas Arman bahkan menulis perawinya dikeramatkan, Naudzubillah.
trus bagaimana mas Arman bisa membedakan mana yang benar mana yang salah?
berdasarkan instingkah koq sama sekali tanpa referensi?
 
mungkin mas Arman lupa QS An Nahl 43 
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
 
kepada siapa mas Arman sudah bertanya?
 
Kalau semua orang dibiarkan menafsirkan ayat2 Allah sendiri sendiri, ada berapa milyar tafsiran?
 
Mas Arman masih mengelak saya bilang mendahului Allah dan Rasul-Nya padahal tidak satupun mas Arman bisa membuktikan perawi mana yang tertolak.
Ini aneh sekali
 
Bagaimana mungkin mas Arman menulis Tidak ada manusia yang suci dan maksum bebas dari salah, olehnya maka siapapun PASTI bisa salah dan khilaf, termasuk para ulama, perawi hadis, anda, saya dan siapapunlah.

Mas arman bilang ada salah, ada kekhilafan tetapi mas Arman sama sekali tidak bisa menunjukkan dimana kekhilafannya.
 
Bukankah semua orang yang menuduh harus memberikan bukti atau jatuh kepada fitnah?
QS Al Baqarah (2) : 191
dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan,
 
selain itupun Rasulullah juga bersabda
Dari Ibnu Abbas rodhiallohu 'anhu bahwa Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika semua orang dibiarkan menuduh semaunya, niscaya akan ada banyak orang yang menuduh harta suatu kaum dan darahnya. Oleh karenanya, haruslah seseorang yang menuduh itu menunjukkan bukti-buktinya dan yang menolak wajib untuk bersumpah." (Hadits hasan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan yang lainnya, sebagiannya terdapat dalam kitab Shahih) 
 
Apakah juga mas Arman tolak hadits tersebut?
kenapa?
karena tidak bisa memberikan bukti jadi memberatkan mas Arman? ataukah karena derajad hadits tersebut?
tunjukkan kepada saya
 
Ketika mas Arman menulis, Maka dari itu saya menutup kran taklid dalam permasalahan agama, buat saya pintu-pintu penafsiran ulang, ijtihad dan semacamnya masih sangat-sangat terbuka lebar buat mereka yang mau belajar dan mencari tahu.
 
Manafsirkan ulang berbeda dengan cara Rasulullah menafsirkan?
Menafsirkan sendiri?
Bagaimana mungkin
Apakah bukan berarti mas Arman menyelisihi Allah dan Rasul-Nya?
ini jelas jelas dilarang oleh Allah, bukankah ketika kita berbeda pendapat soal risalah ini, Allah dan Rasulnya yang menjadi Hakim?  Tetapi mas Arman menolak Rasul menjadi hakim dengan menolak sabda beliau tanpa alasan
QS An Nisaa (4) : 65
Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,...........
 
Jika semua orang dibiarkan ber-ijtihad semau mereka, berapa banyak ijtihad yang tidak sesuai?
Ijtihad tidak bisa dilakukan jika nash-nya jelas
bagaimana mungkin seseorang ber-ijtihad jika orang tersebut tidak berilmu, tidak menguasai Al Qur'an, tidak menguasai ilmu hadits, tidak menguasai ilmu fiqh, tetapi cuma karena semangat belajar, semangat ingin menafsirkan ulang?
 
Jadi dimana orang tersebut mendudukkan firman Allah 
QS An Nahl 43 
............... maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
 
Intinya,
Sepanjang dan selebar apapun mas Arman membuat narasi untuk saya
tetap saja mas Arman belum menjawab pertanyaan saya ketika menolak tafsir QS Ibrahim 27 tentang siksa kubur
Sanad mana yang terputus dari hadits tersebut
perawi mana yang tertolak
dan apa derajad hadits tersebut sehingga mas Arman tolak

2010/2/22 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>


2010/2/22 whe - en <whe.en9999@gmail.com>

Mas Arman,
1.  Ketika mas Arman bilang mas Arman bukan ahli hadits, mas Arman seharusnya menyerahkan masalah hadits kepada ahlinya bukan?


[Arman] : Mbak Whe-En, dalam masalah agama, saya tidak pernah mau untuk sebatas bertaklid kepada mereka yang disebut dengan ahli. Taklid disini dalam pengertian menyerahkan totalitas keseluruhan dasar-dasar keagamaan yang akan saya percayai, yang akan saya amalkan dan akan saya dakwahkan secara bulat-bulat kepada orang lain. Karena ini adalah area yang sangat sensitif dan saya secara pribadi akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah atas semua tindakan dan sikap saya itu. Tidak mungkin buat saya menjawab pertanyaan dari Allah dengan kata-kata klise : Ya Allah, saya tidak tahu kalau itu salah, sebab saya hanya ikut apa kata syaikh anu atau cak anu. Bisa gawat saya karena Allah sudah berfirman dalam al-Qur'an secara tegas :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. 17:36)

Jadi saya dituntut untuk mencari tahu dan mempelajarinya agar saya tidak terjerumus dalam hal yang salah dan akhirnya mengembalikan kesalahan itu pada orang lain sehingga berkesan cuci tangan padahal itu hanya sebuah pembodohan semata buat saya. Dosa saya adalah saya yang tanggung dan bukan orang lain, jikapun saya salah karena orang lain telah menyebabkan saya salah maka secara tidak langsung maka sayapun sudah menjadi penyebab dosa orang lain bertambah karenanya. Maka dari itu saya menutup kran taklid dalam permasalahan agama, buat saya pintu-pintu penafsiran ulang, ijtihad dan semacamnya masih sangat-sangat terbuka lebar buat mereka yang mau belajar dan mencari tahu. Tidak ada manusia yang suci dan maksum bebas dari salah, olehnya maka siapapun PASTI bisa salah dan khilaf, termasuk para ulama, perawi hadis, anda, saya dan siapapunlah.

Saya tidak bilang ahli hadis bukan berarti saya harus taklid dan saya tidak belajar untuk mencari tahu kebenaran soal hadis. Bagaimanapun manusia telah diberikan Allah panca indera yang sempurna untuk alat belajar dan bisa dioptimalkan. Saya mengandalkan semua potensi yang sudah menjadi fitrah dari Allah itu.



 
2.  Ketika mas Arman menulis tidak anti sunnah (bukan in ingkar sunnah) mas Arman pasti tahu haduts seperti apa yang bisa diterima dan seperti apa yang tidak bisa diterima.



[Arman] : Orang yang anti terhadap sunnah buat saya adalah orang yang keblinger dan otaknya tidak dipake mbak, sedangkan kita diminta pertanggung jawaban atas semua panca indera kita. So, saya memilih untuk tidak menjadi keblinger ataupun manuter.

 

[Whe-En]
 
Hadits hanya bisa ditolak karena kedudukan hadits tersebut, bukan karena wacana ataupun pendapat seseorang termasuk pendapat saya ataupun mas Arman.


[Arman] : Saya tambah satu lagi, bukan juga atas pendapat syaikh anu dan syaikh anu, siapapun dia adanya.
Perlu kajian yang kritis dan komprehensif sepanjang waktu menyangkut perihal doktrin-doktrin keagamaan yang ada.


 
3.  Saya dan mas Arman adalah bukan pelaku atau bukan saksi sejarah ketika Nabi menyampaikan risalah. 


[Arman] : Dan patut mbak whe-en catat juga, para perawi hadis yang dikeramatkan itupun bukan saksi sejarah, mereka sama seperti kita. Dan yang paling penting, mereka hanyalah manusia yang punya semua sifat insaniah. Mereka tidak maksum sehingga catatan dan rangkuman merekapun bisa jadi lewat, khilaf dan semacamnya. Sehingga tidak ada jaminan semua catatan hadis yang mereka dapatkan dan mereka kumpulkan adalah benar-benar valid dari pelaku sejarah itu sendiri yaitu Rasul dan para keluarganya atau para sahabat beliau dimasa perdana sehingga meskipun rantai sanad pun dianggap sudah bersambung dari a sampai z tetap saja kemungkinan sebuah hadis atau sunnah itu salah atau terkeliru selalu tetap terbuka lebar, apalagi dimasa-masa awal mangkatnya Rasul terjadi banyak intrik politik dan pertumpahan darah antar sesama pelaku sejarah perdana sehingga sunnah dan hadispun tidak tertutup kemungkinan juga sudah tersusupi oleh sekteisme tertentu yang karena itu pula maka Islam secara fakta terbelah atas banyak "suku bangsa", mulai yang mengklaim diri sebagai pembela keluarga Rasul (syiah), pembela sunnah Rasul (Aswaja), pembela yang benar sijalan tengah (khawarij) dan seterusnya dan sebagainya termasuk muktazilah de-el-el.


 
[Whe-en] :
 
Rasul tidak mungkin menyembunyikan risalah karena Rasul sendiri bersabsa "sudah dikelaskan semua"
Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Tidaklah tertinggal sesuatupun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.
(Hadist shahih diriwayatkan : oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabirr (II/155-156, no. 1647) dari Shahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallaahu'anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-shahiihah (no. 1803) )
 
Jika saya dan mas Arman adalah bukan saksi sejarah waktu itu, pasti ada saksi yang disebut umat yang menerima risalah tersebut.
 
Bagaimana mungkin mengabaikan orang yang menerima penjelasan secara langsung dan begitu saja menggantikannya dengan pendapat pribadi.
 

[Arman] : sudah dijelaskan panjang lebar diatas.
 
Saksi sejarah waktu itu menerima penjelasan secara langsung dan meriwayatkannya kepada kita, jika memang mas Arman merasa dalilnya lemah, seharusnya orang seperti mas Arman tahu apa yang disebut hadits lemah sampai tidak bisa diterima dalilnya, bukan dengan mengemukakan wacana.
pengetahuan saya dan mas Arman sangatlah terbatas soal dien ini, Risalah ini milik Allah dan diserahkan kepada Rasul-Nya untuk menjelaskan, jadi kenpa mas Arman berbeda menjelaskan hal tersebut dari Rasul.


[Arman] : sudah dijelaskan panjang lebar diatas, tambahan : Mbak Whe-en kok susah mengerti ya pada waktu saya mengatakan bahwa saya tidak menolak dan tidak mendahului Rasul. Demi Allah saya tidak seperti itu loh. Cuma mbak Whe-en itu mesti paham jika ada perbedaan dalam pemahaman menerima Rasul dan as-sunnah yang benar-benar beliau lakukan dengan menerima catatan-catatan yang dianggap sebagai sunnah Rasul.

Disitu mengapa saya mendirikan milis ini salah satunya dengan dasar kebebasan semua pihak dari beragam keyakinan dan pemahaman untuk bergabung. Disini tidak ada pengklaim kebenaran tunggal didalam Islam. Semua boleh dibahas dan dibantah selama asasnya adalah al-Qur'an. Saya jujur menghormati orang-orang aswaja dan syiah, muktazilah, HTI, ingkar sunnah, ahmadiyah dan seterusnya, please welcome, tetapi apakah itu otomatis kita bisa langsung saling sepakat dalam menerima sebuah konsepsi ? belum tentu, karena Islam adalah agama yang besar dan luas kandungannya. Dia tidak jalan ditempat dan bisa diklaim sebagai agama yang tertutup.


 
Mas Arman tidak mau periwayatan dari siapapun,  ini mengherankan saya.  Bagaimana mungkin kita belajar Risalah ini tanpa periwayatan dari umat yang langsung diajar oleh beliau. 

[Arman] : Mbak whe-en masih tidak nyambung-nyambung dengan maksud saya dari kemaren-kemaren, mbak selalu ngotot dengan alasan yang itu ke-itu juga tanpa mau memahami penjabaran saya yang panjang lebar. Baik, saya buat satu kalimat singkat saja sebagai jawaban untuk poin ini, yang lainnya silahkan merefer kejawaban-jawaban yang diatas posting ini ....

Mbak whe-en, Bukhari-Muslim dan kawan-kawannya itu bukan dan tidak pernah diajar langsung oleh Rasul ! Mereka tidak hidup sejaman dengan Rasul. [Sepakat ya .., nah explanation lain see up]

 
Jadi bagaimana mungkin mas Arman lebih tahu petunjuk Rasulullah dibanding orang yang langsung menerima risalah waktu itu?
 
5.  Jadi, tetaplah pada fokus permasalahan,
a.  Apa yang membuat hadits ditolak dan apa yang membuatnya diterima
b..  Saya masih menunggu jawaban mas Arman ketika menolak Hadits mutawatir soal QS Ibrahim 27 yang menjelaskan tentang siksa kubur
c.  Jika Hadits tersebut tingkatannya bukan mutawatir menurut mas Arman, silahkan menjelaskan kepada saya apa yang menjadikannya tertolak.




[Arman] : Semua sudah saya jawab hanya mbak whe-en saja yang masih ngotot tanpa mau menerimanya., jadi saya tidak mengulangi jawaban saya. Silahkan merujuk pada jawaban-jawaban yang sudah ada.


 

 
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/

"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment