pak rizal
secara logika sederhana patut dipertanyakan pak. Kenapa tuhan yang
maha kuasa hanya memilih menjadi manusia biasa (yesus) ?
kenapa dia tidak memilih dilahirkan menjadi raja saja ?.biar
sejarahnya / asal usulnya (nasabnya) lebih dapat diverifikasi
(meminjam istilah bapak).
terus kalau kristen bukan agama kepercayaan, lantas agama apa ya ?
Pada tanggal 06/02/10, rizal lingga <
nyomet123@yahoo.com> menulis:
> Dari pembukaan kalimat, Armansyah sudah menyebut paganisme atau berhalaisme
> sebagai kerangka untuk menunjuk kepada misteri Trinitas Kristen. Hal ini
> jelas mengacu kepada doktrin keesaan Islam, dimana Allah itu tidak
> terbagi-bagi, bulat satu dan merupakan continuum (tidak terpecah). Artinya,
> Armansyah melihat Trinitas Kristen jelas sekali dalam kacamata Islam,
> sebagai berhala yang menyembah banyak tuhan. Dengan perkataan lain,
> Armansyah tidak mampu obyektif melihat dan memahami Trinitas, artinya,
> dengan kacamata Islam, tertutup sudah memahami Tuhan dengan cara lain.
> Armansyah, semua agama memiliki misterinya masing2, itulah sebabnya mereka
> disebut agama. Sebab suatu ajaran tanpa misteri hanyalah berupa
> filsafat,sosiologi, dan psikologi belaka jika sudah berbicara mengenai
> manusia.
> Agama dan filsafat memiliki kesamaan dalam arti berupa pikiran
> manusia.perbedaannya adalah bahwa agama bersifat absolut, take it or leave
> it.Sedangkan filsafat selalu terbuka untuk diperdebatkan.Namun disini
> Armansyah melakukan kekeliruan memakai analisa akal untuk mencoba
> menganalisa suatu misteri agama Kristen. Akal senantiasa berada dalam ranah
> logika, sedangkan misteri agama selalu berada diluar logika manusia namun
> dipercaya. jadi Armansyah memakai alat pemahaman yang keliru untuk memahami
> Trinitas. Didalam Alquran sendiri ada beberapa ayat yang umumnya terdapat
> pada awal surat, berupa kata-kata yang tak bermakna. Maka dianggap misteri.
> Dulu pernah saya coba terangkan apa itu Trinitas, tapi Armansyah tidak bisa
> menerima, karena pikirannya sudah dipenuhi oleh pemahaman Islam akan Allah,
> sehingga tidak mungkin lagi baginya untuk berpikir dan mencoba memahami dari
> sudut lain. Bagi Armansyah, berbicara tentang Allah hanya satu pemahaman
> yang benar yaitu pemahaman Islam, dan semua yang lain adalah salah. Maka
> jika sudah dipatokkan demikian, maka semua penjelasan lain diluar pemaham
> Islam jelas tidak bisa diterima. Menyadari pemikiran Armansyah yang
> demikian, maka saya berhenti untuk menerangkan akan Trinitas, karena akan
> percuma saja.
> Namun saya memiliki logika yang sederhana akan Tuhan. Yaitu, bahwa Tuhan itu
> mahakuasa dan bisa berbuat apa saja, kecuali berbuat dosa. Sampai disini
> pemahaman Islam dan Kristen sama. Namun ketika Kristen mengatakan bahwa
> Tuhan bisa jadi manusia, disitulah menjadi mustahil bagi Allah. Maka bagi
> saya, ternyata Allahnya Islam itu memiliki keterbatasan, yaitu tak mampu
> menjadi manusia yang diciptakannya. Itu berarti, ternyata Allahnya Islam
> tidak Mahakuasa. Demikianlah logika saya dalam memahami Allahnya Islam,
> tidak mahakuasa. Jadi manusia saja dia tak mampu.
> Tapi karena ini berbicara soal kepercayaan, dan saya sadar dalam agama Islam
> sangat banyak mengandung unsur2 kepercayaan yang tidak bisa dan tidak perlu
> diverifikasi secara sejarah, saya maklum dan tidak ngotot menuntut, apalagi
> mengejek. Saya sadar bahwa Islam itu hanyalah agama kepercayaan belaka.
>
>
> --- On Thu, 2/4/10, Armansyah <
armansyah.skom@gmail.com> wrote:
>
> From: Armansyah <
armansyah.skom@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> To: "
Milis_Iqra@googlegroups.com" <
milis_iqra@googlegroups.com>
> Date: Thursday, February 4, 2010, 7:52 AM
>
> Diambil dari buku :
> Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah Pelurusan Sejarah & Jawaban untuk
> Dinasti Yesus
>
> Karya : Armansyah
>
> Penerbit : Restu Agung, 2008
>
> Bab 5 : Penyimpangan Ajaran Isa al-Masih
>
> Hal. 284 s/d 293
>
>
> Trinitas, misteri yang tidak bisa dijelaskan
>
> Kemelut ajaran paganisme yang
> sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli Isa al~Masih memang
> memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang sejarah agama
> Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak menerima
> Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau diakuisisi
> oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita perlu
> juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang
> yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel
> dengan pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
>
> Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan
> menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the
> Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit).
> Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat
> dan satu dalam kesatuannya. Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih
> yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu
> unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan
> (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh
> karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang
> sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga
> digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan
> demikian pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan
> suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
>
> Karena diri
> "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki
> suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu
> juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat
> ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula
> sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa,
> tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari
> Bapa itu. Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka
> dimanakah zat anak ?
>
>
> Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam
> membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata
> ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat
> dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat
> dibagi menjadi zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi
> wujud-Nya. Oleh karena dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan
> dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan
> untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban
> "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan." Suatu pernyataan yang mencoba
> menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan
> pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan
> akal sehat.
>
> Disatu sisi
> mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi
> lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai
> Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat
> Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan
> itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan
> bukan Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur
> ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum
> ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang
> lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan
> (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna. Khusus mengenai diri Tuhan
> Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab kadangkala digambarkan sebagai api,
> sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut
> kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia,
> baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa keberadaannya ditengah para
> murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan Isa paska penyaliban..
> Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah
> terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan
> masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah
> zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat
> Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya
> sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
>
>
> Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka
> dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah
> disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab
> yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah
> 'keanakan' dan 'keBapaan'. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
>
> Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah
> setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan
> benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat
> Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham
> Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka
> nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi
> yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti
> yang sebenarnya.
>
> Kita dapati
> dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai
> kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep
> pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu
> sendiri. Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada
> tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum
> mereka sampai pada Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan
> asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
> Muhammad SAW. Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini
> menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan,
> karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan
> yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan
> yang lahir menjadi manusia bernama Isa al~Masih dalam pengertian
> singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena
> itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling menarik lagi adalah
> tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya
> dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak,
> sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
>
> Apabila
> sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu
> oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat
> oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan
> keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.
> Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat
> terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan
> itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat
> keduanya hanya satu. Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan
> keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang
> lain. Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada
> oknum Bapa.
>
> Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
>
> Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
> Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity). Dengan demikian
> terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada
> zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.
> Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia. Apabila Tuhan anak menjadi
> manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka
> satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut
> dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan
> demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.
>
> Maka pada
> saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah
> tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu
> konsep yang mustahil. Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa,
> Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat
> diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai
> 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam
> pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).
> Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan
> Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang
> menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian
> sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak
> alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai
> Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang
> pertama tadi ada. Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam
> pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.
> Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau
> sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya
> tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.
>
> Apabila
> Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka
> Tuhan anak itu tidak dapat disebut 'diperanakkan' oleh Tuhan Bapa.
> sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan
> Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan
> yang lebih kemudian hadirnya.
>
> Apabila ia
> disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya
> terkemudian daripada Bapa.. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya
> harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya. Apabila antara
> Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan
> Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing,
> mereka bukan satu kesatuan tetapi tiga unsur yang berbeda. Kenyataan
> ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti
> pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16
> sampai 17 :
>
> Sesudah
> dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
> terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
> atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah
> Anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." – Injil Matius pasal 3
> ayat 16 dan 17
>
> Pada ayat
> diatas secara langsung kita melihat keberadaan tiga oknum dari zat
> Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia
> bernama Isa dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung
> merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri
> yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi. Dengan berdasar
> bukti dari pemaparan Injil Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia
> Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem
> ketuhanan mereka ? Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara
> masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan
> keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam
> kemanunggalan mereka.
>
> Maka kata
> Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa
> mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
> berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh
> Kudus. - Injil Yohanes pasal 20 ayat 21 dan 22
>
> Ayat Injil
> Yohanes diatas sebagaimana juga ayat dari Injil Matius pasal 3 ayat 16
> dan 17 sebelumnya, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan
> Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan
> anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat
> disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya
> sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan)
> sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi
> tentang keragaman dewa-dewa mereka. Konsep ini sama dengan konsep tiga
> makhluk bernama manusia, ada si Arman sebagai Bapa, ada si Daffa
> sebagai anak dan adapula si Haura, ketiganya berbeda pribadi namun
> tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia,
> tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah tiga
> orang manusia berbeda. Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus
> adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap tiga individu Tuhan yang
> berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas
> atau Tritunggal pada dunia Kristen. Untuk menjadi pemikiran lanjutan
> bagi kita semua, bahwa dunia Kristen Trinitas meyakini
> Isa al~Masih merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang
> lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi
> menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan
> dengan manusia.
>
> Sekarang,
> bila memang demikian adanya, bisakah kita menyatakan bahwa pada waktu
> penyaliban terjadi atas diri Isa maka pada saat yang sama Tuhan Bapa
> (Allah) telah ikut tersalibkan ? Hal ini perlu diangkat sebagai acuan
> pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya
> untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria maka secara
> otomatis antara Isa dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Isa
> al~Masih hanyalah raga manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah
> Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Isa pantas disebut Tuhan anak.
>
> Dalam
> keadaan apapun selama tubuh jasmani Isa masih hidup dan melakukan
> aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap
> ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika
> Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Isa
> al~Masih mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan
> oleh ruhnya. Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Isa disalibkan,
> maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang,
> Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu
> kesatuan).. Pada waktu tubuh jasmani Isa al~Masih bercakap-cakap dengan
> para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan
> sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.
>
> Dan
> sekarang bila Isa mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti
> mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai
> apa-apa disana selain daun (Lihat Injil Matius pasal 21 ayat 18 dan 19)
> maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Isa mengenai segala
> sesuatu dan berimplikasi bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag
> manusia Isa al~Masih itupun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia
> tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini
> haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud
> makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata
> berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.
> Dan pada
> waktu Isa merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur
> tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah seperti
> ditulis oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 44, maka pada saat yang sama
> kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru
> frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Lihat Injil Matius pasal 26
> ayat 3) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya
> sendiri
> yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan
> dimata Tuhan. Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Injil Matius
> pasal 26 ayat 36 sampai 39 Isa telah memanjatkan doa yang ditujukan
> kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali,
> betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu
> masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh
> bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa
> Isa al~Masih itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai
> makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik
> jasmani maupun rohaninya. Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan
> Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa
> atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.
>
> Doktrin
> kemanunggalan Isa al~Masih dengan Tuhan, memang sungguh layak untuk
> bisa dikaji ulang, kalimat keanakan Tuhan yang dilekatkan padanya jelas
> bukan bahasa metafora. Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian
> Baru, kita sebut saja misalnya Injil Matius pasal 26 ayat 64, Kisah
> Para Rasul pasal 7 ayat 55 dan 56, Kitab Roma pasal 8 ayat 34 dan
> sebagainya telah disebut bahwa Isa al~Masih sebagai Tuhan anak telah
> duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan
> Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, bukankah
> semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika
> paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem
> banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan
> atau Polytheisme. Inilah bukti yang bisa kita persembahkan kepada
> golongan yang masih menerima Isa sebagai Tuhan dan menganggapnya
> sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
>
> Kita bukan
> hendak menghujat ataupun melakukan bentuk penistaan terhadap ajaran
> maupun keyakinan agama lain, namun disini kita mencoba menyampaikan
> kebenaran melalui kalimat dan bukti-bukti yang bisa ditelaah dan
> dipelajari secara obyektif oleh setiap orang.. Islam melarang umatnya
> untuk melakukan pelecehan agama manapun, kita akan tetap menghormati
> mereka meskipun menolak apa yang sudah disampaikan. Kiranya buku ini
> bisa mendatangkan hikmah dan hidayah bagi setiap pembacanya dan bukan
> malah memunculkan polemik baru yang akan semakin memecah belah rasa
> persaudaraan antar iman di Indonesia.
>
>
> Serulah
> kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
> bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
>
>
> Isa al~Masih hanyalah seorang Rasul
>
> Secara abstrak, Tuhan
> memang meliputi segala sesuatunya namun kalau Dia sudah didoktrinkan
> menjadi terbatas (yaitu tersekat kedalam daging) sebagaimana pernyataan
> orang-orang Kristiani terhadap sosok Isa al~Masih, maka artinya Tuhan
> dengan menjadi daging itu telah tunduk dengan segala keterbatasannya,
> maka tentunya ini tidak bisa disamakan lagi dengan konsepsi kemaha
> kuasaan Allah.
> ……… > Lanjutannya, silahkan baca langsung buku tersebut.
>
> --
> Salamun 'ala manittaba al Huda
>
>
>
> ARMANSYAH
>
>
>
>
> --
>
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
>
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
>
>
> Gabung :
Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com >
> Keluar :
Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com>
> Situs 1 :
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra >
> Mod :
moderator.milis.iqra@gmail..com>
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
>
>
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung :
Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com > Keluar :
Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com> Situs 1 :
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra > Mod :
moderator.milis.iqra@gmail.com> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung :
Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com Keluar :
Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com Situs 1 :
http://groups.google.com/group/Milis_Iqra Mod :
moderator.milis.iqra@gmail.com-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment