Sunday, April 18, 2010

[Milis_Iqra] Artikel yang bagus : Isu Sunnah-Syiah, Tanggapan untuk Hidayatullah

Isu Sunnah-Syiah, Tanggapan untuk Hidayatullah

Sumber : http://www.politikana.com/baca/2010/04/08/isu-sunah-syiah-tanggapan-untuk-hidayatullah.html

Mengikuti analisis beberapa komentar atas polemik Wahabi-Syiah di bawah judul "Mengapa Silaturahmi Dilarang?" menarik  banyak pertanyaan dari benak saya. Misalnya, sikap pelarangan ormas Islam terhadap penyelenggaraan Silaturahmi Nasional V Ahlul Bait Indonesia, dan tiba-tiba mengangkat isu Sunisme dan Syi'isme pada hari-hari ini? Adakah realitas sosial-politik aktual di tanah air sebagai referensi  kekuatirannya? Di dalam 7 point pernyataan sikap itu, saya tidak menemukan data sejarah menyangkut empat belas abad yang lampau. Sambil berdoa semoga cara dan isu yang diangkat dalam pernyataan sikap ormas Islam? (saya menganggapnya ormas wahabi, dan bukan Sunni) itu tidak malah menyegarkan darah yang sudah kering. Alih-alih beranjak dari sejarah silam, menjadi lebih produktif bila pesan atas keadaan umat itu mengacu pada realitas dunia Islam yang paling aktual sekaligus prospektif, khususnya pada umat Islam di Timur Tengah.
 
Apapun aspek dan hasil berdebatan seputar Sunni-Syi'ah, yang jelas ialah bahwa dua mazhab ini merupakan bagian besar sejarah Islam sampai sekarang. Usia perjalanan mereka dan pergulatan yang berlangsung hampir seusia Islam itu sendiri. Maka itu, pengamatan atas mereka tidak cukup, kalau tidak dianggap timpang, hanya menilik dari bilik politik dan perilaku sahabat Nabi pada satu kurun waktu. Dan pembelahan umat Islam yang datang setelah mereka terjadi dari akumulasi sejarah, politik, ideologi dan pembacaan terhadap doktrin.
 
Tentunya seiring dengan itu, perbedaan dua pengikut mazhab besar Islam ini semakin luas dan tajam. Inti perbedaan mereka lebih cenderung kepada perbedaan tafsir dan cara pemahaman yang dilatari oleh berbagai bidang, termasuk sastra bahasa. Fenomena ini juga terjadi pada generasi sahabat bahkan semasa Nabi masih hidup di tengah mereka. Maka bisa dibayangkan betapa luas dan tajamnya perbedaan umat yang lahir 1400 tahun setelah ketiadaan Nabi. Satu  contoh kecil, Sunnah yang biasa didudukkan di sisi Al-Qur'an menjadi lahan penafsiran yang berbeda tidak hanya Sunni dan Syi'ah, yang kalaulah pemahaman mereka itu terhadap kata ini saja satu dan tunggal, hampir dipastikan tidak akan ada yang namanya Sunni dan Syi'ah. Maka, dua contoh perbedaan ini tidak mudah disederhanakan ke dalam konteks politik semata.
 
Pada saat menghadapi panjang dan kompleksnya realitas perselisihan Sunni dan Syi'ah, kita menyadari pula kekuatan budaya, sosial dan politik dua mazhab tersebut. Di dalamnya, kita pun menyadari betapa sulitnya menghindari perbedaan dan memungkinkan kemufakatan mutlak di antara mereka yang hidup sekarang. Namun, ini tidak berarti sebagai sebuah alasan untuk menutup semangat dan harapan dalam mengusahakan persatuan umat Islam. Hanya persatuan yang tak mungkin ialah ketika menuntut kemufakatan mutlak, baik dengan cara mengutuhkan mereka menjadi tunggal, atau mengeluarkan kedua-duanya dari lingkungan Al-Qur'an, atau, dengan alasan Al-Qur'an itu sendiri sebagai rujukan yang otentik, sebab duduk persoalan -sekali lagi- lebih berat pada perbedaan tafsir dan pemahaman.

Mendudukkan semua sahabat sama-sama salah mengingat sahabat juga manusia di dalam konflik politik itu hanya sekedar alasan, pandangan Pak Cilik, sama-sama manusia biasa yang bisa salah juga tidaklah memberikan kontribusi yang berarti, karena lagi-lagi persoalan Sunni-Syi'ah sekarang berkisar pada; jalur dan sabahat mana yang layak menjadi rujukan sabda-sabda Nabi sang penjelas hakiki Al-Qur'an.
 
Dalam keadaan ini, yang lebih mungkin diupayakan ialah minimalisasi perbedaan dan maksimalisasi "taqrib" (pendekatan). Yaitu melalui dialog yang saling menghormati. Di dalam dialog, bukan hanya Al-Qur'an bisa diakui sebagai salah satu referensi otentik, juga bukan hanya perbedaan bisa diakui untuk kemudian saling dipahami serta diselesaikan secara arif oleh pihak-pihak terkait, bahkan kekuatan setiap pihak pun bisa diakui untuk dikerjasamakan demi kepentingan-kepentingan luas sosial dan politik umat.
 
Secara praktis, peluang dan harapan persatuan yang berbasis pada dialog cukup terbuka, bahkan perlu dioptimalkan, mengingat upaya ini bukan yang baru saja digagas, tetapi sudah lama dirintis dan dibangun oleh kalangan ulama dan intelektual  Sunni dan Syi'ah. Pada ukuran kontemporer, persatuan dan pendekatan penganut dua mazhab ini di kawasan sekritis Timur Tengah sedang menunjukkan kekuatan pasca pemilu di Irak yang dimenangkan oleh mayoritas Syi'ah. Bersama suku Kurdi yang sunni, mereka sepakat untuk bekerja sama membangun kekuatan demokratis guna membangun bangsa dan negara. Juga rakyat sunni di Suriah  dan Palestina menyambut "people power" yang digagas kelompok Hizbullah yang Syi'ah di Lebanon. Atau yang jarang kita dengar ialah kerjasama Arab Saudi dan Iran di bidang perundang-undangan dan sistem hukum Islam pada tingkat negara. Bahkan di Iran sendiri, hukuman terhadap pelaku pelecehan terhadap manusia-manusia yang di sakralkan, entah Syiah maupun Sunni tengah digodok dalam parlemen dan akan dimasukan ke dalam UUD RII.
 
Lalu kita di bagian tenggara Asia, yang lebih dikenal dengan kelembutan dan keramahan watak ketimuran, selayaknya lebih tanggap membangun persatuan dan pendekatan melalui kanal dialog yang saling menghormati, bila perlu melampaui sebatas perbedaan Sunni-Syi'ah. Percayalah, bahwa Allah swt. menurunkan ayat ini untuk semua umat Islam: "Berpegangteguhlah pada tali Allah, dan janganlah berpecah-belah" (QS. Al-imran: 103). Kalau mungkin untuk sementara ada perbedaan tafsir pada kata "tali", semua bisa memahami satu pada penggalan kedua dari ayat itu; bersatulah umat Islam!



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment