Monday, April 26, 2010

[Milis_Iqra] Fwd: Konfirmasi :::::



---------- Forwarded message ----------
From: Masukan <Masukan@idionline.info>
Date: 2010/4/27
Subject: RE: Konfirmasi :::::
To: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>


Saudara Armansyah,
 
Kami sudah menerima email saudara beberapa hari yang lalu, tetapi karena ada deadline yang harus kami lakukan dan juga begitu banyak email yang masuk kepada kami, jadi maaf, kami belum bisa menjawab email saudara sekarang. Tetapi secepatnya kami akan membalasnya.
 
Wassalam,
 
Saodah
 
Facebook: Isa dan Islam Indonesia
 


From: Armansyah [mailto:armansyah.skom@gmail.com]
Sent: Sun 4/25/2010 9:43 PM
To: MasukanSubject: Konfirmasi :::::

Salamun 'ala manittaba al Huda.,

Dear pengasuh situs www.isadanislam.com yth.,

Bersama email ini, saya ingin menanyakan kembali perihal tanggapan balik saya kepada anda sekaitan dengan Isa al-Masih yang baru lalu. Karena sampai hari ini, saya masih belum menerima jawaban dari anda atas tanggapan saya tersebut.

Saya hanya bermaksud untuk konfirmasi saja bila posting tersebut sudah diterima dan sedang dalam proses pembahasan disana, saya yakin anda pastinya sedang banyak sekali urusan penting sehingga email saya --mungkin-- sementara ini ditangguhkan dulu. Tetapi agar saya lebih yakin bahwa email tersebut sampai dan diterima maka ada baiknya saya kirimkan ulang.

Seperti biasa, email ini saya cc ke milis_iqra@googlegroups.com dan saya tayangkan diblog saya yang ada di wordpress.com



---------- Forwarded message ----------
From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2010/4/22
Subject: Re: Salam kenal
To: Masukan <Masukan@idionline.info>
Cc: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>


Terimakasih atas jawabannya, berikut ada beberapa point yang saya coba runut dan pertanyakan ulang.
Saya harap anda tidak keberatan ...



2010/4/22 Masukan <Masukan@idionline.info>
Salam saudara Armansyah,
 
Terimakaih atas email saudara dan juga pertanyaan yang saudara kirimkan. sebelumnya maaf, karena email2 yang sebelumnya saya hapus agar email tidak terlalu panjang dan juga kita dapat focus pada topik yang akan kita bahas. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudara dibawah ini, kiranya saudara puas dengan jawaban yang kami berikan.
 
1. Siapakah Isa al-Masih itu sebenarnya menurut anda, apakah dia tuhan yang menjelma menjadi manusia ataukah ia benar-benar manusia adanya dengan pengertian tidak ada unsur ketuhanannya sama sekali
Isa Al-Masih adalah Allah yang datang ke dunia dengan mengambil rupa manusia, datang untuk menebus setiap jiwa-jiwa dari ikatan dosa dan memberikan jaminan hidup kekal.


[Arman] : Pertanyaan saya :
1. Bahwa Isa al-Masih adalah Allah yang datang kedunia dgn mengambil rupa manusia ... apakah ini ucapan langsung dari Isa Al-Masih yang kemudian dicatat dalam ke-4 Injil kanonik ? Boleh saya tahu rujukan kitab, pasal dan ayatnya ?

2. Isa al-Masih datang untuk menebus setiap jiwa-jiwa dari ikatan dosa dan memberikan jaminan hidup kekal.... penebusan jiwa seperti apa maksudnya disini ? apakah ini juga ucapan langsung dari Isa al-Masih yang pun dicatat dalam ke-4 Injil kanonik ? Boleh saya tahu rujukan kitab, pasal dan ayatnya ?


[isadanislam.com] :
 
Dia datang melalui rahim Maryam yang dikandung dari Roh Kudus (Injil, Rasul Matius 1:23). Kedatangan-Nya dengan merendahkan diri dalam rupa manusia tidak akan pernah mengubah keilahian-Nya.


[Arman] : Apabila Tuhan sudah menjelma menjadi manusia dan anda berkata bila hal itu tidak merubah keilahian dari Tuhan itu sendiri, maka saya minta maaf bila kembali memberikan sanggahan. Argumen anda diatas membuat saya teringat cerita mengenai tokoh Semar.

Kita tahu dalam cerita wayang purwa, disebutkan bahwa sosok semar sesungguhnya penjelmaan Batara Guru dalam wujud manusia, dan sebagai manusia, dia tetaplah Batara Guru dengan segala kemahakuasaannya dan segala kesaktiannya sebab phisik dari semar adalah sekedar wadag atau jasad dimana ruh ke-Batara Guruannya menyusup. Begitupun adanya dengan Isa al-Masih, bahwa jika dia benar adalah sama dengan Bapa ( Tuhan yang Maha Kuasa ) logikanya keterbatasan phisik dan kemampuan dari jasad kemanusiaan yang Dia huni tidak serta merta membatasi kemahakuasaan-Nya. Sebab yang Maha Kuasa itu bukan phisik tetapi Roh ( dan Bible atau alkitab anda menyebutkan Tuhan itu adalah Roh -misalnya Kejadian 1: 2) .
 
Lagipula, saat Tuhan yang tidak terbatas itu dikatakan telah terbatasi dalam wujud phisik Isa al-Masih yang manusia, maka selama itu juga dunia ini berjalan tanpa keberadaan Tuhan yang tak terbatas. Suatu pemaparan yang tidak mungkin bisa anda hindari.
 
Lagipula ini menurut saya, argumen anda diatas bertentangan secara nyata dengan apa yang  terdapat dalam Injil Matius pasal 3 ayat 16 dan 17 yang menceritakan bahwa Isa al-Masih tidaklah sama dengan Tuhan, buktinya : Tuhan dalam cerita di Matius itu digambarkan dalam 2 perwujudan dalam waktu bersamaan ( Tuhan Bapa  yang ada dilangit melalui suaranya, kemudian Roh Tuhan yang mengambil wujud seperti burung merpati)  -- dan bila kita benarkan Isa al-Masih adalah Tuhan juga yang menjelma maka berarti siapapun bisa melihat ada 3 wujud Tuhan disana yang berbeda., yaitu dengan penambahan sosok Isa al-Masih yang sedang dibaptis disungai Yordan.



[isadanislam.com] :
Dan itu bukanlah suatu hal yang mustahil karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil (Injil, Lukas 1:37).



[Arman] :

Berkaitan dengan kalimat diatas, saya juga tertarik untuk menanggapinya.
Dalam perspektif saya, Allah itu justru ingin adanya keteraturan dalam semua proses hidup dan kehidupan didunia ini. Dan itu hanya bisa terjadi apabila Dia sendiri menjadikan segala sesuatunya itu secara logis dan bisa dimengerti atau bisa dipelajari. Misalnya saya ambil contoh kongkret, kenapa Tuhan toh masih butuh waktu sekian hari untuk sebuah proses penciptaan alam semesta ? kenapa Dia tidak menjadikannya dengan sekali jadi saja ? apakah Dia tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya ? Setahu saya, alkitab ataupun al-Qur'an dalam hal ini sepakat bila alam semesta dijadikan dengan tahapan waktu dan bukan sekali jadi.

Hal itulah yang lalu menumbuhkan asumsi-asumsi kepada saya bahwa Allah itu ingin semuanya berjalan secara logis sehingga kehendak-kehendak-Nya itu bisa diterima dengan wajar dan membuat kita semakin kagum terhadap diri-Nya.

Samalah misalnya kita ambil contoh lain tentang penciptaan diri Yesus atau Isa al-Masih, toh, Allah memulainya dari mengirimkan malaikat kepada Maria sang ibunda untuk memberikan kabar suka cita, lalu kemudian Maria melalui proses Parthenogenesenya menjadi hamil dan mulai mengandung sama seperti wanita-wanita lainnya mengandung dan ketika sudah tiba waktunya lahirlah bayi Yesus terus dengan semua proses perkembangan alamiahnya dia kemudian menjadi besar dan membutuhkan proses belajar dari ahli-ahli Taurat sampai kemudian sekian puluh tahun kemudian dia menjadi orang yang mampu menjadi seorang al-Masih dikalangan umatnya, Bani Israel.

Semua itu melalui tahapan-tahapan, melalui proses demi proses … sehingga kalimah : tidak ada yang mustahil bagi Tuhan sudah sewajarnya kita tempatkan pada proporsi yang seharusnya dan tidak menyimpang dari kausalitas yang sudah Dia tentukan sendiri dalam menjaga keseimbangan tatanan-tatanan penciptaan-Nya.

Saya teringat sebuah ayat dalam al-kitab anda juga : "Allah adalah Allah yang suka akan ketertiban; Ia bukan Allah yang suka pada kekacauan. Seperti yang berlaku di dalam semua jemaat Allah." (1 Korintus 14:33 Bahasa Indonesia sehari-hari)



 
 
Injil, Rasul Yohanes 1:1 dan QS. Ali' Imran 3:45, mengatakan bahwa: "Dia (Isa Al-Masih) pada mulanya adalah Firman/Kalimat Allah".




[Arman] : Kalimat seorang raja tidaklah sama dengan raja itu sendiri, sebab seorang raja adalah wujud seorang manusia yang lengkap atau utuh mulai dari tubuh dan anggota-anggotanya yang lain. Sementara sabda atau kalimat hanyalah ucapan dari sang raja itu sendiri yang tentunya tidak bisa disamakan secara generalisasi sebagai perwujudan dari sosok seorang raja.; analoginya : perkataan raja = bagian terkecil yang keluar dari diri raja ( dan sebagai bagian terkecil maka dia tidak sempurna ) sementara wujud utuh seorang raja adalah bentuk seutuhnya sebagai seorang manusia yang sempurna.
 
Mengandaikan Yesus sebagai firman Bapa dalam wujud manusia, bagi saya sama artinya anda menyebut Yesus adalah perwujudan Tuhan yang tidak lengkap atau dalam bahasa sedernahanya adalah Tuhan yang penuh kecacatan (dan saya bisa membuktikan argumen saya ini yang akan saya rujuk dari dalam alkitab sendiri nantinya)

Anda merujuk kedalam al-Qur'an, padahal setahu saya artinya tidak sedemikian.
Maaf jika dirasa agak lancang mengajari anda yang sudah ahli-ahli disitus www.isadanislam.com ini ... kebetulan saja saya agak mengerti barang sedikit bahasa Arab. Beginilah saya pikir apa yang dimaksud oleh ayat yang anda bawa itu.

pernyataan 'Isa almasih sebagai Firman Tuhan sebenarnya tidak dikenal didalam Islam, istilah "Firman Tuhan" merupakan terjemahan dari kata "Kalimatuhu" ataupun "Kalimatu Robbi" yang secara terjemahan perkatanya (spell) adalah "Kalimat-Nya" atau "Kalimat Tuhan", sebagaimana surah 4 an-nisaa' ayat 171 berikut :

Innamal masihu 'isa ibnu maryama rosulullahi kalimatuhu
Sungguh, almasih 'Isa putera Maryam adalah Rasul Allah dan Kalimat-Nya (Qs. 4 An-nisaa' : 171)

Beberapa pengertian dari istilah "Kalimat Tuhan" sendiri bisa kita lihat pada ayat al-Qur'an berikut :

Kalimatutul 'azabi 'alal kafirin
…Telah berlakulah Kalimat azab bagi orang-orang yang kafir. (QS. 39 Az-Zumar : 71)


Wa izibtala Ibrohima Robbuhu bi kalimati fa atammahunna
Dan ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa Kalimat dan tetap dilaksanakannya. (Qs. 2 Al-Baqarah : 124)

Dari contoh persamaan ayat tersebut, bisa diperoleh kesimpulan bahwa istilah Kalimat atau firman Tuhan disini berarti Ketetapan Tuhan
kepada makhluk-Nya.

Sehingga dengan demikian maksud dari ayat 171 An-Nisaa' atau Ali Imran ayat 45 yang menyatakan 'Isa al-Masih merupakan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam adalah Ketetapan atau keputusan Allah atas kelahiran 'Isa al-Masih dari diri Maryam yang masih perawan, karena itu saya sepakat dengan ayat berikut ini :

Almasih putera Maryam itu hanyalah salah seorang Rasul seperti para Rasul sebelumnya - yang pernah ada - dan ibunya adalah orang yang
sangat benar. (Qs. 5 al-maidah : 75)


 
 
Yang menurut Injil, Rasul Yohanes 1:14, "Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita".

[Arman] :

Jika tidak keberatan saya coba paste-kan ayat dari Injil ini mulai yang pertama dulu  ...

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang
telah dijadikan - Perjanjian Baru : Kitab Injil Yohanes 1:1-3

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaannya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadanya
sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran - Perjanjian Baru : Kitab Injil Yohanes 1:14

Analisa awal yang perlu dicatat dari Kitab Injil Yohanes pasal 1 ayat 1 s/d 3 dan ayat 14 diatas bahwa kesaksian tersebut bukan berasal dari
mulut Yesus langsung, akan tetapi hal tersebut tulisan maupun ucapan dari Yohanes sang pengarang Injil tersebut, dan tidak ada dasar yang
bisa dijadikan argumen kuat bahwa kalimat itu didiktekan oleh Yesus kepada Yohanes agar dituliskan didalam Injil karangannya.

Analisa berikutnya, mari kita bahas isi dari ayat 1 s/d 3 dari kitab Injil Yohanes diatas :

Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah – Kitab Injil Yohanes 1:1 -

Apakah yang dimaksud dengan Firman ini ?
Saya coba melihat ayat tersebut dalam Alkitab berbahasa Inggris (yang disebut The Bible) dan pilihan saya adalah SABDA yang saya pesan
langsung secara gratis dari Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) Surakarta yang pembuatannya berada dibawah pengawasan OnLine Bible Canada dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), dalam hal ini saya mengambil terjemahan Injil versi King James 1769 Authorised Version dan Darby
Translation 18898 yang menjadi panduan mayoritas umat Kristen seluruh dunia :

In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.
The same was in the beginning with God.
All things were made by him;
and without him was not any thing made that was made.

Disini istilah "Firman" diterjemahkan sebagai "Word".
Istilah "Word" dalam kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols dan Hassan Shadily terbitan PT. Gramedia Jakarta cetakan XVIII Agustus
1990 hal 652 memiliki arti "kata, perkataan, sepatah kata, kabar, sabda, janji, pesan atau perintah".

Dengan demikian, Injil Yohanes pasal 1 ayat 1 s.d. 3 itu bisa juga dibaca demikian :

Pada mulanya adalah Sabda/ Janji
Sabda/ Janji itu bersama-sama dengan Allah
dan Sabda/ Janji itu adalah Allah
– Kitab Injil Yohanes 1:1 -

Kita perhatikan bahwa teks diatas memiliki kata sambung "dengan" sehingga antara subjek Firman dan objek Allah dihubungkan melalui kata
sambung.

Sekarang, jika ada orang berkata :

Daffa bersama-sama dengan Arman

Maka kita semua bisa mengerti bahwa kalimat itu sebenarnya bermaksud menjelaskan adanya dua orang yang berbeda, yaitu Daffa dan Arman yang sedang bersama-sama.

Jelas sekali bahwa Daffa bukanlah Arman dan sebaliknya Arman pasti bukan Daffa !

Dari persamaan ini kita kembali pada konteks ayat Injil Yohanes 1:1
sehingga bisa kita simpulkan bahwa teks Firman itu bersama-sama dengan Allah memiliki arti bahwa Firman atau Sabda atau Janji tersebut  bukanlah Allah dan sebaliknya Allah pasti bukanlah Firman.

Jadi apa maksud teks dalam Injil Yohanes tersebut ?
Saya memahaminya begini :

Sejak dari permulaan Allah telah bersabda atau berjanji kepada Diri-Nya sendiri dan Sabda-Nya itu pasti terjadi hanya menunggu saat yang cocok untuk menepatinya, karena begitulah Allah itu Maha Penepat Janji (al-Mujib).

Apa janji atau Sabda Tuhan tersebut ?
Kita kembali pada cerita Injil Lukas pasal 1 ayat 30 dan ayat 31, yaitu menciptakan seorang manusia bernama Yesus yang lahir dari rahim
seorang perawan.


Itulah juga maksud dari Injil Yohanes pasal 1 ayat 14 :

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita - Injil Yohanes 1:14

Artinya janji tersebut telah ditunaikan dengan kelahiran Yesus yang Kalimat Firman bersama Allah atau A # B mengandung arti ada dua
individu yang berbeda pada saat bersamaan, yaitu Allah dan Firman.

Intinya : Firman itu adalah keputusan yang telah ditetapkan ada dan harus terjadi oleh Allah yang Maha Kuasa, yaitu kelahiran Yesus dari
seorang perawan bernama Maria.

[www.isadanislam.com] :
 
[Pada akhir zaman, Dia akan datang sebagai hakim yang adil, yang akan menghakimi segala bangsa (Injil, Rasul Yohanes 5:22) dan (QS. Az Zukhruf 43:61).
 
Jika Allah adalah Alfa dan Omega (yang pertama dan terakhir) dan Isa Al-Masih adalah Firman atau Kalimat Allah yang sudah ada di dalam Allah jauh sebelum dunia ini dijadikan, maka Isa Al-Masih adalah Alfa dan Omega karena tidak ada waktu atau saat dimana Allah tidak pernah berkalimat atau berfirman, dengan kata lain Allah tidak pernah bisu.

[Arman] :

Didalam Kristen yang saya ketahui bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit). Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan anda merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya. Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !

Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu. Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?


Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi wujud-Nya. Oleh karena dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, kaum anda selalu melarikan diri pada jawaban "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan."


Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna. Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa keberadaannya ditengah para murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan Isa paska penyaliban. Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?


Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah 'keanakan' dan 'keBapaan'. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !

Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak. Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat keduanya hanya satu. Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang lain. Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada oknum Bapa.
Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.

Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity). Dengan demikian terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan. Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia. Apabila Tuhan anak menjadi manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.

Maka pada saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu konsep yang mustahil. Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme). Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang pertama tadi ada. Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya. Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.

Apabila Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka Tuhan anak itu tidak dapat disebut 'diperanakkan' oleh Tuhan Bapa. sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian hadirnya.

Apabila ia disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya. Apabila antara Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing, mereka bukan satu kesatuan tetapi tiga unsur yang berbeda. Kenyataan ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16 sampai 17 :

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." – Injil Matius pasal 3 ayat 16 dan 17

Pada ayat diatas secara langsung kita melihat keberadaan tiga oknum dari zat Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia bernama Isa dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi. Dengan berdasar bukti dari pemaparan Injil Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem ketuhanan mereka ? Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam kemanunggalan mereka.

Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. - Injil Yohanes pasal 20 ayat 21 dan 22

Ayat Injil Yohanes diatas sebagaimana juga ayat dari Injil Matius pasal 3 ayat 16 dan 17 sebelumnya, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan) sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi tentang keragaman dewa-dewa mereka. Konsep ini sama dengan konsep tiga makhluk bernama manusia, ada si Arman sebagai Bapa, ada si Daffa sebagai anak dan adapula si Haura, ketiganya berbeda pribadi namun tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia, tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah tiga orang manusia berbeda. Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap tiga individu Tuhan yang berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas atau Tritunggal pada dunia Kristen.




[www.isadanislam.com] :
Dan juga perhatikanlah apa yang Dia katakan dalam Injil, Rasul Yohanes 14:7-9 ".....Barangsiapa telah melihat Aku (Isa Al-Masih), ia telah melihat Bapa (Allah)....". Dan juga apa yang tertulis dalam Sura Roma 10:9 "sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan"   Isa Al-Masih bersabda: "Aku (Isa Al-Masih) adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir" (Surat Wahyu 22:13). Dan juga perhatikanlah apa yang Dia katakan dalam Injil, Rasul Yohanes 14:7-9 ".....Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Allah)....".

[Arman] : Apa yang anda katakan diatas sebenarnya bertentangan dengan isi dari Injil Yohanes pasal 1 ayat 18 yang menyebutkan bahwa Allah belum pernah dilihat oleh seorangpun juga melainkan hanya dinyatakan melalui Jesus selaku utusan-Nya sebagaimana juga yang dinyatakan oleh Jesus sendiri dalam Injil Yohanes 17:8 dan Samuel 7:22

"Maka kata Pilipus kepadanya: 'Ya Tuan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, maka padalah (dengan begitu akan cukuplah) itu bagi kami. Kata Jesus kepadanya: 'Hai Pilipus, sekian lamanya aku bersama-sama dengan kamu, dan tiadakah engkau kenal aku ? Siapa yang sudah melihat aku, ia sudah melihat Bapa. Bagaimanakah katamu : 'Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami ?'" (Johanes 14:8-9)

Jadi akhirnya Yesus sendiri menunjukkan kepada Pilipus, bagaimana membuktikan kehadiran Tuhan kepada murid-muridnya; bahwa hal itu tidak mungkin. Dengan melihat keberadaan Yesus dan dengan percaya kepada apa yang dia bawa dari Tuhannya maka itulah caranya melihat Tuhan, artinya untuk melihat kebenaran Tuhan, lihatlah dan imanilah kebenaran yang disampaikan utusan-Nya, Nabi-Nya.

 
 
Dan juga apa yang tertulis dalam Sura Roma 10:9 "sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Isa Al-Masih adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan".    Isa Al-Masih bersabda: "Aku (Isa Al-Masih) adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir" (Surat Wahyu 22:13). Tentunya selain Tuhan, tidak ada di muka bumi ini yang layak dikatakan sebagai Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang terkemudian.


[Arman] :

Sekarang, bila memang demikian adanya, bisakah kita menyatakan bahwa pada waktu penyaliban terjadi atas diri Isa maka pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) telah ikut tersalibkan ? Hal ini perlu diangkat sebagai acuan pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria maka secara otomatis antara Isa dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Isa al~Masih hanyalah raga manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Isa pantas disebut Tuhan anak.

Dalam keadaan apapun selama tubuh jasmani Isa masih hidup dan melakukan aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Isa al~Masih mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan oleh ruhnya. Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Isa disalibkan, maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan). Pada waktu tubuh jasmani Isa al~Masih bercakap-cakap dengan para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.

Dan sekarang bila Isa mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai apa-apa disana selain daun (Lihat Injil Matius pasal 21 ayat 18 dan 19) maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Isa mengenai segala sesuatu dan berimplikasi bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag manusia Isa al~Masih itupun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.

Dan pada waktu Isa merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah seperti ditulis oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 44, maka pada saat yang sama kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Lihat Injil Matius pasal 26 ayat 3) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya sendiri yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan dimata Tuhan. Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Injil Matius pasal 26 ayat 36 sampai 39 Isa telah memanjatkan doa yang ditujukan kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali, betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa Isa al~Masih itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik jasmani maupun rohaninya. Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.


2. Bagaimana pandangan anda terhadap Maryam atau Maria ibundanya
Maria hanyalah seorang wanita yang mendapat kasih karunia Tuhan karena ketaatannya, dan dia satu2nya ibu di sejarah dunia yang dilebihkan di atas semua wanita lain di dunia karena ia melahirkan Kalimah Allah, seperti yang tertulis dalam Injil, Lukas 1:42, 48. Sehingga dia adalah ibu terkemuka dari ibu semua nabi.




[Arman] :

Karena tanya jawab kita untuk session tentang Isa al-Masih pada point satu diatas sudah terlalu panjang lebar, saya khawatir proses pembelajaran kita ini tidak fokus. Sementara bagaimana kalau topik tentang Maryam ini kita lanjutkan setelah topik tentang Isa al-Masih ini selesai dibahas ? Silahkan anda catat dahulu bagian ini.,



 
Kiranya demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan atas pertanyaan saudara. Sampai bertemu pada email berikutnya.
 
Wassalam,
 
Saodah
 
Facebook: Isa dan Islam Indonesia



[Arman] :

Terimakasih jawabannya ... saya tunggu penjelasan ataupun jawaban dari pihak anda berikutnya.,




--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment