OK. Flavius Josephus, sang sejarahwan Yahudi warganegara Romawi. Kasusnya tidak umum, meminta kepada jend Titus agar kawannya yang disalibkan diturunkan. Jadi kasusnya merupakan perkecualian, sedangkan kebijaksanaan Romawi terhadap orang2 yang disalibkan jelas: Sampai mati. Sehubungan dengan itu, dalam kasus Yesus, apakah ada perkecualian? Pertanyaannya ada 2 Arman: 1. Siapa yang meminta agar Yesus diturunkan dari Salib dalam keadaan hidup? 2. Yang disalib pada waktu itu ada 3 orang. Pertanyaannya, Mengapa kaki 2 orang dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak dipatahkan? Anda bisa menajwab kedua pertanyaan diatas Arman? -- On Thu, 4/15/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:
From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> Subject: Re: [Milis_Iqra] 4 pendapat tentang Penyaliban Yesus dari Nazaret To: milis_iqra@googlegroups.com Date: Thursday, April 15, 2010, 11:35 AM
2010/4/14 rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> Berarti baik Wawan maupun Armansyah tidak paham sama sekali akan prinsip Romawi dalam menyalibkan seseorang. Prinsip utama dalam penyaliban adalah menyiksa seseorang selama mungkin, SAMPAI MATI. Artinya, siapapun yang disalibkan itu, pada akhirnya HARUS MATI. Tidak pernah ada manusia yang disalib oleh serdadu Romawi hanya sampai pingsan, TIDAK PERNAH ADA. SEMUA yang disalib itu pada akhirnya HARUS MATI. Ini berarti, siapapun yang mengira bahwa ada orang yang disalib hanya pingsan, jelaslah orang tersebut tidak paham sama sekali akan prinsip serdadu Romawi dalam memberikan penghukuman penyaliban. Dan mereka yang memberikan pendapat tersebut hanyalah sebagai spekulasi teologis namun tidak mempunyai dasar pemahaman historis akan proses penyaliban itu sendiri. |
[Arman] :
Rizal, pernyataan anda diatas menafikan kesaksian dari sejarawan Yahudi Flavius Josephus yang sudah saya lampirkan pada posting sebelum ini. Anda hanya berputar-putar dan tidak fokus. Silahkan merujuk kembali pada posting saya tersebut agar bisa menjawab dengan terstruktur dan jelas.
From: wawan wahyu <wawan.wahyu@gmail.com> Date: Monday, April 5, 2010, 12:48 PM Bukti lain adalah sebagai berikut. Menurut keterangan Bibel, setelah tubuh Yesus diserahkan kepada Yusuf Arimatea, tubuh beliau segera dipindahkan ke sebuah pemakaman rahasia, sebuah kuburan yang ruangnya tidak hanya cukup untuk tubuh Yesus tetapi juga bagi dua orang pelayan untuk duduk dan mengurus beliau:
Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus. (Yahya 20:10-12).
Tidak hanya itu, kita juga mengetahui dari Perjanjian Baru bahwa sejenis ramuan rempah-rempah yang telah disiapkan saat itu, telah dibubuhkan pada luka-luka Yesus.6 Ramuan rempah ini disiapkan oleh murid-murid Yesus, mengandung zat-zat yang dapat mengobati luka serta mengurangi rasa sakit dan sebagainya. Mengapa saat itu susah-payah mengumpulkan 12 jenis bahan langka untuk membuat ramuan tersebut? Resep yang digunakan itu tertera di banyak buku kuno, misalnya buku kedokteran yang terkenal Al-Qanun oleh Bu Ali Sina (lihat apendix berisikan daftar buku-buku semacam itu).
Jadi, apa perlunya saat itu untuk membubuhkan ramuan rempah pada tubuh yang sudah mati? Hal itu baru akan masuk akal apabila para hawari memiliki alasan-alasan kuat untuk mempercayai bahwa Yesus telah diturunkan dalam kondisi hidup dari tiang salib, bukan mati. Yahya satu-satunya hawari yang telah berusaha memaparkan keterangan tentang pengadaan dan pembubuhan ramuan rempah pada tubuh Yesus. Hal ini lebih lanjut mendukung fakta bahwa pembubuhan ramuan rempah pada mayat dianggap suatu hal yang sangat ganjil saat itu, yang tidak dapat dipahami oleh mereka yang percaya bahwa Yesus telah mati ketika ramuan tersebut dipakaikan. Untuk hal itulah Yahya telah memaparkan keterangan tersebut.
Dia memaparkan bahwa hal itu dilakukan hanya karena merupakan tradisi Yahudi yang membubuhkan sejenis balsem atau ramuan pada jasad orang-orang mereka yang sudah meninggal. Sekarang, ini merupakan fakta yang sangat penting untuk dicatat bahwa segenap ilmuwan modem yang telah melakukan penelitian di bidang ini sepakat bahwa Yahya bukan berasal dari kalangan Yahudi, dan dia telah membuktikannya melalui keterangannya itu. Telah diketahui secara pasti bahwa orang-orang Yahudi atau Bani Israil tidak pernah memakaikan ramuan dalam bentuk apa pun kepada jasad orang-orang mereka yang sudah meninggal dunia. Dengan demikian, para ilmuwan berpendapat bahwa Yahya tampaknya bukan berasal dari kalangan Yahudi, jika tidak, tentu dia tidak akan begitu naif tentang tradisi-tradisi Yahudi. Jadi, pasti ada alasan lain bagi hal itu.
Ramuan tersebut dipakaikan kepada Yesus adalah untuk menyelamatkan beliau dari kondisi mendekati maut. Penjelasan satu-satunya terletak pada fakta bahwa Yesus saat itu tidak diperkirakan akan mati oleh para hawari, dan tidak pula beliau benar-benar telah mati di tiang salib. Tubuh yang diturunkan itu pasti telah menampakkan tandatanda kehidupan yang positif sebelum ramuan tersebut dipakaikan. Jika tidak, hal itu jelas merupakan perbuatan sangat tolol, tidak beralasan, dan sia-sia, pada pihak orang-orang yang turut serta dalam perbuatan tersebut. Tidak mungkin orang-orang itu mempersiapkan ramuan ini seketika tanpa adanya pertanda yang kuat bahwa Yesus tidak akan mati di tiang salib, tetapi akan diturunkan dalam kondisi hidup dengan luka-luka yang sangat serius, sehingga sangat membutuhkan ramuan yang sangat mujarab untuk menyembuhkan. 2010/4/5 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> Rizal .,
Ada 4 pendapat tentang Penyaliban Yesus dari Nazaret. Pertama,versi resmi gereja-gereja besar pada umumnya, yaitu bahwa Yesus disalibkan, mati, dikuburkan, bangkit pada hari ke tiga, naik ke surga. Kedua, setelah Islam muncul lebih dari 600 tahun kemudian, mengatakan Yesus diraibkan, dan digantikan oleh Yudas Iskariot.Namun juga, tidak seluruh Muslim berpendapat demikian. Ketiga, yang dipopulerkan oleh sekte Ahmadiyah, bahwa Yesus tidak mati disalib, tapi pingsan. Kemudian dia sembuh dan pergi merantau ke India.
|
[Arman] : Benar bahwa pemahaman Yesus tidaklah mati disalib ataupun naik keatas langit antah berantah melainkan sekedar pingsan dalam proses penyiksaan diatas kayu palang adalah dipopulerkan oleh golongan Ahmadiyah pada awa abad 20 lalu. Namun secara faktual, kelompok Ahmadiyah hanyalah mempopulerkan ulang saja hal tersebut.
Karena jauh sebelum itu, pendapat bila Isa al-Masih diselamatkan oleh Allah dalam kematian pada penyiksaan diatas kayu palang sehingga mematahkan konsep penyaliban yang sesungguhnya itu telah ada sejak Nabi Muhammad lahir (apalagi pendirian Ahmadiyah).
Dalam salah satu dokumen berbahasa Latin yang dikenal dengan nama " The Crucifixion by An Eye Witness ", ditemukan pada akhir tahun 1800-an dan dinyatakan disana bahwa dokumen itu merupakan salinan dari naskah yang lebih tua lagi yang berasal dari salah satu anggota perkumpulan Essenes, menyebutkan tentang berhasil selamatnya Isa al~Masih dari kematiannya dikayu salib berkat bantuan dari Yusuf Arimatea dan sahabat-sahabatnya sehingga Isa sewaktu menampakkan dirinya kehadapan para murid sesudah kejadian itu seolah orang yang bangkit dari kematian. Dokumen ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1873 tetapi kemudian hilang tanpa jejak seiring dengan hilangnya sebagian besar salinan yang sempat dibuat darinya sampai akhirnya ditemukan kembali salah satu diantaranya di Massachussets pada tahun 1907 dan dipublikasikan ulang di kota Chicago.
Pada tahun 1963, sebuah naskah tua lain yang disebut Talmud Jmmanuel ditemukan oleh seorang Pendeta Katolik Yunani bernama Isa Rashid didalam sebuah gua yang disebutnya sebagai gua penguburan jasad Isa al~Masih. Naskah ini ditulis dalam bahasa Aram kuno (yaitu bahasa yang digunakan oleh Isa al~Masih dan masyarakatnya waktu itu), terbungkus damar dan terpendam didalam bebatuan datar. Naskah ini menuliskan Yusuf Arimatea menyadari bahwa Isa masih hidup dan masih bisa diselamatkan dari kematiannya disalib, segera bergegas menemui Pontius Pilatus untuk meminta izin kepadanya mengambil jasad Isa yang masih tergantung dan tampak mati diatas kayu palang. Setelah diizinkan oleh Pontius Pilatus, Yusuf membawa jasad Isa kemakam miliknya disebuah komplek taman yang juga memiliki pintu masuk rahasia dan dari sanalah Yusuf bersama sahabat-sahabatnya (termasuk Nikodemus) melakukan pengobatan untuk menyembuhkan dan memulihkan kembali Isa al~Masih dari semua luka-lukanya. Setelah tiga hari, Isa mulai sembuh dan kuat untuk berjalan seperti biasa. Setelah ia menampakkan dirinya pada beberapa peristiwa kepada murid-muridnya, Isa hijrah ke Syiria lalu masuk ke India yang daerahnya saat ini masuk sebagai wilayah Pakistan Barat, terus ke Afganisthan, naik kepuncak Himalaya dimana dia meneruskan pengajarannya. Naskah Talmud Jmmanuel ini juga menuliskan bahwa Isa selanjutnya melakukan pernikahan serta memiliki beberapa anak.
Thus sebelum kelompok Ahmadiyah mempopulerkannya pun, hal ini bisa dijumpai dalam kitab Kanzul Ummal jilid 2 yang bersumber dari Abu Hurairah berkorelasi dengan Tafsir At-Tabari Vol 3.
Jadi adalah sesuatu hal yang wajar apabila dalam hal ini tidak semua muslim sepakat dalam hal pemaknaan "tidak tersalib" dan akhir dari riwayat hidup sang Nabi dari Israel ini. Memang ada kontroversi panjang dan berurai mengenai hal tersebut. Tetapi poinnya adalah semua dari umat Islam sepakat dan satu kata bila Isa al-Masih atau Yesus Kristus hanyalah seorang anak manusia dan ia 100% manusia yang diutus sebagai Rasul Allah.
[Rizal] :
Bagi yang meyakini bahwa Yesus pingsan, akan menemui kesulitan besar menghadapi kesaksian Yohanes yang melihat bahwa lambung Yesus ditikam sampai mengeluarkan darah dan air. Dan lagi kebiasaan Romawi yang tak pernah membiarkan yang tersalib itu masih hidup. Serdadu Romawi memastikan orang yang disalib itu mati, biasanya dengan mematahkan kaki2 dari yang tersalib itu. Namun Yesus tidak dipatahkan kakinya karena ternyata sudah mati lebih dahulu.
| [Arman] : Saya cuplik dari buku pertama saya : Rekonstruksi Sejarah Isa Al-Masih : Berdasarkan catatan seorang sejarawan Yahudi bernama Flavius Josephus yang banyak menyaksikan dan mencatat kasus-kasus penyaliban yang dilakukan oleh orang-orang Romawi terhadap mereka-mereka yang dianggap pemberontak atau penjahat yang mana tulisan-tulisannya ini banyak dikutip juga oleh pihak-pihak Kristiani dan juga para sarjana Biblika (termasuk oleh James D. Tabor sendiri didalam situs lamanya di Internet[1] dan dibukunya Dinasti Yesus[2]) yaitu tentang terbukanya kemungkinan orang yang dihukum salib untuk tetap bertahan hidup dan disembuhkan kembali. Dalam bukunya yang berjudul The Life of Flavius Josephus[3], sejarawan ini menulis : Sekembalinya saya bersama Cerealins yang dikirim oleh Kaisar Titus dengan seribu pasukan berkuda menuju kesatu desa bernama Thecoa, saya melihat banyak penjahat telah disalib dan melihat tiga orang diantara mereka adalah orang-orang yang saya kenal dimasa lalu. Saya sangat sedih dengan kejadian ini dan pergi dengan air mata berlinang menghadap Titus dan mengatakan kepadanya mengenai mereka bertiga. Lalu Titus memerintahkan agar mereka diturunkan dari salib dan dilakukan perawatan untuk memulihkan kondisi mereka. Dua diantara mereka tidak tertolong dan satu berhasil diselamatkan. Kita juga memiliki beberapa data lain yang mungkin bisa dijadikan argumentasi pendukung dalam teori bertahan hidupnya Isa al~Masih sampai ia diturunkan dikayu salib. Diantaranya adalah singkatnya waktu penyaliban yang terjadi saat itu, yaitu hanya sekitar 3 jam (dimulai pada jam 12 sampai jam 15.00), disusul dengan kedua orang yang ikut disalib bersama Isa al~Masih yang waktu itu keadaan keduanya masih dalam kondisi yang segar bugar sehingga para serdadu Romawi itu mematahkan kaki mereka untuk mempercepat kematiannya (dan memang wajar sekali jika orang baru mati dalam penyiksaan dikayu salib setelah lebih dari satu sampai tiga harian), argumen kita berikutnya adalah keterkejutan Pontius Pilatus yang telah menjatuhkan hukuman tersebut ketika mendengar bahwa Isa al~Masih telah dinyatakan wafat dalam waktu secepat itu yang tentu saja dengan pemikiran wajarnya sebagai orang yang sering menyaksikan maupun menjatuhkan hukuman mati melalui metode penyaliban, kematian Isa yang diluar kebiasaan tersebut menimbulkan kebingungannya sendiri. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. – Injil Markus pasal 15 ayat 44 Argumen lainnya yang bisa kita sodorkan adalah meninjau ulang apa yang pernah disampaikan oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 43 didetik-detik menjelang penangkapan : Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadanya untuk memberi kekuatan kepadanya Bila yang dimaksud dengan memberi kekuatan pada ayat diatas adalah memberi semangat agar Isa tabah menerima kehendak Allah yang akan berlaku pada dirinya, maka sekali lagi kita ajukan juga apa yang disampaikan oleh Paulus dalam Kitab Ibrani pasal 5 ayat 7 : Dalam hidupnya sebagai manusia, ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada-Nya yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, beliau telah didengarkan. Jadi dari ucapan Paulus diatas kita bisa mengambil asumsi kuat bahwa Isa al~Masih telah ditolong oleh Tuhan dari kematian (maut) yang bisa menimpanya dalam proses yang akan dia hadapi (inilah makna dari kata-kata "beliau telah didengarkan" yang artinya permintaan untuk selamat dari maut dikabulkan). Sebagai umat Islam, kita punya data yang sangat otentik untuk menjadi pegangan dalam masalah mati atau hidupnya Isa al~Masih saat penyaliban itu, dan data itu adalah wahyu Allah didalam al-Qur'an sebagai berikut : Dan perkataan mereka: "Bahwa kami telah membunuh al~Masih Isa putera Maryam, utusan Allah", padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan untuk mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya. -Qs. 4 An-Nisaa' 157 [[1] Lihat Dr. James D. Tabor, Archaeology and the Dead Sea Scrolls : Josephus' References to Crucifixion, http://www.religiousstudies.uncc.edu/jdtabor/cruc-josephus.html [2] James D. Tabor, Dinasti Yesus, alih bahasa James P, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, hal. 275 Dari nash-nash ini kita memperoleh kesimpulan bahwa penyaliban itu dimulai dari jam sembilan pagi sampai jam tiga siang dimana Isa akhirnya dinyatakan mati dengan tenang oleh para penulis Injil setelah ia meminum sebuah larutan anggur asam. Uniknya, kaki Isa tidak dipatahkan dalam kejadian penyaliban itu berbeda dengan kedua orang yang ikut disalib bersamanya yang menjalani proses pematahan tulang-tulang kaki, dan kematian Isapun hanya atas dasar melihat, bukan menyentuhnya sehingga asumsi bahwa Isa memang sudah wafat pada hakekatnya masih sangat layak kita ajukan. Juga dengan keluarnya darah dan air setelah ditombak oleh salah seorang prajurit Romawi ikut membuktikan betapa kondisi Isa diwaktu terlihat mati itu ternyata bisa jadi malah masih hidup. Para peneliti menyatakan bahwa mustahil sebuah tubuh yang telah mati untuk mengucurkan darah.
Dr. W.B. Primrose misalnya, seorang ahli anastesi dalam tulisan beliau diharian " Thinker Digest " mengatakan air tersebut disebabkan oleh adanya gangguan syaraf pada pembuluh darah lokal akibat rangsangan yang berlebihan dari proses penyaliban. Senada dengan Primrose tersebut, Johnson C. D. dalam tulisannya "Medical and Cardiological Aspects of the Passion and Crucifixion of Jesus the Christ " mengatakan bahwa analisis atas luka yang diakibatkan oleh tombak tentara Roma menunjukkan adanya dua lubang luka, satu di sisi kanan dada saat tombak mempenetrasi rongga dada dan luka satunya lagi di sisi kiri dada yang diakibatkan oleh ujung tombak yang keluar dari tubuh. Bila ditarik garis datar dari lubang masuk sampai ke lubang keluar maka terlihat kalau sudut derajat tombak saat menembus rongga dada adalah 29 derajat. Karena tombak itu menembus di antara rusuk kelima dan keenam maka garis lintas tombak itu pasti lewat di atas jantung.
Dengan demikian salah jika menyimpulkan bahwa darah dan air yang keluar dari luka diakibatkan oleh penetrasi bilik jantung. Lebih mungkin disebut sebagai " efusi pleuri " (pleura adalah membran pembungkus paru-paru) sekunder atau emboli kecil pulmonari yang menimbulkan koleksi hemorhegik. Aliran darah kedua dari luka sisi tersebut terjadi ketika tubuh diletakkan di suatu tempat yang horisontal dan ini mendukung pandangan bahwa yang terjadi adalah efusi pleuri karena keadaannya akan lain jika yang tertembus adalah jantung itu sendiri yang pasti akan langsung mengakibatkan kematian. Sarjana Biblika lainnya bernama Dr. Hugh J. Schonfield, dalam bukunya yang berjudul "The Passover Plot", mengeluarkan sebuah teori bahwa cairan anggur asam yang telah diminumkan kepada Isa al~Masih ketika beliau merasakan kehausan dalam penyaliban mengandung sejenis obat yang mampu membuat Isa kehilangan kesadarannya dalam waktu cepat dan tampak seolah-olah telah mati.
Argumen Hugh J. Schonfield layak kita kaji juga secara ilmiah, bahwa istilah "Anggur asam" yang diceritakan oleh al-Kitab tersebut dalam bahasa aslinya adalah Oxos yang menurut kamus Strong's Hebrew and Greek Dictionaries dengan nomor 3690 mengartikannya sebagai sejenis minuman anggur tetapi sangat masam (dalam al-Kitab bahasa Inggris istilah ini diterjemahkan dengan kata "Vinegar" dan dalam al-Kitab berbahasa Latin atau Vulgate diterjemahkan dengan istilah Acetum).
Vas ergo positum erat aceto plenum illi autem spongiam plenam aceto hysopo circumponentes obtulerunt ori eius. cum ergo accepisset Iesus acetum dixit consummatum est et inclinato capite tradidit spiritum – Injil Yohanes pasal 19 ayat 29 dan 30 dari al-Kitab berbahasa Latin
Now there was a vessel set there, full of vinegar. And they, putting a sponge full of vinegar about hyssop, put it to his mouth. Jesus therefore, when he had taken the vinegar, said: It is consummated. And bowing his head, he gave up the ghost. – Injil Yohanes pasal 19 ayat 29 dan 30 dari al-Kitab berbahasa Inggris versi Douay-Rheims
Dalam budaya Persia dan Timur Tengah umumnya mengenal Minuman persembahan suci (Haoma Drink). Haoma Drink ini dibuat dari Jus tanaman Asclepias Acida yang memiliki efek samping bisa membuat seseorang menjadi koma (mati suri) dan inilah yang bagi sebagian peneliti serta sejumlah sarjana Biblika telah terjadi pada diri Isa al~Masih yang selanjutnya dikenal dengan "teori pingsan" atau "Swoon Hypothesis". Beberapa pendukung teori ini dari kalangan sarjana Biblika (non-Muslim) adalah Michael Baigent, Richard Leigh, Henry Lincoln, Barbara Thiering, Hugh J. Schonfield, Robert Graves, Ernest Brougham Docker, Donovan Joyce, J.D.M. Derret, Holger Kersten dan seterusnya, sementara dari pihak Muslim sendiri muncul nama-nama seperti Hasbullah Bakry, Ahmad Deedat, Irena Handono, Sanihu Munir dan lain sebagainya termasuk saya pribadi.
-- Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
| -- Salamun 'ala manittaba al Huda ARMANSYAH -- -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=- Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125 Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63 Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_IqraMod : moderator.milis.iqra@gmail.com -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
|
No comments:
Post a Comment