Berbicara tentang Tuhan berarti berbicara tentang hal yang abstrak. Bagaimana manusia bisa mengetahui tentang Tuhan? Bagaimana manusia bisa mengenal akan Tuhan? Apa arti kata Tuhan jika dihubungkan dengan eksistensi diri manusia? Apakah manusia mengenal siapakah dirinya sendiri? Bagaimana dia bisa ada? Apa artinya ADA, berada di dunia ini? Apa makna dari segala sesuatu jika dihubungkan dengan dirinya? Lantas, apa artinya Tuhan jika dihubungkan dengan dirinya? Karena kesadaran akan Tuhan hanya ada jika ada kesadaran akan diri manusia itu sendiri. Bagaimana manusia bisa mengenal Tuhan? Menurut saya ada dua macam cara: Pertama dengan perenungan mencari makna ada (the meaning of BEING), ada dunia (the existence of cosmos and world) , ada diri manusia (the existence of being), ada dirinya sendiri (the existence of self). Lantas didalam mencari makna ini manusia yang merenung itu menyadari adanya suatu Eksistensi yang lebih besar dari dirinya sendiri, dan itulah yang disebut dengan nama Tuhan.Jalan ini ada dalam ranah filsafat. Yang Kedua, dengan jalan agama. Manusia itu beragama, lantas agama yang dianutnya memberitahukan kepadanya tentang Tuhan menurut apa yang dipahami oleh agama itu. Dengan beragama berarti manusia itu berteologi secara khas agama tersebut, dan hal ini tidak bisa dihindari, sebab tidak ada teologi agama yang obyektif. Semua teologi agama itu subyektif, dan merasa tafsirnyalah yang paling benar akan manusia, dunia, dan Tuhan. Jadi, berbicara akan Tuhan dengan warna agama dipastikan akan subyektif, dan dipastikan tidak akan ada titik temunya dengan pemahaman agama lain, karena setiap agama menafsirkan akan Tuhan dengan cara yang berbeda. Jadi, sekalipun Tuhan itu Esa, namun setiap agama melihat dan memaknakan arti Esa itu secara berbeda-beda. Armansyah mengkritik pemahaman saya akan Tuhan sebagai dipengaruhi oleh teologi Kristen, khususnya akan doktrin Trinitas. Namun Armansyah sendiri bagaimanapun juga, bisa dipastikan, akan memahami Tuhan dengan teologi Islam. Memahami Tuhan dengan kacamata Islam, dan tentu saja Armansyah akan merasa yakin bahwa teologinya tentang Tuhan adalah yang paling benar. Armansyah, sadarlah, kita takkan pernah bisa berteologia tentang Tuhan secara obyektif keilmuan. Karena teologia tentang Tuhan yang obyektif dan murni itu TIDAK ADA. Semua orang pasti akan dipengaruhi oleh teologia agamanya sendiri dalam mengartikan Tuhan. Jadi Armansyah, jika kita berteologia tentang Tuhan, perspektif kita pasti beda, karena teologia yang obyektif akan Tuhan itu sekali lagi kukatakan, TIDAK ADA. Jadi, jika kamu mengkritik akan doktrin Trinitas, bisa dipastikan itu karena kamu menilai doktrin Trinitas dari perspektif ISLAM, tidak mungkin lari dari itu. Sebab saya belum pernah membaca, kajian Armansyah tentang Tuhan secara Filsafat, yang mencoba mengambil jarak dari agamanya sendiri. Saya lihat kamu belum pernah mencobanya (apa ada artikel tulisanmu yang mengkaji Tuhan secara Filsafat?) dan saya tidak yakin bahwa kamu bisa. Karena kalau kamu berbicara tentang Tuhan, hampir dipastikan itu berdasarkan teologi agama Islam. Tapi, bagaimanapun juga, saya berusaha mencari titik-titik temu tentang Tuhan, sesuati dengan apa yang saya pahami selama ini akan Tuhan. Pertama-tama, Tuhan itu Kekal, tidak punya awal tidak punya akhir. Kedua, Tuhan itu Maha Kuasa, tidak ada apapun yang tidak bisa diperbuatnya, kecuali kalau perbuatan itu bertentangan dengan sifatNya sendiri. Misalnya, Tuhan dan dosa tidak akan pernah bisa bertemu, karena itu mustahil bagi Tuhan berbuat dosa dan kejahatan. Ketiga, Tuhan itu Maha Tahu, tidak ada yang tidak diketahuinya. Keempat, Tuhan itu Maha Hadir, tidak ada ruang di alam semesta ini yang tidak diketahui dan dilihatnya. Kelima, Tuhan itu mengasihi semua makhluk ciptaanNya, teristimewa manusia. Tuhan itu memiliki semua perasaan yang terdapat pada diri manusia, ini disebabkan karena Tuhan telah menciptakan manusia itu demikian, seperti Dia sendiri. Namun Dia seimbang dalam melaksanakan semua sifat-sifatNya, tidak ada sifat Tuhan yang ekstrim dan berlebihan dalam satu hal. Keenam,Tuhan itu Adil, Dia pasti menghukum semua dosa dan pelanggaran dengan setimpal dan adil.Sehubungan dengan sifatnya yang adil ini, maka Tuhan harus meminta pertanggung-jawaban dari semua makhluk ciptaannya, manusia dan malaikat, akan apapun yang telah diperbuat oleh manusia dan malaikat. Itu dari segi pelanggaran. Keadilan Tuhan juga akan membuat Dia memberikan ganjaran akan setiap perbuatan baik yang dibuat oleh manusia. Sehubungan dengan keadilan dan ganjaran dari Tuhan bagi manusia dan malaikat, Tuhan menciptakan Surga dan Neraka. Surga pertama-tama adalah tempat tinggal Tuhan sendiri, tapi juga tempat tinggal malaikat-malaikat dan manusia-manusia yang telah berkenan kepadanya. Neraka diciptakan pertama-tama bagi malaikat-malaikat yang tidak taat, tapi kemudian juga tempat manusia-manusia berdosa. Tuhan tidak melempar malaikat dan manusia ke neraka atas kehendakNya sendiri apalagi ditentukan terlebih dahulu, tapi malaikat dan manusia itu sendiri karena perbuatan-perbuatannya, mendapat hukuman di neraka. Jadi, Neraka itu harus ada karena keadilan Tuhan mengharuskanNya demikian. Nah, Armansyah, inilah yang bisa saya katakan dan ketahui tentang Tuhan. --- On Mon, 4/5/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:
|
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment