perempuan masih kecilpun juga takut sekarang kalau melihat lingkungan
yang ada di sekitar kita. Semua sudah kebablasan, pendidikan di
keluarga, dan sekolah kalau saya lihat sekarang sudah sangat sulit
menjadi benteng mereka ketika bergaul di masyarakat yang serba bebas
ini, bahkan sudah masuk di sendi-sendi pendidikan kita seperti contohnya
dalam hal pakaian dan sopan santun atau etika kepada guru.
Saya masih ingat ketika saya sekolah dulu, pada jaman saya perempuan
kalau pake rok sebatas lutut itu menjadi cemoohan semua murid tapi
sekarang benar-benar terbalik, perempuan sekolah pakai rok panjang malah
menjadi cemoohan dibilang nggak gaul kek, udik kek, atau masih banyak
yang lain, benar-benar menyedihkan...
Sekarang ini menurut saya mungkin yang masih terjaga pendidikan dan
lingkungannya adalah pesantren, pesantren menurut saya bisa menjadi
pilihan bagi orang tua sekarang untuk menyekolahkan anak-anaknya.
On Thu, 2010-04-08 at 13:08 +0700, whe - en wrote:
>
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Ummu Afif <novielda@yahoo.com>
> To: assunnah-qatar@yahoogroups.com, wong-kito@yahoogroups.com
>
> Suatu hari pernah penulis harus terjebak kemacetan karena jadwal
> pulang sekolah anak-anak SMA, berhamburnya anak-anak membuat jalanan
> jadi agak tersendat dan kadang macet tidak maju-maju, ishbir! Kata
> penulis dalam hati, tinggal di daerah perkotaan memang memerlukan
> kesabaran ekstra daripada tinggal di desa dahulu, namun yang membuat
> muka penulis beristighfar berkali-kali adalah ketika melihat pakaian
> sekolah anak-anak SMA di zaman sekarang ini… sungguh sangat bertolak
> belakang antara mereka dengan Islam, walaupun tidak bisa dipukul rata
> bahwa semua anak-anak sekolah itu adalah muslim, namun sebuah sekolah
> umum di lingkungan muslim tentunya banyak yang beragama Islam.
>
> Yang menjadi penulis mengelus dada adalah sudah sedemikian jauh
> anak-anak sekolah ini dari ajaran Islam, sebagian orang mengatakan!
> Jangan menilai dari luarnya (kulitnya) saja, tetapi lihatlah hatinya,
> tidak bisa menilai sesuatu buku hanya dari sampulnya!
>
> INNER BEAUTY Vs OUTER BEAUTY
>
> Entah muncul darimana saja ucapan-ucapan di atas, bahwa dilarang
> menilai seseorang dari kulit luarnya, namun harus dikenali hatinya!
> Padahal kita sudah pernah mendengar hadits yang sudah masyhur di
> kalangan kaum muslimin, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
> bersabda : "Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal
> darah. Apabila baik segumpal darah itu maka baik pula seluruh jasad.
> Sebaliknya apabila rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah
> segumpal darah itu adalah hati". (Hadits riwayat Bukhari no. 52, 2051
> dan Muslim 1599)
>
> Seorang muslim yang shalih tidak mungkin berpakaian meniru gaya orang
> kafir, atau menggunakan pakaian yang menjadi ciri khusus kaum tertentu
> yang bukan bagian dari Islam, sehingga bisa dengan mudah dinilai jika
> seseorang yang mengaku muslim namun dia berpakaian sembarangan, bukan
> pakaian yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka bisa
> dipastikan hati muslim tersebut tadi ada kerusakan dan perlu
> diperbaiki.
>
> Karena rusaknya hati inilah yang berimbas pada penampilan luar dari
> pemilik hati, karena penampilan luar seseorang akan menjadi cerminan
> hati pemiliknya. Apalagi telah muncul upaya untuk membuat anak-anak
> muda malu mengenakan pakaian taqwa. Perubahan pemahaman dan pola pikir
> generasi muda Islam telah dibengkok-kan untuk menjauh dari sunnah
> Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
>
> Dibuat istilah Inner Beauty (kecantikan hati – menurut versi kami
> -red) bahwa yang penting adalah kecantikan hati bukan kecantikan
> luarnya (Outer Beauty) saja, lalu bagaimana bisa menjadi cantik
> luarnya kalau hatinya sudah rusak, hati yang selalu menolak syari'at
> Allah Ta'ala.
>
> Dan yang memprihatinkan adalah telah terjadi "keterbalikan" mode
> berpakaian antara laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat), kalau
> boleh dibilang bahwa laki-laki sudah meniru tata cara perempuan
> berpakaian dan sebaliknya perempuan justru menerapkan pakaian "cara"
> laki-laki. Untuk lebih jelasnya mari kita simak sabda Rasulullah
> shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini :
>
> KEADAAN PAKAIAN LAKI-LAKI
>
> "Keadaan sarung seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa
> bila memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki.
> Dan apa yang turun dibawah mata kaki maka bagiannya di neraka.
> Barangsiapa yang menarik pakaiannya karena sombong maka Alloh tidak
> akan melihatnya" [Hadits Riwayat. Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573,
> Ahmad 3/5, Malik 12. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah 4331]
>
>
> Berkata Syaroful Haq Azhim Abadi rahimahullah : "Hadits ini
> menunjukkan bahwa yang sunnah hendaklah sarung seorang muslim hingga
> setengah betis, dan dibolehkan turun dari itu hingga di atas mata
> kaki. Apa saja yang dibawah mata kaki maka hal itu terlarang dan
> haram.[ Aunul Ma'bud 11/103]
>
> Dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata :" Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam memegang otot betisku lalu bersabda,
> "Ini merupakan batas bawah kain sarung. Jika engkau enggan maka boleh
> lebih bawah lagi. Jika engkau masih enggan juga, maka tidak ada hak
> bagi sarung pada mata kaki" [Hadits Riwayat. Tirmidzi 1783, Ibnu Majah
> 3572, Ahmad 5/382, Ibnu Hibban 1447. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam
> Ash-Shahihah 1765]
>
> Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu
> 'alaihi wa sallam bersabda : "Apa saja yang di bawah kedua mata kaki
> di dalam neraka." [Hadits Riwayat Bukhari 5797, Ibnu Majah 3573, Ahmad
> 2/96]
>
>
> "Dari Mughiroh bin Syu'bah Radhiyallahu 'anhu, adalah Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Wahai Sufyan bin Sahl!
> Janganlah kamu isbal, sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang
> yang isbal." [Hadits Riwayat. Ibnu Majah 3574, Ahmad 4/26, Thobroni
> dalam Al-Kabir 7909. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah:
> 2862]
>
> Jika kita mencermati hadits-hadits shahih di atas, serta menyimak
> penjelasan ulama salafush shalih tentang dalil isbal ini maka kita
> bisa memahami bahwa kewajiban berpakaian bagi laki-laki adalah batas
> labuhan celana / gamis idealnya adalah pada pertengahan betis
> (pertengahan antara mata kaki dan lutut), dan telah banyak diulas
> tentang larangan untuk isbal dalam berpakaian, sehingga kami anggap
> telah jelas masalah keharaman ini di dukung dengan dalil-dalil shahih
> di atas.
>
> KEADAAN PAKAIAN WANITA
>
> Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha : Ketika beliau
> menyebutkan masalah pakaian bagian bawah (hadits tentang larangan
> isbal - red), ia (Ummu Salamah radhiyallahu 'anha) berkata kepada
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
>
> "Lalu bagaimana dengan seorang wanita wahai Rasulullah?" Beliau
> menjawab, "hendaklah ia mengulurkannya satu jengkal," Ummu Salamah
> berkata,"Jika demikian masih terbuka (masih terlihat kaki-red), "Satu
> hasta saja, dan jangan menambahkannya lagi," Jawab beliau. [HR. Abu
> Dawud (4117) dan Imam Malik dalam al-Muwaththa' (1700) dengan sanad
> yang shahih]
>
> Satu jengkal yang dimaksud hadits di atas diukur dari pertengahan
> betis, sebagaimana dinukil dalam kitab 'Aunul Ma'buud (XI/174), karena
> inilah Ummu Salamah berkata,"Jika demikian masih terbuka (masih
> terlihat kaki-red), maka karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
> sallam bersabda, "Satu hasta saja, dan jangan menambahkannya lagi."
>
> Jadi yang menjadi perhatian utama yang dimaksud dalam hadits shahih di
> atas adalah dilarang bagi kaum wanita untuk menampakkan kakinya dalam
> berpakaian di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Kemudian harus
> juga dipahami untuk tidak berlebihan dalam memanjangkan pakaian hingga
> menyeret kain pakaiannya sehingga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
> sallam memebrikan batasan boleh memperpanjang satu hasta dari
> pertengahan betis dan tidak boleh lebih dari itu, karena dikhawatirkan
> justru akan menampakkan kemewahan dan kesombongan serta semakin
> menarik perhatian laki-laki.
>
> CARA BERPAKAIAN LAKI-LAKI DAN WANITA SUDAH TERBALIK
>
> Namun yang kita lihat sekarang sudah menjadi keterbalikan
> (kontradiksi) dari hadits-hadits shahih di atas, boleh dibuktikan
> sendiri di manapun anda berada, di sekeliling anda, di lingkungan
> tempat anda berada, telah menjadi suatu hal (mode) yang dianggap biasa
> bahwa laki-laki mengenakan celana hingga menutupi kakinya, hingga
> kadang ujung pakaiannya menjadi kotor dan seringkali (mungkin) mudah
> terkena najis.
>
> Dan sebaliknya pakaian yang sering dikenakan wanita semakin tinggi
> dari mata kaki, bahkan yang lebih parah lagi (na'udzubillahi min
> dzaalik) pakaian wanita kadang naik hingga di atas lututnya.
> Katakanlah wahai saudariku para wanita muslimah, apakah kalian tidak
> kasihan kepada kami para laki-laki yang sudah berusaha untuk menahan
> pandangan kemudian engkau muncul dengan keadaan yang demikian?
>
> Ada seorang ikhwan yang berkata :"Astaghfirullah akhi, rasanya enggan
> keluar rumah kalau benar-benar tidak ada keperluan mendesak, padahal
> kami harus bekerja di luar rumah, kadang juga ada ikhwan yang bekerja
> sebagai penjual barang yang harus menyusuri jalanan setiap harinya,
> kalau kami tidak konsentrasi menyetir kendaraan maka akan terjadi
> kecelakaan, sedang kalau melihat jalanan disughuhkan pemandangan yang
> membuat kami selalu ber-istighfar dan serba salah!"
>
> Padahal disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Ibnu 'Abbâs
> Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
> sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan kaum wanita yang
> menyerupai laki-laki".
>
> Duh! Mau kami letakkan dimana mata ini? Wahai kaum muslimah, wahai
> adik-adikku kaum muslimah yang masih remaja, kalian sangat berpotensi
> sekali untuk mengundang syahwat laki-laki, maka marilah kita bersama
> dalam satu kalimat yang pasti, untuk menutup pintu syaithan dalam
> menggoda kami kaum lelaki, sehingga kami tidak mudah kecelakaan, baik
> kecelakaan dalam arti yang sebenarnya (kebanyakan ikhwan ketika
> melihat wanita yang berpakaian minim langsung istighfar dan
> menundukkan pandangan, tapi malah kendaraannya nyebur ke selokan!),
> atau kecelakaan mata kami sehingga menambah catatan dosa-dosa kami.
> Wahai saudariku bertaqwalah kepada Allah Ta'ala.
>
> Wallahu a'lam bish showab.
>
> Wassalam,
>
> Ummu Afif
> http://www.ummuafif.com/
>
>
>
> Whe~en
> http://wheen.blogsome.com/
>
> "Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
> urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
> mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
> "Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.
No comments:
Post a Comment