Posted by: "Dadang Kadarusman"
Mon May 17, 2010 10:13 pm (PDT)
Artikel: Apakah Anda Berbakat Menjadi Orang Kaya?
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Maaf, judul bagian ini bukanlah iklan sebuah pelatihan untuk menjadikan anda
orang kaya. Selain karena saya tidak memiliki program pelatihan semacam itu,
saya juga tidak tahu bagaimana caranya membuat seseorang menjadi kaya.
Sampai saat ini saya baru memiliki kesempatan untuk sama-sama mengajak
merenungkan tentang bagaimana cara kita memandang kekayaan. Konon, dari hal
sederhana semacam ini saja sudah bisa ketahuan apakah seseorang berbakat
untuk menjadi manusia kaya atau tidak. Makanya, Anda bisa mengerti mengapa
sampai sekarang saya belum menjadi orang kaya.
Saya baru selesai melakukan aktivitas di fitness center. Setelah
membersihkan diri, saya menuju ke loby untuk menanti istri saya yang
menjemput. Di loby itu terdapat sebuah kursi panjang yang bisa diduduki oleh
tiga orang. Saya mendapati seorang Bapak tengah duduk disana. Setelah
mengucapkan permisi, saya duduk disampingnya. Lalu membuka laptop kembali.
"Wah, kerja terus, nih...." beliau menyapa ramah begitu layar notebook saya
menyala. Saya bilang, "Sambil menunggu istri saya memjemput, Pak." begitu
saya menjawab.
"Bekerja dalam bidang apa?" lanjutnya. Sesaat kemudian beliau mengetahui
kalau saya menjalani profesi sebagai penulis jika sedang tidak ada tugas
untuk memfasilitasi program pelatihan.
"Oh, Anda seorang trainer, ya?"
Saya mengangguk. "Jika Bapak lebih senang menyebutnya demikian...."
Motivator, begitu?" orang ini menjadi semakin menyenangkan.
"Nah, kalau itu bukan....." Saya bilang. "Soalnya saya tidak tahu bagaimana
cara memotivasi orang." saya melanjutkan "Saya sendiri masih sangat
membutuhkan motivasi."
"Tapi, buku-buku Anda kelihatannya menunjukkan itu." Seseorang yang penuh
perhatian.
Saya menjelaskan kalau memang kadang-kadang saya diminta untuk membawakan
topik training semacam itu. Jika saya mampu, ya ayo saja. Tetapi sebenarnya
program utama yang saya bawakan berhubungan dengan Management, Leadership,
Communication, dan Productivity Enhancement. Untuk memperkuat itu, lalu
saya menyerahkan kartu nama. Ketika beliau membalas dengan sebuah kartu nama
juga, saya jadi tahu kalau ternyata beliau adalah seorang trainer juga.
Karena merasa diri lebih muda, secara otomatis saya memposisikan diri untuk
lebih mendengar dari beliau. Siapa tahu dari pertemuan ini saya bisa belajar
suatu ilmu. Benar saja. Tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan insight
dari beliau. Sebuah ciri khas trainer yang handal.
"Saya punya sebuah teka-teki," katanya. "Tolong Mas Dadang jawab ya." Saya
mengiyakan, selama saya mampu untuk melakukannya. Lalu pada selembar kertas
kecil beliau menuliskan tujuh kata. Berani, Kaya, Kasih, Memberi, Syukur,
Menerima, Sehat. Kira-kira begitulah. Kemudian beliau meminta saya untuk
mengurutkan berdasarkan prioritas diri saya sendiri. Nomor satu prioritas
tertinggi, sedangkan nomor 7 untuk prioritas terendah. Setelah memberikan
skor berdasarkan prioritas pribadi, saya mengembalikan kertas itu kepadanya.
"Mas Dadang," katanya. "Berdasarkan penelitian, sekitar sembilan puluh
persen orang yang ditanya dengan daftar ini menempatkan kata "kaya" pada
urutan yang paling rendah. Dinomor 6 atau nomor 7." katanya. Seketika itu
juga saya menyadari kalau kata "kaya" menjadi prioritas saya yang nomor 6.
Berarti saya termasuk kebanyakan orang, dan saya segera mengerti
konsekuensinya. "Saya pernah membaca buku," lanjut beliau. "Dalam buku itu
dijelaskan seandainya seluruh uang yang ada di dunia ini dikumpulkan lalu
dibagi rata kepada semua orang maka setiap orang akan kebagian sekitar 25
Milyar." Saya mengangguk-anggukan kepala.
Lalu beliau melanjutkan, "Namun setahun kemudian, sekitar 90% uang itu akan
kembali dimiliki oleh 5% orang. Anda mengerti maksudnya?" Hmmh, sebuah
pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Rupanya itulah kaitan antara
meletakan kata "kaya" pada prioritas rendah dengan kepemilikikan uang.
Mungkin itu juga alasannnya mengapa sampai sekarang saya belum kaya juga,
haha.
Bagaimanapun juga, segala sesuatunya bisa masuk akal. Mari kita lupakan soal
seerapa akuratnya angka-angka yang tadi kita sebutkan. Tapi, fakta bahwa
saya menempatkan kata "kaya" diurutan ke-6 dalam prioritas hidup menegaskan
jika saya tidak mungkin mengalokasikan sebagian besar potensi dan kapasitas
yang saya miliki untuk mencari uang. Jika saya tidak mengerahkan seluruh
atau sebagian besar daya hidup untuk mencari uang, mana mungkin saya bisa
mewujudkan pencapain tertinggi dalam bentuk kekayaan? Begitulah logikanya.
Anda pun pasti demikian bukan? Jadi, pelajaran penting yang saya dapatkan
dari pertemuan ini berbunyi, "Kalau kamu mau kaya, jadikanlah kata "kaya"
sebagai prioritas hidupmu."
Apakah saya tidak ingin kaya? Sejujurnya saya tidak tahu. Soalnya yang
melekat dalam diri saya dari dulu sederhana saja, yaitu ingin serba
berkecukupan. Jika saya ingin ini uang saya cukup, jika ingin itu juga
cukup. Padahal, banyak hal yang ingin saya lakukan dalam hidup. Sehingga
untuk mewujudkannya tidaklah mungkin kecuali jika saya memiliki dana yang
cukup. Apakah itu termasuk ingin kaya? Entahlah. Yang jelas, sampai
sekarangpun jika saya harus memilih "kaya" atau "syukur" tetap saja saya
memilih syukur diurutan tertinggi. Soalnya, setiap kali saya memperhatikan
jemari tangan saya memijit key board laptop disana saya melihat keajaiban.
Saya tidak bisa membayangkan jika Tuhan mengurangi jari-jari tangan ini.
Saya tidak tahu lagi mesti bagaimana menuangkan gagasan tanpa jemari tangan.
Lalu saya membayangkan kedua mata ini. Saya belum menemukan harga yang tepat
seandainya boleh ditukar dengan sejumlah uang. Jantung ini. Sepasang
telinga. Kaki, paru-paru dan segala sesuatu yang Tuhan lekatkan didalam diri
saya. Istri, anak-anak, ayah dan ibu kami. Semuanya. Jika saya harus
mendahulukan "kaya" dari "syukur" dan "kasih" maka itu bertentangan dengan
panggilan hati saya. Saya beruntung hari ini bisa bertemu dengan kenalan
baru itu. Sebab dari pertemuan itu saya jadi semakin menyadari betapa
banyaknya hal yang mesti saya syukuri.
Ketika kendaraan yang menjemput saya tiba, saya segera pamit kepada beliau.
Sebelum berpisah, saya mengatakan sesuatu yang sungguh-sungguh saya rasakan
dihari itu. Saya bilang,"Saya belum kaya, Pak. Masih sering pusing
memikirkan bagaimana cara menafkahi keluarga. Tapi entah mengapa, sewaktu
saya sembahyang Ashar tadi saya kok merasa seperti orang yang sangat kaya."
Kami bersalaman, lalu berpisah dengan kesepakatan untuk terus menjalin
silaturahmi.
Â
Saya terkenang Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Suci. "Jika kamu
bersyukur, maka akan Aku tambah nikmatku lebih banyak lagi." demikian kata
Tuhan. "Tetapi jika kamu tidak bersyukur, sesungguhnya siksaanku sangatlah
pedih." Sekarang saya tahu bagaimana caranya untuk kaya hanya dengan dua
langkah sederhana. Langkah pertama berusaha, langkah kedua bersyukur. Apapun
yang kita dapatkan dari hasil ikhtiar merupakan modal untuk memperoleh
kepemilikan berikutnya seperti yang Tuhan janjikan. Sesuai janji Tuhan,
ikhtiar tanpa henti akan mengantarkan kita kepada sebuah pencapaian. Sedang
rasa syukur yang terus menerus menjamin tambahan dari Tuhan. Dengan
demikian, kekayaan yang kita dapatkan nanti bukan hanya banyak dalam hal
jumlah. Namun nilainya juga penuh dengan berkah.
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Penulis Buku dan Training Facilitator Â
www.bukudadang.com/ Â dan www.dadangkadarusman.com/ Â Â
Catatan Kaki:
Sangatlah penting untuk menjadi orang kaya dengan harta dan kekayaan yang
penuh berkah. Namun berkah, tetap lebih bernilai daripada jumlah.
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang
berjudul "Belajar Sukses Kepada Alam" versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh
secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis
silakan kunjungi www.bukudadang.com
--------------------------------
Buku-buku terbaru Dadang Kadarusman sudah bisa dipesan di
http://www.bukudadang.com/
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment