Tradisi Ilmu, Kejatuhan dan kejayaan Suatu Bangsa
Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum muslimin sangat maju karena tradisi
Ilmunya, bahkan kejayaan ilmu pengetahuan dijaman kejayaan Islam telah
mempengaruhi secara signifikan pertumbuhan peradaban barat. Tapi kini
umat Islam terjatuh, menjadi bangsa yang tidak disegani bahkan menjadi
bulan-bulanan bangsa barat, hal ini mirip dengan apa yang di
isyaratkan Nabi 14 abad silam "akan datang suatu masa dimana umat
islam ibarat makanan yang diperebutkan".
Milik Islam
Tradisi ilmu dalam Islam sebenarnya telah diproklamirkan sejak ayat
pertama dalam al Qur'an diturunkan. Iqro', 'Bacalah" telah merubah
sahabat-sahabat Rasulullah dari orang–orang jahiliyyah yang suka mabuk-
mabukan, berzina, dan berleha-leha menjadi pemimpin besar dunia yang
sangat disegani diseluruh kawasan dunia saat itu.
Pada masa itu tradisi baca dan menulis sangat hidup. Tiap ayat yang
diturunkan pada Nabi, segera diajarkan kemudian dihapalkan bahkan Nabi
menunjuk Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit dan sahabat yang lain
untuk menuliskan setiap ayat al-Qur'an yang turun pada beliau. Bahkan
pada masa awal permulaan Islam, tradisi membaca dan menulis menjadi
symbol kemuliaan. Ibnu saad mengatakan bahwa orang yang sempurna
adalah orang yang dapat menulis, berenang dan melempar panah.
Hal lain yang membuktikan betapa pentingnya budaya baca tulis bagi
umat islam adalah, pasca perang badar kubro dimana pada saat itu umat
Islam mengalami kemenangan besar, selain harta rampasan perang umat
Islam juga berhasil menawan beberapa tentara dari kaum quraisy. Satu
hal yang menakjubkan terjadi pada diri Rasulullah beliau memberikan
jaminan kebebasan bagi para tawanan yang dapat mengajarkan baca tulis
bagi penduduk Madinah.
Semangat para sahabat Nabi dalam mencari Ilmu semakin tinggi, berkat
pemahaman terhadap al-Qur'an yang dalam banyak ayat memerintahkan pada
umatnya untuk senantiasa menggunakan akalnya. Juga dalam ratusan
hadits Nabi berisi pujian terhadap orang-orang yang berilmu.
Diantaranya sabda Rasulullah SAW: "Barang saiapa pergi mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan jalannya ke Surga". (HR Imam Ahmad).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa banyak sahabat yang tinggal di
suffah (asrama tempat belajar) jumlah mereka mencapai 900 orang,
mereka mempelajari dan metafakkuri setiap ayat yang turun juga hadits-
hadits Nabi SAW. Tempat ini ibarat Universitas tempat dimana kaum
muslimin menggali ilmu-ilmu keislaman.
Setelah itu, generasi berikutnya juga demikian: Abu bakar Al Anbari
membaca setiap pecan sebanyak 10 ribu lembar, sehingga beliau sering
sakit dan membawanya pada kematian. Ibnu Al Jauzi menulis lebih dari
seribu judul buku. Imam Ahmad pernah menempuh perjalanan ribuan
kilometer untuk mendapatkan satu hadits. Imam Syafi'i pernah terjaga
semalaman sampai tiba waktu fajar demi mempelajari saru hadits dan
satu masalah, begitu juga Al Mizzi, Ibn Katsir, Ibn al Qayyim al
Jauziyyah, Ibnu Hajar, al Suyuthi dan ulama besar lainnya, menyisihkan
lebih dari 15 jam per hari untuk membaca dan menulis, sehingga
melahirkan karya-karya yang monumental setingkat Ensiklopedi.
Wajarlah jika islam pada saat itu menjadi peradaban maju dan kuat
karena ditopang oleh manusia-manusia kuat dalam membiasakan tradisi
keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
Kejatuhan dan Kejayaan
Prof. Moh Nur Wan Daud menyatakan bahwa kaejayaan atau kejatuhan suatu
bangsa tergantung pada kuat atau tidaknya budaya ilmu bangsa itu. Hal
ini dapat dibuktikan bahwa suatu individu atau suatu bangsa yang
mempunyai kekuasaan atau kekayaan tidak bisa mempertahankan miliknya
atau mengembangkannya tanpa budaya ilmu yang baik. Bahkan ia akan
bergantung pada orang kepada orang atau bangsa lain yang lebih
berilmu. Salah satu contohnya adalah bangsa Yunani, hasil keilmuan
bangsa ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap Roma yang nota
bene memilki tentara dan rakyat yang lebih besar. Contoh lain, kita
juga bisa melihat fenomena tentang Negara-negara minyak yang kaya
raya, terpaksa terpaksa bergantung hamper semua aspek penting
kehidupan negaranya kepada Negara lain yang lebih maju dari segi
keilmuan dan kepakaran.
Di jepang, pendidikan adalah jalan terpenting untuk mendaki tangga
kesuksesan. Para remaja dan pelajaran disajikan dengan kisah-kisah
keberhasilan orang-rang dari timur dan barat. Contohnya buku "Yukichi
Fukuzawa", galakkan Belajar. Dijual sebanyak 600.000 eksemplar pada
tahun 1882. dalam buku itu dijelaskan bahwa; Manusia tidak dilahirkan
mulia atau hina,kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama engan yang
lain. Barang siapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik
akan menjadi mulia dan kaya, akan tetapi mereka yang jahil akan papa
dan hina.
Jadi, tidak ada kata lain bahwa kebangkitan Islam, kebangkitan Negara,
masyarakat atau individu muslim mesti dimulai dengan kebangkitan
budaya ilmu. Karena kepemimpinan yang benar adalah kepemimpinan
berpikir, bukan kepemimpinan ekonomi militer. Peradaban dunia saat ini
yang mengunggulkan kepemimpinan ekonomi atau militer, maka hasilnya
kita lihat adalah peradaban yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Banayak Negara yang egois dengan nasionalismenya Negara masing-masing,
sehingga rela memperdaya Negara-negara lain.
Jadi, jangan bermimpi umat Islam akan memimpin dunia, bila tradisi
ilmu belum membudaya dalam masyarakat Islam sendiri
Sumber : Blog Karya Nyata
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment