---------- Forwarded message ----------
From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2007/10/24
Subject: Tiap Orang Satu Misi
To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
Tiap Orang Satu Misi
Oleh Watung Arif
Sumber : http://watung.blogspot.com/2006/03/tiap-orang-suatu-misi.html
MARI sedikit berefleksi. Tentang sebuah misteri.
Sudah lama sebenarnya saya nonton Bourne Identity, tapi baru kemarin mencoba untuk revisit nuansa idenya lagi. Yah, termasuk film jenis gedebak-gedebuk, berkisah tentang agen CIA yang menderita amnesia akut, setengah rol dari film ini menceritakan perjuangan Jason Bourne (diperankan Matt Damon) untuk menemukan kembali ingatannya. Tahu bahwa ia begitu cekatan bermain pisau, memiliki pengetahuan komplit soal senjata, jago berantem, tangkas ngebut, pandai ngobrol berbagai bahasa — yang bagi Marie (Franka Potente) dianggap sebagai skill-set yang "nggak wajar" — Bourne sadar bahwa satu hal penting yang tak ia ketahui: siapa dirinya, identitas dirinya.
Jason Bourne: "Now, Marie, how could I know all that and not know who I am?"
Who am I? Why am I here? Pernah nggak sih kita bertanya seperti itu? Sejenak saja, sambil malam-malam mengukur jalanan kota yang gloomy ini, membiarkan pikiran kita mundur ke masa lalu ketika bayi, ketika di dalam perut Ibunda, dan jauh ke belakang membayangkan ketika kita pernah bertemu berhadap-hadapan dengan "sosok" yang sekarang kita sebut "Tuhan" (well, for those who believe) :
"…ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul, kami menjadi saksi". (Qur'an [7] : 172)
Pernah nggak kita coba membayangkan, apa saja yang dibahas di pertemuan itu? Apa yang terjadi sebenarnya di sana? Who are we? Why are we here?
"…dan dia lupa kepada kejadiannya. (Qur'an [36] : 78)"
Coba kita tengok lagi jalan panjang itu, hari-hari kita. Bergumul dengan peluh dan debu, pagi sampai petang, untuk memenuhi perut dan garasi rumah kita sendiri, then what? Mati, terkubur di dalam tanah… Is that all, my dear fella? Hidup cuma menonton pergantian siang dan malam?
"Tapi, Tung, kan kata Qur'an juga:"
"Tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (Qur'an [51] : 56)
"Kita disuruh sholat, puasa, berzakat, dan kalau timbangannya oke kita masuk surga, kalau nggak ya nggak kesana. Simpel. Jelas, Tung?"
Baik juga. Tapi barangkali kita pernah mendengar suatu pemaknaan lain tentang kata "ibadah" (di ayat itu: "ya'bud"—red) ini: "… supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Menjadi abdi-Nya (akar katanya sama: abid (hamba, budak), ya'bud (mengabdi), ibadat (pengabdian)—red). Dan untuk apakah seorang abdi bila tanpa suatu peran atau tugas khusus yang diembannya? Kita dibimbing dengan puasa, sholat dan zakat, lalu menganggap bahwa itu semua as an end, tanpa mencoba menilik kembali bahwa barangkali itu as a mean, sarana demi sesuatu yang lebih agung, suatu maksud di balik diberlakukannya hukum-hukum, "standard operating procedures" itu?
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia." (Qur'an [33] : 72)
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Qur'an [2] : 30)
Ada sesuatu yang musti kita "ambil" di dunia ini. Suatu tugas yang dipercayakan kepada kita. Suatu amanat.
Baik, kita semua memang diciptakan untuk menjadi khalifah, abdi-Nya, sang pemakmur bumi. Juklak umum, memang seperti itu. Now here's the question: adakah juklak khusus, untuk masing-masing kita? "Well, Watung, a purpose, yes. But a purpose for each of us? Please."
Think this way:
Ibaratkan, sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki misi, ada tujuannya. And the hall of fame purpose of a company is… making profit, right? Itu juklak umum. Tapi bukankah tiap departemen, tiap divisi, tiap unit, memiliki specific-purpose, scope tersendiri, bidangnya sendiri, strateginya sendiri, juklak khususnya sendiri, yang walaupun berbeda satu sama lain tapi konvergen dengan misi perusahaan? Seperti keenam utas senar gitar yang bergetar, tahu perannya masing-masing dalam mendendangkan satu langgam. Marketing mendongkrak sales, dan Operation menekan cost. Apakah misi marketing adalah making profit? Yup! Tapi kita tahu bahwa masih banyak tugas lain yang lebih spesifik di sana.
Apakah kita diciptakan untuk menjadi wakil-Nya, pemakmur bumi? Tentu. But don't you ever wonder… tugas khusus bagi masing-masing kita? Sebuah 'misi hidup'?
"Tiap-tiap diri dimudahkan sesuai dengan untuk apa ia diciptakan." - Rasulullah SAW (HR Bukhari)
Ya, tiap-tiap diri. Dimudahkan sesuai maksud penciptaannya, tujuannya, tugasnya. Think again the story of Jason Bourne.
Kita jago melukis, bikin komposisi musik, jago ngelawak, jago ngomong (a.k.a persuasion), pinter me-lead orang, encer dalam programming, akuntansi, dan berbagai bidang lain yang bagi banyak orang lain di sekeliling kita sering sekali dianggap "extra-ordinary"? Suatu skill-set yang rasanya buat kita enteng sekali mengerjakannya (bahkan sambil tutup mata), tapi kita terheran-heran dalam hati "Gitu aja kok orang tepuk tangan?"
Pernah nggak sih kita merenungkan karakter kita, kelebihan kita, beyond a mere coincidence, bukan semata suatu kebetulan? Bahwa bukannya tanpa suatu special-purpose Allah Ta'ala membuat kita mudah mencipta 100 lagu sehari, mudah luar kepala menghitung 93,562 x 45,379, bahkan seorang ibu yang dengan tangan ajaibnya making everything ticks bagi keluarganya dan selalu dicintai anak-anaknya? Bahwa Gusti Allah begitu serius mempersiapkan hal-hal (don't you think?)… sebagai bekal, berupa talenta, karakter, with something in mind: a special mission?
"Oke deh, Tung: a special mission. Tapi buat apa? Apa urgency-nya?"
"So man has come in this world for a particular task, and that is his purpose; if he does not perform it, then he will have done nothing." - Jalaluddin Rumi
Seperti seorang marketer yang ngurusin akunting, atau kurir yang di tengah tugasnya tiba-tiba malah menjadi juru masak, atau manusia yang ingin menjadi binatang… Walau pekerjaan itu bermanfaat, tapi bila tugas aslinya tak tersentuh, maka seperti kata Rumi:
"It is just as if a king had sent you to the country to carry out a specified task. You go and perform a hundred other tasks; but if you have not performed that particular task on account of which you had gone to the country, it is as though you have performed nothing at all."
Dianggap seperti tak mengerjakan apa-apa…
Jason Bourne: "Who am I?"
Conklin: "You're U.S. Government property. You're a malfunctioning-thirty-million-dollar-weapon."
Semoga bermanfaat.
P.S. Warning: Saya bukan ahli tafsir (dan tidak sedang berusaha menafsirkan), so you don't have to believe any word I say here.
--
Wassalamu'alaykum Wr. Wb.,
Armansyah
http://armansyah.swaramuslim.net
From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2007/10/24
Subject: Tiap Orang Satu Misi
To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
Tiap Orang Satu Misi
Oleh Watung Arif
Sumber : http://watung.blogspot.com/2006/03/tiap-orang-suatu-misi.html
MARI sedikit berefleksi. Tentang sebuah misteri.
Sudah lama sebenarnya saya nonton Bourne Identity, tapi baru kemarin mencoba untuk revisit nuansa idenya lagi. Yah, termasuk film jenis gedebak-gedebuk, berkisah tentang agen CIA yang menderita amnesia akut, setengah rol dari film ini menceritakan perjuangan Jason Bourne (diperankan Matt Damon) untuk menemukan kembali ingatannya. Tahu bahwa ia begitu cekatan bermain pisau, memiliki pengetahuan komplit soal senjata, jago berantem, tangkas ngebut, pandai ngobrol berbagai bahasa — yang bagi Marie (Franka Potente) dianggap sebagai skill-set yang "nggak wajar" — Bourne sadar bahwa satu hal penting yang tak ia ketahui: siapa dirinya, identitas dirinya.
Jason Bourne: "Now, Marie, how could I know all that and not know who I am?"
Who am I? Why am I here? Pernah nggak sih kita bertanya seperti itu? Sejenak saja, sambil malam-malam mengukur jalanan kota yang gloomy ini, membiarkan pikiran kita mundur ke masa lalu ketika bayi, ketika di dalam perut Ibunda, dan jauh ke belakang membayangkan ketika kita pernah bertemu berhadap-hadapan dengan "sosok" yang sekarang kita sebut "Tuhan" (well, for those who believe) :
"…ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul, kami menjadi saksi". (Qur'an [7] : 172)
Pernah nggak kita coba membayangkan, apa saja yang dibahas di pertemuan itu? Apa yang terjadi sebenarnya di sana? Who are we? Why are we here?
"…dan dia lupa kepada kejadiannya. (Qur'an [36] : 78)"
Coba kita tengok lagi jalan panjang itu, hari-hari kita. Bergumul dengan peluh dan debu, pagi sampai petang, untuk memenuhi perut dan garasi rumah kita sendiri, then what? Mati, terkubur di dalam tanah… Is that all, my dear fella? Hidup cuma menonton pergantian siang dan malam?
"Tapi, Tung, kan kata Qur'an juga:"
"Tidak kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (Qur'an [51] : 56)
"Kita disuruh sholat, puasa, berzakat, dan kalau timbangannya oke kita masuk surga, kalau nggak ya nggak kesana. Simpel. Jelas, Tung?"
Baik juga. Tapi barangkali kita pernah mendengar suatu pemaknaan lain tentang kata "ibadah" (di ayat itu: "ya'bud"—red) ini: "… supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Menjadi abdi-Nya (akar katanya sama: abid (hamba, budak), ya'bud (mengabdi), ibadat (pengabdian)—red). Dan untuk apakah seorang abdi bila tanpa suatu peran atau tugas khusus yang diembannya? Kita dibimbing dengan puasa, sholat dan zakat, lalu menganggap bahwa itu semua as an end, tanpa mencoba menilik kembali bahwa barangkali itu as a mean, sarana demi sesuatu yang lebih agung, suatu maksud di balik diberlakukannya hukum-hukum, "standard operating procedures" itu?
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia." (Qur'an [33] : 72)
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Qur'an [2] : 30)
Ada sesuatu yang musti kita "ambil" di dunia ini. Suatu tugas yang dipercayakan kepada kita. Suatu amanat.
Baik, kita semua memang diciptakan untuk menjadi khalifah, abdi-Nya, sang pemakmur bumi. Juklak umum, memang seperti itu. Now here's the question: adakah juklak khusus, untuk masing-masing kita? "Well, Watung, a purpose, yes. But a purpose for each of us? Please."
Think this way:
Ibaratkan, sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki misi, ada tujuannya. And the hall of fame purpose of a company is… making profit, right? Itu juklak umum. Tapi bukankah tiap departemen, tiap divisi, tiap unit, memiliki specific-purpose, scope tersendiri, bidangnya sendiri, strateginya sendiri, juklak khususnya sendiri, yang walaupun berbeda satu sama lain tapi konvergen dengan misi perusahaan? Seperti keenam utas senar gitar yang bergetar, tahu perannya masing-masing dalam mendendangkan satu langgam. Marketing mendongkrak sales, dan Operation menekan cost. Apakah misi marketing adalah making profit? Yup! Tapi kita tahu bahwa masih banyak tugas lain yang lebih spesifik di sana.
Apakah kita diciptakan untuk menjadi wakil-Nya, pemakmur bumi? Tentu. But don't you ever wonder… tugas khusus bagi masing-masing kita? Sebuah 'misi hidup'?
"Tiap-tiap diri dimudahkan sesuai dengan untuk apa ia diciptakan." - Rasulullah SAW (HR Bukhari)
Ya, tiap-tiap diri. Dimudahkan sesuai maksud penciptaannya, tujuannya, tugasnya. Think again the story of Jason Bourne.
Kita jago melukis, bikin komposisi musik, jago ngelawak, jago ngomong (a.k.a persuasion), pinter me-lead orang, encer dalam programming, akuntansi, dan berbagai bidang lain yang bagi banyak orang lain di sekeliling kita sering sekali dianggap "extra-ordinary"? Suatu skill-set yang rasanya buat kita enteng sekali mengerjakannya (bahkan sambil tutup mata), tapi kita terheran-heran dalam hati "Gitu aja kok orang tepuk tangan?"
Pernah nggak sih kita merenungkan karakter kita, kelebihan kita, beyond a mere coincidence, bukan semata suatu kebetulan? Bahwa bukannya tanpa suatu special-purpose Allah Ta'ala membuat kita mudah mencipta 100 lagu sehari, mudah luar kepala menghitung 93,562 x 45,379, bahkan seorang ibu yang dengan tangan ajaibnya making everything ticks bagi keluarganya dan selalu dicintai anak-anaknya? Bahwa Gusti Allah begitu serius mempersiapkan hal-hal (don't you think?)… sebagai bekal, berupa talenta, karakter, with something in mind: a special mission?
"Oke deh, Tung: a special mission. Tapi buat apa? Apa urgency-nya?"
"So man has come in this world for a particular task, and that is his purpose; if he does not perform it, then he will have done nothing." - Jalaluddin Rumi
Seperti seorang marketer yang ngurusin akunting, atau kurir yang di tengah tugasnya tiba-tiba malah menjadi juru masak, atau manusia yang ingin menjadi binatang… Walau pekerjaan itu bermanfaat, tapi bila tugas aslinya tak tersentuh, maka seperti kata Rumi:
"It is just as if a king had sent you to the country to carry out a specified task. You go and perform a hundred other tasks; but if you have not performed that particular task on account of which you had gone to the country, it is as though you have performed nothing at all."
Dianggap seperti tak mengerjakan apa-apa…
Jason Bourne: "Who am I?"
Conklin: "You're U.S. Government property. You're a malfunctioning-thirty-million-dollar-weapon."
Semoga bermanfaat.
P.S. Warning: Saya bukan ahli tafsir (dan tidak sedang berusaha menafsirkan), so you don't have to believe any word I say here.
--
Wassalamu'alaykum Wr. Wb.,
Armansyah
http://armansyah.swaramuslim.net
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment