---------- Forwarded message ----------
From: Rois Fathoni <royfathoni@gmail.com>
Assalaamu'alaikum, wr, wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Sejak kecil, selain menganjurkan membaca surat alkahfi di setiap malam
jum'at, para orang tua juga menganjurkan agar anak anaknya membaca
surat alwaqi'ah setiap malam. Konon, barangsiapa membaca surat
alwaqi'ah setiap hari, ia tidak akan tertimpa kemelaratan selama
lamanya.
Kali ini, saya ingin menyampaikan benang merah yang tampak di mata
saya, mengenai hubungan surat alwaqi'ah dengan pengentasan
kemelaratan.
Surat ini dibuka dengan kisah hari kiamat dan diikuti dengan
kategorisasi manusia: Golongan Pelopor (Assaabiquunal awwaluun),
Golongan Kanan (Ash-haabul yamiin), dan Golongan Kiri
(Ash-haabus-syimaal). Masing masing golongan diceriterakan balasan
yang berbeda beda yang akan mereka dapatkan di hari akhir kelak sesuai
dengan amal mereka di dunia.
Setelah bercerita mengenai tiga golongan manusia tsb, Allah berturut
turut menyebut nyebut tentang penciptaan manusia (57-62), tanaman
pangan (63-67), sumber daya air (68-70) dan sumber daya energi/api
(kayu bakar, hidrokarbon) (71-73) .
Rupa rupanya inilah kunci pembebasan manusia dari kemelaratan. Barang
siapa mampu memahami dan menguasai sumber daya manusia, dan sumber
daya alam (tanaman pangan, air, dan energi), niscaya ia tidak akan
ditimpa kemelaratan sepanjang hidupnya di dunia. Bukan hanya di dunia
saja, jika pembangunan sumber daya manusia berorientasi memperbanyak
manusia dengan karakter Assaabiquunal awwalaun dan Ash-haabul yamin
seperti yang terinci di ayat sebelumnya, maka manusia akan senantiasa
terlepas dari kemelaratan selama lamanya hingga kelak di akhirat sana:
hidup bergelimang kemewahan dan kenikmatan di surga yang dijanjikan
Allah ta'ala.
Nah, mengapa Indonesia yang kaya akan sumber daya alam masih banyak
orang yang melarat?
Barangkali karena pembangunan sumber daya manusianya lebih banyak
menghasilkan orang orang dengan karakter golongan kiri dari pada orang
orang dengan karakter golongan kanan atau golongan Pelopor. Golongan
kiri ini senantiasa merasa lapar, dan terus berusaha mengumpulkan
kekayaan untuk dirinya di dunia ini. Mereka tidak percaya akan adanya
kehidupan sesudah kematian. Bagi mereka, hanya ada satu alam
kehidupan, yaitu kehidupan di dunia ini, sekarang ini. Tidak ada lagi
kehidupan sesudah kehidupan dunia ini, dan fokus mereka adalah
bernimat nikmat di dalam kehidupan saat ini.
Jika orang orang dengan karakter golongan kiri ini dibiarkan tumbuh
dan berkembang di sebuah negeri, menguasai negeri tersebut, maka
sebanyak apapun SDA yang dimiliki negeri itu tidak akan mampu membuat
kaum negeri itu terbebas dari kemelaratan. Sepandai apapun mereka
mampu mengolah SDA, manfaatnya tidak akan bisa dirasakan oleh orang
banyak, dan bahkan tidak pula bisa dirasakan oleh mereka yang
menguasainya sebab kemelaratan, perasaan tidak puas dan selalu
menginginkan yang lebih telah melekat di hati mereka.
Wawasan mereka sempit dan kurang memperhatikan sustainabilitas,
sehingga kurang bijak dalam pengelolaan sumber daya alam (tanaman
pangan, air dan energi).
Perhatikan karakter Golongan Kiri yang disebut di ayat 45 - 48 berikut ini:
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ ﴿٤٥﴾ وَكَانُوا يُصِرُّونَ
عَلَى الْحِنثِ الْعَظِيمِ ﴿٤٦﴾ وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا
وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ ﴿٤٧﴾
أَوَآبَاؤُنَا الْأَوَّلُونَ ﴿٤٨﴾
Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) hidup bermewah-mewah.(45)
Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar.(46) Dan mereka
selalu mengatakan: "Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan
tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan
dibangkitkan kembali?(47) Apakah (demikian pula) bapak-bapak kami yang
terdahulu (dibangkitkan pula)?"(48).
Adapun karakter golongan kanan antara lain adalah "mereka yang
menempuh jalan yang sukar dan mendaki" sewaktu hidup di dunia, seperti
yang tertulis di surat albalad ayat 12-18 berikut ini:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ ﴿١٢﴾ فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿١٣﴾ أَوْ
إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ ﴿١٤﴾ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ ﴿١٥﴾
أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ ﴿١٦﴾ ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ ﴿١٧﴾ أُولَـٰئِكَ
أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ ﴿١٨﴾
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (12) (yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan, (13) atau memberi makan pada hari
kelaparan, (14) (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, (15)
atau kepada orang miskin yang sangat fakir. (16) Dan dia (tidak pula)
termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (17) Mereka itulah para
golongan kanan. (18)
Kemauan mereka menempuh jalan sukar dan mendaki tersebut berakar dari
keyakinan mereka yang kuat akan adanya pembalasan di akhirat kelak
seperti tertulis di surat alhaaqqah berikut ini:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ
اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ ﴿١٩﴾ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ
﴿٢٠﴾
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". (19)
Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab
terhadap diriku. (20)
Nah, orang orang yang visioner, yang berwawasan jauh ke depan inilah
yang seharusnya diperbanyak di suatu negeri, diserahi amanah mengelola
sumber daya alam, agar terjamin sustainabilitas, keberlanjutan
kesejahteraan negeri itu hingga beratus ratus atau beribu ribu tahun
ke depan.
Lihat saja negara negara makmur di dunia hari ini. Kebanyakan di
antara mereka adalah negara di mana rakyatnya cerdas bukan hanya dalam
penguasaan sumber daya alam, tetapi lebih utama dari itu adalah karena
mereka cerdas dan bijak dalam mengelola, memanfaatkan dan mengkonsumsi
sumber daya alam. Mereka tidak hanya memikirkan diri mereka saja,
tetapi juga memikirkan keberlanjutan kesejahteraan anak cucu mereka.
Akan tetapi sebanyak apapun manusia berkarakter golongan kanan ini di
sebuah negeri, tidak akan mampu berbuat apa apa jika tidak ada
segelintir diantara mereka yang bersedia menjadi pelopor terhadap
perubahan. Golongan pelopor "assaabiquunal awwaluun" inilah yang
seharusnya dicetak; bukan hanya kita tunggu kehadirannya seperti jatuh
dari langit, tetapi hendaknya kita usahakan kelahiran dan
kemunculannya, dengan doa dan usaha sekuat kuatnya.
Itulah benang merah surat alwaqi'ah dengan pengentasan kemelaratan.
Kunci kesejahteraan di dunia adalah penguasaan, pemahaman mereka yang
mendalam thd sumber daya alam (tanaman pangan, air dan energi), serta
kebijkasanaan mereka dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
tersebut. Dan semua itu hanya bisa dicapai apabila pembangunan sumber
daya manusianya berorientasi menghasilkan manusia berkarakter
ash-haabul yamin, dan bukan manusia berkarakter ash-haabus-syimaal.
Dan untuk itu diperlukan segelintir manusia pelopor berkarakter
assaabiquunal awwaluun yang harus diupayakan kehadirannya, bukan
ditunggu bak meteor jatuh dari langit.
Wallahu a'lam bis-shawab.
Saya mohon ampun kepada Allah atas kemungkinan kesalahan dalam tulisan
dan jalan fikiran saya, amiin.
Wassalam,
--
Rois Fatoni
Liberal dalam Iman, Konservatif dalam Islam
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
No comments:
Post a Comment