Wednesday, August 18, 2010

[Milis_Iqra] Messiah dan Penantian

Messiah dan Penantian

Islam Times- Sebagian berkeyakinan, perjalanan sejarah manusia tidak akan berhenti sampai hancurnya materi. Dan di dalam setiap fase sejarah akan diliputi pertentangan kelas antara kelas proletar yang merupakan kebanyakan dan kelompok burjuis dan pemegang modal.
Messiah dan Penantian
Bagi mereka yang meyakini ideologi ini, fase ideal adalah terbentuknya masyarakat global komunis dimana proletar mengendalikan negara dan dapat menguasai aset-aset ekonomi. Sementara sebagian lagi yang menganut aliran free fight liberalism, menjustifikasi kompetisi mutlak yang pada akhirnya jatuh pada penindasan secara terselubung oleh pemegang kapital. Realitas saat ini adalah cermin ideologi yang mendominasi era tatanan dunia saat ini.

Hampir semua pakar sosiolog sepakat bahwa menyatunya bangsa-bangsa dunia menuju sebuah homogenitas adalah sebuah gerak sejarah yang tidak bisa dielakkan. Seiring dengan keinginan setiap manusia yang mendambakan sistem yang bisa menyatukan bangsa-bangsa di dunia. Dengan bahasa lain, modernisasi merupakan tuntutan fitrah manusia. Namun, sekali lagi "sekelompok" ingin memaksakan proses modernisasi ini dengan budaya tertentu sebagai pusat dan porosnya.

Modernisasi yang paradoksal yang didominasi oleh "sekelompok", mendapat tantangan dari janji-janji agama bahwa perjalanan sejarah manusia akan berakhir dengan pemerintahan Tuhan yang adil yang akan dipimpin oleh Mesiah atau ratu adil atau juru selamat. Modernisme dan tatanan dunia baru yang global menjadi homogen dan berpusat pada satu pemerintahan di bawah bendera sang juru selamat.

Apakah keyakinan masyarakat demikian ini masih bisa menemukan relevansinya ataukah hanya sekedar mitos?

Agama memandang bahwa kehidupan manusia tidak akan berhenti dengan berhentinya perputaran alam. Keyakinan ini bisa berangkat dari fitrah cinta kesempurnaan yang Tuhan anugerahkan kepada manusia. Meskipun banyak manusia yang bergerak keluar dari fitrah ini, namun kesempurnaan yang merupakan hujjah, bukti keberadan Tuhan, di muka bumi ini tidak akan hilang. Begitu juga agama memandang bahwa bukti kesempurnaan Tuhan adalah dengan ciptaanNya di muka bumi, namun jika diwarisi dan dipimpin oleh para tiran, maka akan jadi bukti ketidakadilanNya, dan ini mustahil bagi Tuhan. Pada saat yang sama, jika Tuhan memberikan kesempurnaan tanpa (pilihan) ikhtiar, maka kesempurnaan tersebut bukanlah sebuah kesempurnaan. Termasuk di dalamnya cinta dan pengharapan akan pemimpin yang ideal (juru selamat) yang akan menegakkan keadilan di muka bumi dengan panji-panjiNya. 

Terbentuknya masyarakat dengan pemimpin yang ideal yang menegakkan keadilan di dunia secara global adalah konsep dan keyakinan agama-agama di dunia. Yang menjadi perbedaan adalah siapa Messiah tersebut, siapa juru selamat tersebut. Dan yang mendesak dan terpenting bagi setiap agama adalah bagaimana mengubah konsep penantian juru selamat ini menjadi hidup dan dinamis. Bagaimana mengubah keyakinan ini menjadi sumber energi melawan kedzaliman dan menjaga ketahanan akan harapan sehingga usaha dan optimisme tidak berhenti. Sehingga dengan keyakinan ini tidak menggiring masyarakat bersifat fatalis, pragmatisme terhadap keadaan sehingga terjebak pada konsep penantian yang negatif, tetap anteng menjadi sapi perah.

Menanti sampai kapan? Apakah agama di masa penantian masih bisa bertahan dan mampu menjawab gerak jaman yang terus berubah? Apakah agama mampu menjawab perubahan-perubahan jaman? Apakah agama memiliki nilai-nilai universal dan absolut untuk menjawab tantangan jaman? Bagaimana bisa sesutau "yang tetap" mampu menjawab yang berubah, sedangkan penantian juru selamat tidak diketahui entah kapan datangnya.

Dalam sebuah buku, Mutahhari dengan argumentasi gerak menjelaskan, bahwa dalam setiap pergerakan (gerak apapun) ada yang tetap dan ada yang bergerak. Tidak mungkin semuanya bergerak dan berubah, kalau semuanya berubah dan bergerak maka justru tidak ada yang namanya gerak tapi yang ada adalah kehancuran. Sama seperti dalam definisi gerak dalam fisika, disana harus ada titik acuan sebagai awal dari sebuah pergerakan. Begitu juga dengan gerak sejarah manusia harus berangkat dari acuan yang kuat dan kokoh yang tidak berubah. Prinsip-prinsip agama seperti keyakinan akan Tuhan adalah fitrah manusia sehingga tidak mungkin hilang. Prinsip ini bisa menjadi konstanta yang bisa menjadi titik acuan dalam menentukan variabel-variabel gerak sejarah manusia. Bukan sebaliknya.[Islam Times/On/Politikana]

--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment