"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk orang yang kamu cintai sekalipun, tetapi Allahlah yang mampu memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki." (Q.s. AI-Qashash: 56).
Menurut ayat diatas, bukankah kita tidak kuasa memberi petunjuk? itulah maksud saya masalah hasil bukan masalah saya mas Nandang. (Saya memang tidak pandai membuat kalimat :-D)
Contohnya lagi (contoh ya mas :-) )
soal hadits menasehati penguasa:
Ahmad dalam musnadnya dari 'Iyyadh berkata : bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوَ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ
"Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa tentang suatu perkara, maka jangan dia menampakkannya secara terang-terangan, namun dia mengambil tangannya dan bersepi dengannya, jika dia menerima maka itulah yang diinginkan, namun jika tidak maka dia telah menunaikan kewajibannya."(Dishohihkan Al-Albani dalam tahqiqnya terhadap kitab As-sunnah,karangan Ibnu Abi Ashim,no:1096,dan 1097)
disitu tertulis jika dia menerima maka itulah yang diinginkan, namun jika tidak maka dia telah menunaikan kewajibannya.
Lingkungan kita, kitalah yang tahu seperti apa.
Ada kalanya kita harus bersikap tegas, ada kalanya kita harus diam tapi tentusaja tidak bisa terus terusan diam. Kita cuma bisa menyampaikan, hasilnya tentusaja bukan kuasa kita karena kita tidak bisa memberi hidayah. tapi paling tidak kewajiban kita sudah terpenuhi.
Contohnya saja, saya masih belajar, orang tua saya bukanlah tokoh agama, suami saya bahkan punya latar belakang bukan beragama Islam.
Ditambah lagi saya adalah wanita pekerja, yang waktu saya habis di pekerjaan, setelah dirumah, saya sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk suami saya agar jangan sampai suami saya menyentuh pekerjaan rumah sedikitpun. tidak seperti ibu rumah tangga yang bisa berinteraksi berjam jam dengan yang lain. Ditambah lagi di akhir minggu saya suka pergi ta'lim ke ustadz ustadz yang ilmunya bagus di luar kompleks saya (karena di kompleks saya masih kurang menurut pendapat saya), sehingga hubungan sayapun tidak sedekat teman teman saya yang punya waktu lebih banyak untuk sekedar bercanda, ngerumpi, ngegosip atau bahkan ngaji bersama. Nyaris lengkap keeklusifan saya :-D
itulah kenapa ketika saya menyampaikan sesuatu yang benar soal dalil, belum tentu semua orang mau menerima, entah karena ego, entah karena ada yang merasa punya jalur keagamaan yang lebih bagus, karena saya bukanlah teman akrab mereka, entah karena kedudukan,dsb.
Yach mirip mirip di milis ini lach. :-)
Namun ketika sudah saya sampaikan, bukankah berarti saya sudah melaksanakan kewajiban saya? seperti hadits diatas, hasilnya bukan tanggungjawab kita kan mas? apalagi di masyarakat kita keputusan diambil bukan berdasarkan dalil syar'i tapi suara terbanyak.
Nach disini lach jadi awal permasalah itu.
Saya belajar dari seorang teman, kalau kita tidak mengungkapkan bahwa pandangan kita beda, kapan mereka tahu kita berbeda. resiko itu tentu saja ada. Alhamdulillah tidak separah mas Rosyid yang kehilangan sandal :-) tapi lebih parah di hal lain heheheheheh
Pelan pelan ketika masyarakat tahu ada bedanya, kita harapkan mereka mulai mencari tahu kenapa beda, walaupun awalnya dimusuhi, awalnya hasilnya tidak ada.
sudah panjang lebar, cukup jelas tidak ya mas maksud saya?
Pokoknya intinya, karena kita tidak kuasa memberi petunjuk, kewajiban kita ya sebatas menyampaikan menurut saya :-)
[mas nandang] pertanyaan saya adalah jadi apakah ketika kita menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita boleh berlepas diri karena hasil dari yg qt sampaikan bukan masalah saya? tring
[whe~en] Pertanyaannya itu ditujukan kepada saya atau bukan ya mas?betul , pertanyaan itu saya tujukan untuk mba wheen karena mba wheen sendiri yg menulis pandangan tentang sesuatu dan hasilnya bukan masalah saya.jelasnya kalimatnya seperti dibawah ini:bedanya saya dengan orang lain adalah, ketika ada yang sama dengan saya tapi diam saja khawatir dikira menentang warga yang lain, takut dijauhi, saya selalu berusaha mengemukakan pandangan saya.tentang hasilnya, itu bukan masalah saya,jadi tolong diberi penjelasan agar tidak salah saya menerima pernyataan yg saya tebalkan itu ?Menurut mas Nandang sementara waktu itu kapan ya berkenaan dengan bid'ah itu?Apakah menyampaikan hadits soal bid'ah itu membawa mudharat?bukankah harusnya membawa kebaikan ya mas Nandang, karena orang jadi tahu kalau bid'ah itu dilarang.Apakah mas nandang bisa menjelaskan kepada saya berkaitan dengan hal ini?
--- Pada Rab, 25/8/10, whe - en <whe.en9999@gmail.com> menulis:Tanggal: Rabu, 25 Agustus, 2010, 1:44 PM
Dari: whe - en <whe.en9999@gmail.com>
Judul: Re: [Milis_Iqra] FAHAM-FAHAM DESKTRUKTIF (Fiqih Dakwah)
Kepada: milis_iqra@googlegroups.com
[mas nandang] pertanyaan saya adalah jadi apakah ketika kita menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita boleh berlepas diri karena hasil dari yg qt sampaikan bukan masalah saya? tring
[whe~en] Pertanyaannya itu ditujukan kepada saya atau bukan ya mas?Kalau boleh saya ingin bertanya mas soal yani ini:Bolehnya mengundurkan penyampaian ilmu yang bermanfaat atau menyembunyikannya sementara waktu, jika ada maslahat dalam mengundurkannya atau akan timbul mudharat jika ilmu itu disampaikan saat ituMenurut mas Nandang sementara waktu itu kapan ya berkenaan dengan bid'ah itu?Apakah menyampaikan hadits soal bid'ah itu membawa mudharat?bukankah harusnya membawa kebaikan ya mas Nandang, karena orang jadi tahu kalau bid'ah itu dilarang.Apakah mas nandang bisa menjelaskan kepada saya berkaitan dengan hal ini?terimakasihseperti yg saya kemukakan di postingan saya ,bahwa tulisan diatas saya rangkum dari almansuroh.wordpress.com yg ditulis oleh Ustadz Abu Muawiyah Al Atsary.tapi yg saya fahami dari Bolehnya mengundurkan penyampaian ilmu yang bermanfaat atau menyembunyikannya sementara waktu,jika ada maslahat dalam mengundurkannya atau akan timbul mudharat jika ilmu itu disampaikan saat itu.jadi tidak ada waktu yg bisa dipakai ukuran kecuali qt sendiri ato yg faham permasalahanya saat itu.dan dalam pemahaman saya Bolehnya mengundurkan penyampaian ilmu yang bermanfaat atau menyembunyikannya sementara waktu ini tidak hanya berkaitan dengan bid'ah saja tetapi berkaitan dengan penyampaian kebenaran yg lainya.menyampaikan hadist tentang bid'ah bisa menjadi mudharat ato tidak nya terus terang saya tidak tahu, tetapi dampak dari orang yg menyampaikanya yg tidak tepat waktu dan salah sasaran bisa saja jadi mudhorot.hanya pengalaman pribadi saja, bahwa saya sampai saat ini masih menyimpan kebenaran kepada istri saya tentang surat albaqoroh ayat 120.hal ini berkaitan karena istri saya masih kelihatan belum bisa menerima ayat2 yg agak keras walau mualafnya sudah lama.terimakasih juga mba wheen, diskusi dengan mba wheen saya yg awam saja masih ditanggapi.On 8/25/10, Nandang Sudrajat <aendangzr@yahoo.co.id> wrote:
--- Pada Rab, 25/8/10, whe - en <whe.en9999@gmail.com> menulis:
--
--
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment