Zakat Fitrah ala Warga Ganding Sumenep
Rabu, 25 Agustus 2010 | 13:30 WIB
http://www.tempointeraktif.com/hg/pernik_lebaran_10/2010/08/25/brk,20100825-273835,id.html
TEMPO Interaktif, SUMENEP - Membayar zakat fitrah dengan beras atau uang jamak dilakukan umat Islam di Indonesia. Tapi berbeda dengan yang dilakukan mayoritas warga Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Mereka membayar zakat dengan jagung. "Ini sudah menjadi tradisi sejak dulu," kata Kiai Syahari, pemuka agama di Dusun Kolla, Desa Ganding Timur, Kecamatan Ganding, Rabu (25/8).
Selain karena tradisi turun temurun, Kiai Syahari mengatakan penggunaan jagung sebagai alat bayar zakat karena jagung bagi warga Desa Ganding merupakan kebutuhan utama untuk dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan beras, baru akan dimasak untuk dimakan jika ada upacara hajatan. "Bayar zakat itu harus sesuai yang dikonsumsi sehari-hari,’ ujar Kiai Syahari pula.
Menurut alumnus Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan ini, tradisi membayar zakat dengan jagung juga dilakukan hampir semua desa di Kecamatan Ganding, seperti Desa Parebaan, Mandala, Bilapora, Rong Anyar, hingga Desa Ketapang. "Warga di Kota Sumenep sudah mulai pakai beras. Tapi warga desa masih pakai jagung," tuturnya.
Kepada siapa zakat diberikan, juga berbeda dengan kelaziman di daerah lain, yakni kaum fakir miskin. Warga Desa Ganding ternyata lebih mengutamakan pemberian zakat kepada guru mengaji yang mengajarkan mereka membaca Al Qur’an sejak masa kecil. "Ini bentuk penghormatan kepada guru mengaji. Merekalah yang pertama kali mengajari saya mengaji," ucap Jubri, warga Dusun Jatian yang saat ini tinggal bersama istrinya di kecamatan lain.
Membayar zakat kepada guru mengaji, kata Jubri, membawa berkah tersendiri. Saat menyerahkan zakat, Jubri bisa bertemu kembali dengan teman-temannya semasa kecil. "Kami lalu sholat Idul Fitri bersama guru ngaji di langgar, kebersamaan yang selalu saya nanti karena penuh nostalgia dan kenangan," katanya. MUSTHOFA BISRI.
No comments:
Post a Comment