Sunday, September 26, 2010

Re: [Milis_Iqra] "Biadab, Saat Orang Shalat Dihabisi"

Inilah gambaran negeri ini...
Umat islam dijajah di negeri yang mayoritas islam...
Kaum kafir sudah banyak mengendalikan negeri ini...
makanya mereka ga ada rasa takut lagi waktu menyebar berita bohong mengenai HKBP Ciketing..
 
Salam,

Tatang Sulaeman



From: sutiyono doang <sutiyonodoang@gmail.com>
To: milis_iqra@googlegroups.com
Sent: Sun, September 26, 2010 8:22:39 AM
Subject: Re: [Milis_Iqra] "Biadab, Saat Orang Shalat Dihabisi"

Sudah Ust ABB, sekarang orang sedang sholat main hantam saja, sesungguhnya yang teroris itu siapa ya?
Saya tambahkan dari postingan milis lain kronologi kejadiannya.

-----Original Message-----

From: onny kresnawan <onnykres@yahoo.com>

Sender: jurnalisme@yahoogroups.com

Date: Sun, 26 Sep 2010 00:15:10

To: <jurnalisme@yahoogroups.com>

Reply-To: jurnalisme@yahoogroups.com

Cc: <mediacare@yahoogroups.com>; <jurnalis@yahoogroups.com>; <ajimedan@yahoogroups.com>; <naratamatv@yahoogroups.com>

Subject: [jurnalisme] Kronologis penyerbuan Densus 88 versi keluarga tersangka teroris



Nama saya Kartini Panggabean, kelahiran 20 Februari 1980. Panggilan

saya Cici, anak-anak memanggil saya Ummi. Saya adalah isteri dari

Ustadz Ghozali, anak-anak memanggilnya Buya, saya memanggilnya Bang

Jali. Saya tinggal bersama suami saya di di Jalan Bunga Tanjung Gang

Sehat, saya bersama Bang Jali tinggal bersama empat anak kami. (Umar

Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin dan Fathurrahman).





Bang

Jali lahir tahun 1963, tamat SD 1971. Kemudian bang Jali Masuk SMP

Muhammadiyah di Sei. Sikambing Medan. Bang Jali tidak tamat SMP,

berhenti karena protes terhadap sekolah SMP di Indonesia memakai celana

pendek (tidak menutup aurat) Secara otodidak Bang Jali belajar menulis.

Dia menjadi kolumnis tetap di beberapa surat kabar yang terbit di

Medan. Kemudian Bang Jali ke Malaysia selama 10 tahun. Aktif menjadi

wartawan di majalah Islam. Tahun 1996-2000 bang Jali pulang ke

Indonesia menetap di Medan membuka kursus komputer, kemudian ke

Malaysia lagi pada tahun 2000-2004 bekerja sebagai penulis buku di

beberapa penerbitan. Sejak 2004-2010 menetap di Tanjungbalai sebagai

penulis buku-buku agama yang produktif dan semua diterbitkan di

Malaysia, lebih kurang 50 judul buku. Ada satu judul buku yang

diterbitkan di di Indonesia Selain menulis, Bang Jali juga berprofesi

sebagai pengobat tradisional (bekam). Bang Jali juga mengisi pengajian.









Sejak satu bulan terakhir (bulan Agustus 2010), Bang

Jali tidak pergi ke mana-mana, atas permintaan saya selaku Ummi

anak-anak, alasan saya karena saya sedang hamil tua, hari-hari

menjelang persalinan sudah kian dekat. Saya meminta Bang Jali untuk

menemani saya melahirkan. Begitu pun, seingat saya Bang Jali sekali ada

pergi ke Medan awal Agustus ke Medan, itu pun karena menjenguk ibunya

di salah satu rumah sakit di Medan. Saya melahirkan anak putera saya

yang keempat pada tanggal 28 Agustus 2010 (usianya 3 minggu).







Sejak

saya melahirkan bayi yang kami beri nama Fathurrrahman Ramadhan itu,

Bang Jali juga tidak ada pergi ke mana-mana karena saya tidak ada teman

di rumah.







Di saat waktu Maghrib, hari Minggu sekitar

jam 18.45 WIB menjelang Senin malam, tanggal 19 September 2010. Saya,

bayi saya, dua perempuan dewasa (istri Abu dan teman Deni), Buya, Dani,

Deni, Alek, Abdullah dan 2 orang lagi anak tamu.(salah satu dari dua

perempuan dewasa). Jadi, ada di dalam rumah tersebut 10 orang, terdiri

dari 5 laki-laki dewasa, 3 perempuan dewasa, 3 anak-anak. Saat adzan

Maghrib terdengar, Bang Jali bersiap-siap melaksanakan sholat Maghrib

berjamaah. Bang Jali, Deni, Deden, Alek, Abu mengambil wudhu. Saya

bilang kepada Bang Jali, Buya bajunya diganti saja, basah kena air

wudhu. Saya berada di ruang tamu, menyusukan anak saya Fathur.







Bersama

saya dua perempuan dewasa. di dekat pintu depan rumah, pintu rumah kami

hanya di depan, rumah kami tidak ada pintu belakang. Saya memanggil

ketiga anak untuk pulang ke rumah, karena sudah masuk waktu Maghrib.

Bang Jali dan empat temannya mulai melaksanakan sholat Maghrib

berjamaah dengan Bang Jali sebagai imamnya. Mereka sholat di ruang

belakang dekat dapur.







Dani, usianya sekitar dua puluh

lima tahun tahun adalah murid mengaji Bang Jali. Kerjanya sehari-hari

menjahit gorden, dia tinggal di Tanjung Balai. Dani membawa dua orang

temannya, Alek (30 tahun) dan Deni (20 tahun) ke rumah. Bang Jali

sebelumnya tidak mengenal kedua orang itu. Sejak saat itu, Deni dan

Alek menginap di rumah. Tapi Dani tidak menginap di rumah. sedangkan

alek dan deni saya tidak mengenalnya. Mengenai Abu, atau Abdullah (35

tahun), saya tidak jelas orang mana berasalnya. Jadi Deni dan Alek

sudah menginap 2 minggu di rumah kami, kedatangan mereka ke

Tanjungbalai karena rencana mau cari kerja, saat itu mau hari hari

raya. Bang Jali bilang ini sudah dekat hari raya, tidak mungkin ada

kerjaan. Tunggulah habis hari raya. Jadi mereka di rumah kerjanya hanya

makan tidur. Seingat saya selama ini tidak ada kegiatan yang

mencurigakan.







Tiba-tiba sebuah mobil datang, terdengar

suara dari luar ada orang berteriak, "keluar!" Saat itu ketiga anak

saya masih bermain di rumah tetangga. Saya mau memanggil anak-anak

untuk pulang, saya pun berjalan menuju pintu depan rumah. Saya menyuruh

mereka masuk, tapi mereka tidak mau masuk, saya sempat melihat wajah

mereka seperti ketakutan. Saya terkejut karena pas saya di depan pintu

saya lihat sudah turun dari mobil 30 orang bersenjata. Anak-anak saya

diam tak bersuara. Densus 88 langsung saja menerobos masuk ke dalam

rumah dengan bersenjata. Mereka semuanya ada sekitar 30 orang membawa

senjata. Mereka dari samping sebagian, masuk ke dalam rumah sebagian,

sambil melepaskan tembakan.







Saya sambil menggendong

bayi saya, dua perempuan dewasa serta anak-anaknya ditodongkan senjata

sama Densus 88. Sepasang daun pintu rumah kami ditunjang (ditendang)

sama Densus 88. Tidak ada baku tembak, tidak ada perlawanan dari dalam

rumah, karena Bang Jali sedang sholat, sedang membaca surah al-Qur'an

sehabis membaca surah al-Fatihah. Tiba-tiba tiga makmum (Alek, Deni dan

Dani) keluar dari shaff (membatalkan sholat mereka) karena mendengar

suara ribut tembakan dan segera mengetahui datangnya orang-orang

bersenjata. Alek, Dani dan Deni lari menuju kamar mandi. Alek keluar

dengan membobol seng (atap) kamar mandi. Orang-orang yang sudah masuk

rumah menembaki mereka Deni dan Dani ditembaki secara membabi buta

sewaktu mereka di depan kamar mandi.







Saya, dua perempuan

dewasa yang bersama saya, bayi saya yang berumur 20 hari, dan anak

tetangga yang balita itu menyaksikan kejadian itu. Jadi dua orang

ditembak di kamar mandi, satu orang lagi lari. Bang Jali dan seorang

makmumnya, Abu masih tetap melanjutkan sholat, walaupun orang-orang

bersenjata itu sudah masuk ke dalam rumah, di ruang belakang dekat

dapur. Bang Jali tetap melanjutkan membaca surah al-Qur'an. Tapi

orang-orang bersenjata itu langsung menarik paksa Bang Jali, sholat

Bang Jali dihentikan secara paksa. Buya ditunjangi (ditendang) saat

sholat kemudian dipijak-pijak (diinjak-injak) hingga babak belur. Saya

kasihan melihat Bang Jali karena saat itu dia sedang sakit batuk. Bang

Jali diseret sama Densus, bang Jali tak henti-hentinya meneriakkan

takbir, Allahu Akbar, Allahu akbar.

Saya masih dalam todongan senjata bersama dua perempuan dan tiga

anak-anak. Kami langsung disuruh ke rumah tetangga sambil ditodong.

Saya digiring ke rumah tetangga sambil ditodong senjata, di rumah

tetangga. Anak-anak saya dari tadi memang berada di situ. Saya dan

anak-anak saya bisa mengintip (melihat dari sela-sela atau lobang)

kejadian yang terjadi di rumah kami dari rumah tetangga. Anak-anak saya

berteriak-teriak tidak tak henti-hentinya. "Ummi, Ummi itu Buya, itu

Buya." Anak-anak memberitahu saya mereka melihat Buya mereka

dipijak-pijak (diinjak-injak). Mereka menembaki rumah kami dengan

membabi buta, walaupun saya sangat yakin Bang Jali tidak ada senjata.

Bang Jali hanya terus bertakbir, Allahu akbar, hanya itu yang bisa Bang

Jali lakukan. Mereka menembaki saja walau tidak ada perlawanan. Dari

luar mereka menembaki, di dalam juga menembaki, mereka dalam waktu satu

jam itu menembak terus dengan membabi buta.







Tiba-tiba

ada yang menggiring saya keluar, saya dibawa ke mobil Densus 88. Saya

terus menengok (melihat) ke arah Bang Jali tapi sudah tidak terlihat.

Saya tengok (lihat) suami kawan saya (Abu) dibawa ke mobil tak berapa

lama. Densus membentak saya menanya saya di mana tas Bang Jali. Saya

jawab (katakan), "Tengok saja sendiri." Mereka semua penakut, saya yang

disuruh mengambil tas Bang Jali, mereka takut granat, padahal tidak

apa-apa di tas Bang Jali.







Satu jam kemudian polisi

(dari Polresta Tanjung Balai) datang ke sana, polisi pun rupanya tahu

apa-apa mengenai kejadian itu. Densus pergi begitu saja. Saya tidak

tahu informasi ke mana Bang Jali dibawa, apakah Bang Jali dibawa ke

Medan atau ke mana. Dari pihak Polres malah menanyakan sama saya ke

mana Bang Jali dibawa Densus. Saya dinaikkan ke mobil Patroli Polresta

Tanjungbalai dibawa ke kantor Polresta Tanjungbalai. Saya tidak dikasih

pulang ke rumah.







Esok hari, tanggal 20 September, saya

masih tidak dikasih pulang. Sebagian besar anggota Polres Tanjung Balai

memperlakukan saya dengan baik, mereka kasihan melihat saya karena

menengok anak saya kecil (bayi), tapi ada juga polisi di sini yang

jahat dan memperlakukan saya sewenang-wenang. Saya ingin tahu kabar

suami saya. Saya lihat ada koran, saya ambil untuk saya baca. Polisi

berpakaian preman itu merampas koran itu dari tangan saya. Hati saya

sangat sakit, tapi saya diam saja. Kapolresta baik sama saya. Dia

menanyakan saya, apakah mau pulang ke rumah mengambil baju? Saya sudah

bilang sama penyidik cemana ini, Pak, kalau saya masuk tahanan jelas

status saya, tapi di sini saya tidak jelas sebagai apa, saya tidak tahu

apa-apa. Kata penyidik tunggu kabar dari Medan saja, baru saya kasi

informasi di sini.







Saya sedih karena Bang Jali tak

bisa dijumpai, karena dia sudah babak belur dipijak-pijak dua puluhan

orang. Mereka main serbu saja, mereka itu begitu datang tak ada

basa-basi lagi. Dinding rumah kami rusak. Polisi pun tidak boleh

lewat-lewat di situ selama satu jam itu. Padahal kan semua pakai

peraturan. Polresta Tanjungbalai membantu saya mempertemukan saya

dengan keluarga saya agar anak-anak saya yang empat orang tidak tinggal

di tahanan. Saya dipinjamkan telepon sama Polisi untuk menelepon

adiknya agar saya bisa menitipkan anak-anak saya kepada keluarga

kecuali yang bayi tetap bersama saya, karena dia masih saya susukan

umurnya kan baru 3 Minggu.







Pada 20 September 2010

sekitar jam 9.00 WIB pagi saya pertama kali menghubungi keluarga. Saya

mengasih tahu, saya sekarang di Polresta Tanjung Balai, tidak boleh

keluar dari sini karena saya kata polisi dijadikan saksi. Adik saya ke

ke Tanjung Balai hari Senin, 20 September itu juga, adik saya menjenguk

saya. Kondisi saya sudah beberapa hari tetap tak jelas, tidak dikasih

pulang, padahal saya sudah di BAP hari Minggu sampai sekarang tidak

keluar-keluar. Tidak jelas, tidak boleh pulang, soalnya tidak ada yang

mau datang menjenguk saya, adik saya pun hanya datang untuk mengambil

si Umar, dibawa ke sana, kasihan bang Jali. Di sini saya bayi saya

tidur dan hidup di sebuah ruangan yang menyerupai gudang kertas-kertas,

hanya beralas tikar plastik, kasihan Fathur (bayi saya), baru 3 minggu

usianya.







Narasumber: Kartini Panggabean (semoga Allah

melindunginya), istri ustadz Khairul Ghozali (semoga Allah

merahmatinya) yang dituduh sebagai teroris oleh Densus 88.



Sumber:

- Tim Kuasa Hukum Ustadz Khairul Ghozali, - keluarga, yakni adik Ustadz

Khairul Ghozali (Ustadz DR. Adil Akhyar, SH, MH, LLM dan Ahmad Sofian,

SH, MA serta abang Ustadz Khairul Ghozali, DR.Ikhwan), www.starberita.com

FB Jufri Bulian Ababil











[Non-text portions of this message have been removed]



--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment