http://www.tempointeraktif.com/hg/wartahaji_kisah/2010/10/15/brk,20101015-284946,id.html
Menengok Kehidupan Kaum Miskin Arab Saudi di Musim Haji
Kehidupan kaum miskin warga Arab Saudi. (arabnews.com)
TEMPO Interaktif, Mekah - Meskipun mendorong peziarah tua dan orang sakit dengan kursi roda bukan pekerjaan yang menarik, beberapa orang Arab Saudi di Mekah menjalankannya sebagai cara untuk bertahan hidup. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan penuh kejujuran untuk menghidupi mereka dan keluarganya.
Berlokasi di kolong jembatan Misfala di kawasan pusat Kota Mekah, kelompok kecil warga miskin Arab Saudi itu memberi jasa kepada para peziarah lansia yang akan ke Masjidil Haram. Menggunakan furnitur usang, mereka tidur di bawah jembatan, tempat untuk melakukan berbagai kegiatan layaknya di dalam rumah mulai dari berganti pakaian hingga meminum dari dispenser. Untuk mandi dan uang hajat, mereka menggunakan kamar mandi Masjid Grand.
Saad Hussein, 38 tahun, seorang pria Saudi mengatakan ia sudah tinggal di bawah jembatan ini selama tiga tahun. "Saya terpaksa tinggal di sini, di bawah jembatan ini, karena saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Kualifikasi yang saya miliki adalah sertifikat sekolah dasar,"katanya.
Ia mengaku lebih suka tinggal dan bekerja seperti ini dari pada hanya menganggur dan tidak peduli bagaimana orang melihat kehidupannya.
"Dulu saya malu untuk melakukan hal ini, tapi itu lebih baik dari pada mencuri. Saya telah melihat banyak orang Saudi seperti saya. Kita hidup bersama di bawah jembatan pada malam hari dan mencari nafkah di siang hari," katanya.
Menjalani hidup di bawah jembatan seperti ini sangat sulit. Ia tidak mendapatkan banyak uang dan jarang mendapat upah 100 riyal atau sekitar Rp 300 ribu dalam sehari.
Muhammad Al-Araaj, 49 tahun, yang memiliki tiga anak, tinggal di sebuah rumah tua dekat jembatan dan harus membayar sewa sebesar 1,200 riyal per bulan. "Saya tidak bisa menemukan pekerjaan yang layak dan memutuskan untuk membeli kursi roda dan mencari nafkah seperti ini," kata Al-Araaj.
"Aku melayani peziarah tua dan pengunjung lansia. Karena saya tidak bisa mendapat banyak uang dan pendapatan tidak stabil, saya harus bekerja siang dan malam agar bisa cukup menghidupi keluarga saya dan membayar sewa," katanya.
Untuk bisa maksimal melakoni pekerjaannya, hidup Al-Araaj di bawah jembatan jauh dari keluarganya. "Aku mengunjungi keluarga dan anak-anak seminggu sekali. Semua orang yang hidup di bawah jembatan ini punya cerita sedih. Mereka semua memiliki keluarga untuk mendukung," katanya.
Al-Araaj mengaku hanya mendapatkan penghasilan sebesar 40 hingga 50 riyal sehari dalam hari normal. Sedangkan selama musim haji seperti sekarang ini ia bisa meraup 250 hingga 400 riyal per harinya.
Begitupun dengan kehidupan Khaled Al-Jeddawi, 40 tahun. Lelaki yang belum menikah ini sebenarnya memiliki ijazah sekolah yang cukup tinggi tetapi dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga terpaksa memutuskan untuk hidup di bawah jembatan Al-Misfala.
"Kadang-kadang kami mengantar peziarah tidak dibayar karena mereka tidak punya cukup uang. Tapi ini tidak apa-apa, cukup jika mereka mendoakan kita," ungkapnya.
Menurut dia, hidup di bawah jembatan secara bersama-sama menjadikan seperti keluarga. "Kami makan dan hidup bersama. Kami juga memiliki aturan. Siapapun yang tertangkap berbuat curang, misalnya mengambil barang jemaah haji maka akan ditendang keluar dari lingkungan ini," katanya.
Ali Aman, 44 tahun, warga Saudi lainnya mendatangi Departemen Sosial untuk mendaftar agar mendapat bantuan kesejahteraan. Namun, ia tidak memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan.
"Pada usia seperti saya ini, saya dianggap masih mempunyai beberapa pilihan dan kesempatan hingga akhirnya saya membeli sebuah kursi roda seharga 400 riyal. Saya sudah melakukan pekerjaan ini selama tiga tahun sampai sekarang," katanya.
Aman lalu membayangkan ia bisa memutar arah jarum jam agar bisa belajar sampai perguruan tinggi supaya bisa mendapatkan gelar dan pekerjaan yang layak.
ARABNEWS l BASUKI RAHMAT
Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message
Menengok Kehidupan Kaum Miskin Arab Saudi di Musim Haji
Kehidupan kaum miskin warga Arab Saudi. (arabnews.com)
TEMPO Interaktif, Mekah - Meskipun mendorong peziarah tua dan orang sakit dengan kursi roda bukan pekerjaan yang menarik, beberapa orang Arab Saudi di Mekah menjalankannya sebagai cara untuk bertahan hidup. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan penuh kejujuran untuk menghidupi mereka dan keluarganya.
Berlokasi di kolong jembatan Misfala di kawasan pusat Kota Mekah, kelompok kecil warga miskin Arab Saudi itu memberi jasa kepada para peziarah lansia yang akan ke Masjidil Haram. Menggunakan furnitur usang, mereka tidur di bawah jembatan, tempat untuk melakukan berbagai kegiatan layaknya di dalam rumah mulai dari berganti pakaian hingga meminum dari dispenser. Untuk mandi dan uang hajat, mereka menggunakan kamar mandi Masjid Grand.
Saad Hussein, 38 tahun, seorang pria Saudi mengatakan ia sudah tinggal di bawah jembatan ini selama tiga tahun. "Saya terpaksa tinggal di sini, di bawah jembatan ini, karena saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Kualifikasi yang saya miliki adalah sertifikat sekolah dasar,"katanya.
Ia mengaku lebih suka tinggal dan bekerja seperti ini dari pada hanya menganggur dan tidak peduli bagaimana orang melihat kehidupannya.
"Dulu saya malu untuk melakukan hal ini, tapi itu lebih baik dari pada mencuri. Saya telah melihat banyak orang Saudi seperti saya. Kita hidup bersama di bawah jembatan pada malam hari dan mencari nafkah di siang hari," katanya.
Menjalani hidup di bawah jembatan seperti ini sangat sulit. Ia tidak mendapatkan banyak uang dan jarang mendapat upah 100 riyal atau sekitar Rp 300 ribu dalam sehari.
Muhammad Al-Araaj, 49 tahun, yang memiliki tiga anak, tinggal di sebuah rumah tua dekat jembatan dan harus membayar sewa sebesar 1,200 riyal per bulan. "Saya tidak bisa menemukan pekerjaan yang layak dan memutuskan untuk membeli kursi roda dan mencari nafkah seperti ini," kata Al-Araaj.
"Aku melayani peziarah tua dan pengunjung lansia. Karena saya tidak bisa mendapat banyak uang dan pendapatan tidak stabil, saya harus bekerja siang dan malam agar bisa cukup menghidupi keluarga saya dan membayar sewa," katanya.
Untuk bisa maksimal melakoni pekerjaannya, hidup Al-Araaj di bawah jembatan jauh dari keluarganya. "Aku mengunjungi keluarga dan anak-anak seminggu sekali. Semua orang yang hidup di bawah jembatan ini punya cerita sedih. Mereka semua memiliki keluarga untuk mendukung," katanya.
Al-Araaj mengaku hanya mendapatkan penghasilan sebesar 40 hingga 50 riyal sehari dalam hari normal. Sedangkan selama musim haji seperti sekarang ini ia bisa meraup 250 hingga 400 riyal per harinya.
Begitupun dengan kehidupan Khaled Al-Jeddawi, 40 tahun. Lelaki yang belum menikah ini sebenarnya memiliki ijazah sekolah yang cukup tinggi tetapi dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga terpaksa memutuskan untuk hidup di bawah jembatan Al-Misfala.
"Kadang-kadang kami mengantar peziarah tidak dibayar karena mereka tidak punya cukup uang. Tapi ini tidak apa-apa, cukup jika mereka mendoakan kita," ungkapnya.
Menurut dia, hidup di bawah jembatan secara bersama-sama menjadikan seperti keluarga. "Kami makan dan hidup bersama. Kami juga memiliki aturan. Siapapun yang tertangkap berbuat curang, misalnya mengambil barang jemaah haji maka akan ditendang keluar dari lingkungan ini," katanya.
Ali Aman, 44 tahun, warga Saudi lainnya mendatangi Departemen Sosial untuk mendaftar agar mendapat bantuan kesejahteraan. Namun, ia tidak memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan.
"Pada usia seperti saya ini, saya dianggap masih mempunyai beberapa pilihan dan kesempatan hingga akhirnya saya membeli sebuah kursi roda seharga 400 riyal. Saya sudah melakukan pekerjaan ini selama tiga tahun sampai sekarang," katanya.
Aman lalu membayangkan ia bisa memutar arah jarum jam agar bisa belajar sampai perguruan tinggi supaya bisa mendapatkan gelar dan pekerjaan yang layak.
ARABNEWS l BASUKI RAHMAT
No comments:
Post a Comment