Sunday, October 3, 2010

RE: [Milis_Iqra] Akhlak seorang Muslim

 

Bapak Ahmad Dani Permana yang semoga dirahmati Allah,

Sebenarnya saya kaget membaca artikel2 anda setelah kejadian saya menyatakan tersakiti dengan kalimat anda.  namun yang lebih surprising me adalah kalimat berikut:

(Dani) kalau saya pribadi mengenai pelecehan, cemoohan, ejekan, saling menjatuhkan atau apapun memandangnya hal tersebut biasa

 

(Dani) Maaf sebelumnya karena saya tidak memberikan tanggapan ketika email-email mengenai ini muncul kepermukaan…. Saya pikir salah persepsi terhadap apa yang saya tulis di thread “akhlaq 'Aisyah r.a” maksud tulisan tersebut diatas adalah jika ditujukan kepada diri saya…. Maka saya memandangnya “pelecehan, cemoohan, ejekan, saling menjatuhkan atau apapun memandangnya hal tersebut biasa” namun sayang kata-kata tersebut terpotong, padahal diteruskan “tergantung bagaimana memenej hati… semakin tinggi tingkat pendidikan, gelar, jabatan atau ilmu seseorang maka sudah pasti cobaan itupun semakin tinggi akan menerpanya, dan tidak ada satupun hal yang bisa dilepaskan ketika Iman di beri cobaan kecuali bagaimana memenej cobaan tersebut.

 

Jadi bukan membiarkan orang bebas melakukan “pelecehan, cemoohan, ejekan, saling menjatuhkan

 

Ada beberapa hal yang akan saya tanyakan berkaitan dengan hal tersebut:

1.  Akhlak rasulullah yang mana yang anda ikuti, ketika seseorang menyatakan tersakiti dengan kalimat anda, anda bukan instropeksi tetapi malah sibuk memberikan nasehat bahwa ketika tersakiti harus sabar.

 

[Dani] Contoh saja… meskipun saya dijatuhkan sana dan sini, diserang disana sini…. Namun saya menganggapnya biasa saja… karena sudah sering terjadi di milis ini. Namun semuanya di kembalikan kepada hati dan kesabaran…positif thinkingnya “Kita membaca tulisan orang BUKAN membaca pikiran Orang”. Jadi lumrah saja….. jika mbak WN “Tersakiti” maka seharusnya BERTANYA donk…. Apa sih masksudnya email itu…. Dan kalau tidak bertanya maka akan timbul persepsi, asumsi atau bisa jadi sifat su’udzhon. Kemudian jika “malah sibuk memberikan nasehat bahwa ketika tersakiti harus sabar.

Satu hal mengapa saya memposting hadist ini ““Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru(sombong) adalah menolak kebenaran……...”(HR Muslim dalam Shahih-nya, Kitabul Iman, Bab: Tahrimul Kibri wa Bayanuhu)” Apakah salah saya sibuk memberikan Nasehat yang isinya adalah sebuah kebenaran? JIKA nasehat itu di tolak maka disebutlah “Al-Kibru(sombong)

Mengapa saya tidak sibuk Instropeksi “ Karena saya sudah memulainya tanpa harus bicara atau mempublish :”SAYA SUDAH INSTROPKESI” dan juga sebelumnya saya sudah posting “http://www.fiqhislam.com/index.php/artikel-pilihan/9912-manajemen-sakit-hati ” disana ada tulisan “Muhasabah (Koreksi Diri), Menjauhkan Diri dari Sifat Iri, Dengki, dan Ambisi, Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati, Menumbuhkan Sifat Pemaaf, Husnudhdhan (Berprasangka Baik), Menumbuhkan Sikap Ikhlas” .

Coba kalau semuanya konsern kepada isi artikel… saya yakin Tidak akan ada Masalah, namun saya lihat dari email-email yang di bahas adalah Bukan ISI ARTIKEL melainkan yang di bahas adalah pembukaan kalimat atau kata-kata yang sifatnya “KRITIKAN”.

 

2.  bagaimanakah sikap yang harus diperbuat seorang muslim jika tahu perbuatannya menyakiti muslim yang lainnya?

 

[Dani] sepertinya di artikel http://www.fiqhislam.com/index.php/artikel-pilihan/9912-manajemen-sakit-hati sudah di bahas, karena ISI dari artikel itu bagaimana Manajemn SAKIT HATI itu.

 

3.  Jika anda menganggap pelecehan, cemoohan, ejekan dan saling menjatuhkan adalah hal biasa,

a.  Apakah perbuatan tersebut memang dikategorikan akhlak yang baik?

 

[Dani] Sejauh saya ketahui tidak… Cuma ya itu di kembalikan bagaimana orang membaca tulisan seseorang… Cuma yang ketika di mintakan klarifikasi kemudian di klarifikasi malah dituduh “Ngeles lah, Perasaan lah, bersilat lidahlah” padahal kata-kata tersebut kan “ SU’Udhon kalau yang berkata-kata sadar.

 

b.  bagaimanakah anda menghubungkan perbuatan yang anda anggap biasa tersebut dengan dalil dibawah ini:

 

[Dani] Dari semua dalil yang M WN sebutkan tentu saja bertolak belakang dengan apa yang saya anggap biasa “pelecehan, cemoohan, ejekan, saling menjatuhkan”, karena Ad dien ini tidak mengajarkan demikian… tentu harus berakhlaq baik…. Namun saya juga ingin bertanya2 … Apakah Akhlaq Mbak WN dan lainnya sudah baik dan sesuai kaidah Islam……? Jika dikatakan baik I doubt it, CMIIW… karena JIKA baik Maka contoh nyata saja “ KETIKA RASULULLAH di lecehkan, di cemooh, di ejek” beliau Cuma berdo’a : “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui” Itulah yang disebut Akhlaq Muslim yang Baik…atau mungkin jika “di lecehkan, di cemooh, di ejek” orang tersebut “Muhasabah (Koreksi Diri), Menjauhkan Diri dari Sifat Iri, Dengki, dan Ambisi, Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati, Menumbuhkan Sifat Pemaaf, Husnudhdhan (Berprasangka Baik), Menumbuhkan Sikap Ikhlas

 

Namun saya tidak menemukan hal semacam do’a Rasulullah tersebut yang ada adalah “Saling bales nu teu pararuguh pisan” J……

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment