Monday, October 4, 2010

Re: [Milis_Iqra] Menghadapi Kritikan di depan Umum - Ujub

Mas Dani,
bukankah kita harus menjauhi prasangka karena dalam prasangka ada dosa? (QS Al Hujuraat (49) : 12)
Namun sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk artikelnya.
Tidak perlu cape cape searching, mas dani sudah menyediakan, walaupun mas dani bilang untuk semua member, saya yakin semua member MI tahu ditujukan mas dani ke saya.
 

[Dani] Satu lagi bukti "ketika anda memberi nasehat pasti anda sudah melaksanakannya" nampaknya belum dilaksanakan oleh M WN…. Bukankah kalimat diatas merendahkan mu'min yang lain….. apakah karena saya Tidak MAAF Kepada Mas Nandang, M WN bisa seterusnya menyindir.. J …. Saya copy paste saja "Ini kan bukan akhlak yg baik buat muslim :-D," kata M B WN di thread yang lalu…. Apa yang di tulis dengan apa yang dilakukan berbeda… Anggap saja ini kritik buat M WN…

Sikap M WN juga adalah ujub kepada diri sendiri bahwa saya  "kan ga ngeles mas, salah ya minta maaf :-D" …..

 
 
(Whe~en)
Untuk tuduhan mas Dani inipun saya berterimakasih, akan saya jadikan sebagai intropeksi diri saya.
saya akan menjelaskan kepada mas Dani kenapa saya menujukan kalimat "kan ga ngeles mas, salah ya minta maaf :-D" ….. kepada mas heriyadi,
namun saya sangat menyayangkan sebenarnya, kelihatannya hal seperti ini banyak terjadi di negara ini.
Ketika seseorang dikritik, sikapnya memang bermacam macam, inilah analisa saya
1.  Stay cool, namun stay cool kemudian istropeksi diri atau stay cool tidak peduli dan tetap menganggap dirinya benar itu yang kita tidak tahu walaupun sudah jelas2 ketahuan salah.  sikap yang kedua ini kemungkinan banyak terjadi, yang lebih parah, justru mencari cari kesalahan orang yang memberi masukan.
Karena inilah saya menyebut " kata siapa ada kritik membangun", setinggi apapun ilmu agama yang dimiliki seseorang, bukan berarti orang tersebut tidak "dendam" jika ditunjukkan dalil dirinya salah.
Sehalus apapun kritik, orang susah menerimanya, walaupun ilmu agamanya tinggi.
 
2.  Kekecewaan kedua saya adalah terhadap sikap orang berilmu yang sombong (orang yang sombong adalah orang yang menolak kebenaran dan melecehkan manusia), apakah tidak disebut sombong jika tahu salah, ditunjukkan dalil yang benar namun malah mencari cari kesalahan orang yang menasehatinya atas nama Allah.
Mencari cari kesalahan saya seolah membuat ini seperti perseteruan pribadi, padahal dalilnya begitu umum yang bisa kita pelajari bersama sama.  bahkan saya dituduh ujub.  Kalau memang mas Dani berkenan, jauhkan ini dari perseteruan pribadi, karea itu tidak profesional.  Kita bahas saja dalilnya.
 
3.  Inilah penjelasan saya untul kalimat "kan ga ngeles mas, salah ya minta maaf :-D", saya sengaja tujukan ke mas Heriyadi,
alasannya,
Mas heriyadi termasuk salah satu sahabat saya seiman yang sudah melaksanakan dalil "agama adalah nasehat"
Ketika saya berdiskusi sengit dengan mas Arman, ada beberapa orang yang secara pribadi menganjurkan saya membicarakan secara personal dengan mas Arman, meminta maaf atas apa yang terjadi, yang beliau beliau anggap sebuah kesalahpahaman.
 
Waktu itu, jawaban saya adalah buat apa saya minta maaf, toch saya tidak salah, itu bukan kesalahpahaman, dsb.  Namun mengagumkan, jawaban rekan rekan tersebut, meminta maaf tidak selalu dalam posisi salah.  bahkan ada rekan yang bilang bahwa beliau selalu mengajarkan anaknya meminta maaf kepada ibunya jika telah membuat sedih, salah, dsb, tidak melulul karena salah.  tetapi karena ego saya, advise tersebut saya simpan saja.
Seiring berjalannya waktu, saya berpikir bahwa advise tersebut mengagumkan, kita tidak salah tetapi minta maaf karena sudah menyebabkan seseorang salah paham, sedih, dsb.  pasti berat sekali.  dan hanya orang orang yang berjiwa ksatria saja yang berani mengakui kesalahan, meminta maaf walaupun tidak salah dsb.
 
Apakah mas dani juga mengajarkan anak mas dani untuk minta maaf seperti rekan rekan yang memberi masukan tersebut kepada saya?  Kalau iya, bukankah mas Dani juga harus memberi contoh karena anak2 lebih cenderung menangkap contoh daripada teori?
 
saya minta maaf kepada mas dani jika mas dani menganggap kalimat itu saya tujukan ke mas Dani,
Namun jika saja mas Dani mau bertanya ke saya, pasti ada jawaban yang jelas sehingga mas Dani tidak asal menuduh saya ujub kepada diri sendiri.
Apa yang telah mas dani perbuat, menuduh tanpa crosscheck dahulu membuat saya sedih sebagai seorang muslim.
Mas Dani sebagai salah satu orang di MI yang saya anggap berilmu diatas al Qur'an dan Sunnah, namun berbuat sebaliknya.  Padahal mas dani punya banyak pendukukng di milis ini heheheh :-D, yang selalu menganggap mas Dani benar, ketika mas Dani salah, pihak lainlah yang seakan akan salah, contohnya kemarin terhadap saya.
Sangat disayangkan jika hal ini dibiarkan.
 
dan saya juga minta maaf sudah menulis itu semua di forum ini, di forum umum, yang sebenarnya ingin saya kirim by japri saja, namun karena saya khawatir email saya terblokir, tidak terbaca karena kesibukan mas dani bekerja, sehingga malah menjadikan kesalah pahaman terus menerus dan membuat waktu mas Dani terbuang percuma untuk mencari cari kesalahan saya, saya putuskan menulis disini tidak dengan niatan merendahkan mas dani sabagai seorang muslim tidak juga bermaksud menjatuhkan karena itu dilarang.
 
Semoga penjelasan saya bermanfaat buat mas Dani.


2010/10/4 Dani Permana <adanipermana@gmail.com>

Tapi saya kan ga ngeles mas, salah ya minta maaf :-D

Whe~en

 

[Dani] Satu lagi bukti "ketika anda memberi nasehat pasti anda sudah melaksanakannya" nampaknya belum dilaksanakan oleh M WN…. Bukankah kalimat diatas merendahkan mu'min yang lain….. apakah karena saya Tidak MAAF Kepada Mas Nandang, M WN bisa seterusnya menyindir.. J …. Saya copy paste saja "Ini kan bukan akhlak yg baik buat muslim :-D," kata M B WN di thread yang lalu…. Apa yang di tulis dengan apa yang dilakukan berbeda… Anggap saja ini kritik buat M WN…

 

Sikap M WN juga adalah ujub kepada diri sendiri bahwa saya  "kan ga ngeles mas, salah ya minta maaf :-D" …..

 

Artikel ini bukan untuk M WN seorang… buat member yang lainnya juga…

'Ujub adalah bahasa arab yang pengertiannya secara umum adalah,  membanggakan diri sendiri, merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan lain hal.   Diri sendiri yang dimaksudkan disini adalah mengenai pribadinya,golongannya, kelompoknya atau apa saja yang dianggap erat hubungannya dengan dirinya sendiri.

Sebelum saya menulis lebih lanjut tentang 'ujub ini, mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan berikut ini, karena saya bukan akhli agama dan apa-apa yang akan saya tuangkan disini lebih kepada pengetahuan yang telah saya baca dari beberapa buku tentang Akhlak dan Tauhid berdasarkan ajaran keimanan saya, yaitu agama Islam.

Ahlak semacam ini ('ujub) adalah sangat tercela, dan sama sekali tidak ada kebaikannya, ini disebutkan dalam firman Allah Taala (S. Najm 32) :"Janganlah kamu mengira sudah mensucikan diri kamu sendiri", maksudnya ialah jangan sekali-kali kamu menyangka sudah suci dan bersih dari segala kesalahan, sebab dengan sangkaan yang keliru itu nantinya  akan timbul rasa 'Ujub pada diri sendiri

Hadist Rasulullah SAW  (diriwayatkan oleh Abusy-syaikh) :"Ada tiga hal yang merusakkan (ahlak, jiwa dan agama) yaitu, kikir yang diikuti, hawa nafsu yang diperturutkan dan keheranan seseorang pada dirinya sendiri ('ujub)"

Bahaya 'Ujub (membanggakan diri sendiri) itu banyak sekali, antaranya :

Pertama,  'ujub itu menyebabkan timbulnya rasa sombong, sebab memang 'ujub itulah yang menyebabkan salah satu dari berbagai sebab kesombongan timbul.   Dari 'ujub maka muncullah ketakaburan kita.   Sedangkan takabur kita sudah tahu tentang sifat dan bahayanya.   Takabur kepada hal-hal yang berhubungan dengan  manusia, dan takabur dengan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah SWT, dia bisa lupa akan segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya, lupa menjalankan kewajibannya sebagai mana diatur dalam ajaran keimanan kepada Allah SWT.   Ia mengira bahwa ia telah banyak berbuat amal saleh.

Kedua, bila seseorang sudah dihinggapi penyakit 'ujub, ia lupa pada bahaya-bahaya 'ujub itu sendiri, ia sudah tertipu oleh perasaan, dan pendapatnya sendiri.   Ia merasa apa-apa yang datang dari dirinya sendiri semua serba hebat dan agung.   Ia tertipu, ia mengira bahwa dirinya akan merasa tersingkir dari siksa NYA karena ia merasa dan mengira sudah banyak amalan-amalan baik yang dilakukannya.

Ketiga, karena 'ujubnya ia kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya sendiri dan menganggap suci dirinya serta bersih dari segala kesalahan dan dosa.   Padahal yang demikian itu sudah amat membosankan orang yang mendengarnya.

Keempat, seorang 'ujub tidak suka mencari kemanfaatan ilmu pengetahuan pada orang lain, sebab sudah merasa amat pandai.   Ia tidak suka bertanya kepada siapapun juga, karena merasa malu, khawatir dianggap bodoh.  Bahaya lain tidak suka bermusyawarah, ia lebih ingin kawan-kawannya meng"ia" kan pendapatnya.

Kelima, jika usahanya gagal, orang 'ujub ini akan melemparkan kesalahan pada orang lain, rekan atau bawahannya.

Keenam, ia bangga dan gembira kalau segala sesuatu itu timbul dari gagasannya dan suka sekali mempopulerkan apa-apa yang ada pada dirinya, sebaliknya tidak suka kepada kemashuran yang dicapai oleh apa-apa yang digagas oleh orang lain.

Seseorang yang bersifat 'ujub karena merasa ganteng, cantik, kuat, tangkas, keturunan ningrat, kaya dan lain-lain yang kebetulan saja dimiliki oleh dirinya.   Ringkasnya ia meng 'ujubkan sesuatu yang bukan haknya sendiri,  sebab semuanya adalah tentunya dari keutamaan Allah SWT semata.   Oleh karenanya yang seharusnya diperbuat adalah bukan ber 'ujub tetapi berterima kasih   serta bersyukur kepada Dzat yang telah melimpahkan kenikmatan yang besar itu.   Sebab Jika Allah berkehendak, maka semua kenikmatan yang ia peroleh dapatlah sirna seketika.

Allah Taala berfirman (S Nur 21) :"Andaikata tidak ada keutamaan Allah kepadamu semua serta kerahmatanNYA, pasti tidak ada seorangpun diantara kamu yang bersih (suci) selama-lamanya)"

Demikian halnya tentang 'ujub. Lebih atau kurangnya saya mohon maaf dan tidak ada maksud menggurui, apalagi banyak diantara rekan-rekan yang lebih menguasai ketimbang saya dalam bidang keagamaan.   Saya hanya bermaksud berbagi dan tidak ada maksud lain.

 (Rangkuman bahan bacaan, Bimbingan untuk mencapai tingkat Mu'min,  oleh Ihya Ulumuddin Imam Alghazali, penerbit CV Dipenogoro Bandung, 1975)

 

 


From: "Heriyadi Heriyadi" <Heriyadi.Heriyadi@id.flextronics.com>

 
 
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
 
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment