terimakasih masukannya pak Andri,
tanpa mengurangi rasa hormat saya,
saya tetap tidak mau kehilangan rasa sensitif sakit karena saya takut saya tidak bisa merasakan sakit ketika menyakiti orang lain.
Kadang, seseorang tidak tahu dia menyakiti orang lain atau tidak karena tidak tahu rasanya sakit,
menurut saya ini bahaya sekali untuk kehidupan masyarakat.
Rasa sensitif sakit tidak ada sehingga orang saling bisa berbuat atau berbicara kasar tanpa terasa, karena tak satupun pihak merasa tersakiti.
Sehingga bisa disimpulkan lama lama menjadi habits, dianggap tidak apa apa karena tidak ada unsur menyakiti.
Saat ini, ketika saya menulis atau mengeluarkan kata sedikit kasar saja walaupun itu membalas orang yang berbuat sama atau lebih kasar, sebenarnya saya merasakan sakit yang sangat kenapa saya harus sedikit kasar walaupun tujuannya untuk memberi pelajaran kepada orang lain.
Jadi saya tidak mau kehilangan rasa itu, agar saya tahu rasanya sakit untuk tidak menyakiti orang lain.
Setiap orang mempunyai cara sendiri, metode sendiri dalam hidupnya.
Kadang seseorang merasa lebih benar dari orang lain dalam bertindak maupun berucap, padahal tentunya apa yang terjadi pada orang tersebut tidak bisa sama diterapkan di setiap orang.
Demikian pak pendapat saya.
2010/10/21 andri subandrio <subandrio.andri@gmail.com>
Bukan menggurui ya mbak, untuk supaya tidak sakit dan menyakiti sebenarnya hanya satu yang harus kita perhatikan yakni kebiasaan dan culture dari "lawan bicara" kita, contoh sederhana saja mbak, dulu kalau ada orang memanggil saya dengan kata "sampean" (yang artinya anda) saya sangat tersinggung meski saya tidak pernah menegurnya, sebab kata tersebut di daerah asal saya (Jogya) termasuk kata yang kasar bila diucapkan oleh orang yang baru kenal, atau oleh yang lebih muda, namun setelah saya cermati, bahwa daerah Tegal, dan sekitarnya serta Wilayah Jawa Timur kata tersebut termasuk halus dan memang sudah biasa digunakan dalam pergaulan, dan saya kemudian memahami walau saya sama sekali tidak pernah menggunakan kata itu untuk menyebut orang lain hingga sekarang, karena saya selalu menggunakan kata "jenengan" dan akhirnya setiap orang (yang saya kenal) yang tadinya memanggil saya sampean menjadi merasa sungkan dan menggantinya dengan "jenengan" (yang artinya anda dengan ungkapan yang paling halus) tanpa saya harus meminta kepada mereka.
Belajar dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa sikap orang terhadap kita adalah imbal balik dari sikap kita terhadap orang itu, kalau kita menghormati orang tersebut maka imbal baliknya orang tersebut bahkan akan lebih menghormati kita.
Dan mungkin banyak lagi hal disekeliling kita yang dapat kita ambil sebagai pembelajaran untuk saling menghargai dan menghormati meski ada perbedaan bukan berarti harus menjadi perpecahan.
2010/10/21 whe - en <whe.en9999@gmail.com>
~~~~~
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment