Monday, November 1, 2010

[Milis_Iqra] Mbah Maridjan Tumbal Perewangan Gunung Merapi

Ada yang bisa mengcompare antara masalah Ghaib ini dengan science…  karena memang mostly orang2 daerah pedaleman jawa “kejawennya” lebih kuat….

 

========================

 

Mbah Maridjan Tumbal Perewangan Gunung Merapi

Oleh: Ki Dibjo Pujo Asmoro

http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=58222

 

Gunung Merapi benar-benar meletus dan menewaskan 33 orang. Bahkan, jagad makhluk halus ikut terguncang. Mereka lari terbirit-birit dan kocar kacir lantaran tempat kediamanya hancur berantakan. Sang alam pun murka. Allah pun memperlihatkan kekuatannya.

 

Tangisan haru dan caci maki terlontar, kenapa Gunung Merapi meletus. Apakah tidak dapat dicegah oleh manusia atau sekalipun oleh perewangan gunung Merapi? Munkinkah Allah sudah muak melihat tingkah manusia yang seenaknya sendiri dalam mengolah dan mengeksploitasi tanah dan hutan sekitarnya. Sehingga alam dan ekosistem yang hidup menjadi tak terkendali. Andai manusia mau berfikir kenapa mesti terjadi?

 

Siapa saja sesungguhnya yang hidup di alam sekitar hutan gunung Merapi. Dalam kaca mata batin Ki Dibjo, alam hutan gunung Merapi adalah sebuah tempat latihan perang atau medan pertempuran prajurit Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul.

 

Ketika sang ratu murka, maka yang terjadi adalah meletusnya gunung Merapi. Gunung ini akan terus meletus sampai kemarahan sang ratu reda. Kenapa sampai sang ratu murka? Tak lain hanya karena prajuritnya lalai dalam menjaga hutan dan memperingatkan bangsa manusia untuk selalu memberikan hasil buminya kepada sesama manusia di sekitar lereng gunung Merapi.

 

Itulah manusia, ketika hasil bumi melimpah, dia tak bergeming untuk memberikan sesaji dan hasil bumi ke sesamanya di hutan gunung Merapi. Sementara itu prajurit kerajaan Nyai Ratu Kidul yang tinggal di hutan Merapi juga ikut dipersalahkan. Sebagai prajurit yang menjaga wilayah kekuasan kerajaan, tak ikut serta melestarikan hutan yang didiami. Mereka lupa akan nikmatinya dunia yang mereka tempati. Mereka tak sinergi dengan bangsa manusia.

 

Rupanya Mbah Maridjan alias Mas Panewu Sarekso Hargo, juru kunci Gunung Merapi itu telah terikat perjanjian dengan Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul, penguasa dataran Jawa. Bahwa kakek tua itu tak boleh meninggalkan gunung Merapi sekalipun sehari. Sebab menjaga hutan di lereng gunung Merapi itu tak boleh seenaknya. Bila sampai ditinggal maka para prajurit, anak buah sang Ratu itu akan melalaikan tugasnya dan akan kacau berantakan menjaga singgasana sang ratu. Tentu saja ini akan menggoyang kedudukan singgasana sang ratu. Ratu akan merasakan getaran ini. Ratu pasti marah dan akan memberi hukuman.

 

Salah satu hukuman bagi prajuritnya dan manusia yang tinggal di lereng gunung Merapi adalah akan ada bencana yang bakal menimpanya. Seperti meletusnya gunung Merapi. Tak heran tempat ini setiap tahun akan jadi perayaan atau sesembahan kepada penguasa gunung Merapi. Keraton Yogyakarta pasti ikut merayakan. Di sinilah peringatan kerja sama bangsa makhluk halus lewat kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul dengan raja raja Mataram kala itu. Perayaan itu sekaligus peringatan agar bangsa manusia dan makhluk halus untuk bekerjasama melestarikan gunung Merapi.

 

Sebab banyak sekali prajurit kerajaan musuh sang ratu yang mengintai dan menyusun strategi untuk menghancurkan dan merebut kerajaan Pantai Ratu Selatan di dataran Jawa. Mbah Marijan dan leluhurnya ini oleh sang Ratu diberi ilmu gaib yang bisa berkomunikasi dengan makhluk halus. Bahkan bisa melihatnya. Dia salah satu prajurit kerajaan bangsa halus yang diberi tugas menjaga hutan gunung Merapi. Dia juga diberi kekuasaan untuk mengawasi gerak gerak prajurit. Setidaknya, Mbah Maridjan kedudukannya lebih tinggi dari prajurit. Karena dia adalah jembatan antara kerajaan Pantai Selatan dan kerajaan Mataram atau Ngayogyakarta.

 

Selain sebagai prajurit kerajaan bangsa halus, Mbah Marijan ini mempunyai tugas untuk menjaga ekosistem di lereng gunung merapi. Jangan sampai hutan di sekitar gunung Merapi ditebas. Bila itu dilakukan manusia, akibatnya fatal dan Gunung Merapi meletus seperti yang terjadi beberapa hari lalu.

 

Tugas telah diemban oleh Mbah Marijan dan leluhurnya dengan baik. Namun Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul berkehendak lain. Dia dijemput oleh sang Kuasa dengan manis. Sang juru kunci rupanya harus kembali ke haribaan Allah. Peraturan tetap peraturan.Dan harus ditegakan. Siapapun yang salah pasti mendapat hukuman. Mbah Marijan menjadi tumbal perewangan gunung Merapi. Kini sang ratu dan Sultan Ngayogyakarta sedang berdiskusi untuk menunjuk siapa yang akan diberi tugas ke depan. Selamat jalan Mbah Maridjan.

 

 

No comments:

Post a Comment