Semoga bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua supaya lebih
berhati-hati dalam memilih pemimpin.
Pemimpin Boneka Kayu
Anda pernah melihat seni pertunjukkan boneka kayu?
Di Indonesia tidak populer, tetapi di negeri-negeri lain populer,
seperti Jepang atau China. Kalau di Barat, kita mengenal boneka kayu,
Pinokio. Dalam seni boneka kayu itu, sebuah boneka kayu terlihat
bergerak, menari, berputar-putar, dll. di sebuah panggung kecil yang
telah disiapkan secara khusus. Boneka itu tentu tidak bisa bergerak
sendiri. Ia digerakkan oleh tali-tali dari atas panggung. Seorang dalang
yang tangannya lincah dan terlatih menggerakkan boneka itu dengan benang
atau tali.
Untuk menjadi sebuah boneka kayu yang handal, tidak dibutuhkan
keistimewaan tertentu. Cukup dia memiliki bentuk yang bagus, kayunya
diolah rapi, dicat dengan mengkilat, lalu diberi pakaian yang lucu.
Biasanya tidak ketinggalan memakai topi untuk pelengkap. Kalau cerita
yang dimainkan rumit, properti dan kostum lebih bervariasi.
Filosofi "Pinokio" Banyak Dipakai di Negara-negara Muslim Pontensial
(seperti Indonesia ini).
Dalam politik, seorang pemimpin kadang disifati seperti: boneka kayu.
Mengapa demikian? Sebab, tugas utama pemimpin itu hanya tampil di
panggung politik saja, dengan tanpa memiliki independensi sama sekali.
Dia tidak memiliki ide, pikiran, gagasan, visi, missi, empati,
pembelaan, wibawa, dll. Sama sekali tidak ada. Sebab tugas inti dia
hanya tampil di depan umum dengan performa rapi, gagah, memberi harapan,
menebar janji, dan penuh wibawa. Tugas utamanya hanya di lapangan
ENTERTAINMENT POLITIK, bukan dalam kepemimpinan riil.
Apakah ada pemimpin politik yang seperti "boneka kayu" itu?
Ada, dan ini sangat nyata. Pemimpin seperti Hosni Mubarak di Mesir
termasuk golongan pemimpin seperti ini. Hosni Mubarak itu tidak pernah
berpikir untuk memajukan kehidupan rakyatnya yang mayoritas Muslim itu.
Tugas pokok Hosni ialah: Menjaga politik Mesir agar terus menjadi
penyangga kepentingan Israel. Coba perhatikan kebijakan-kebijakan
politik luar negeri Mesir, tak ada yang bertentangan dengan kepentingah
Israel.
Untuk melancarkan missi itu, Hosni Mubarak harus terus memimpin Mesir,
sampai dirinya wafat. [Ada yang mengatakan, Hosni Mubarak sudah wafat.
Orang yang muncul di permukaan selama ini adalah orang yang serupa
dengan dia. Wallahu A'lam bisshawaab].
Tentu saja kebijakan politik Hosni Mubarak itu amat sangat dibenci oleh
aktivis-aktivis Islam di Mesir. Hosni Mubarak sadar dengan hal itu. Maka
selama memimpin Mesir, Hosni Mubarak dikelilingi oleh level keamanan
terbaik di dunia. Dia amat sangat dijaga dari resiko serangan, sabotase,
pembunuhan, dll. Hosni amat dijauhkan dari rakyatnya, tidak boleh
bersentuhan dengan rakyat, kecuali secara formal belaka.
Sejatinya, posisi Hosni Mubarak adalah seperti "boneka kayu". Dia tampil
di panggung politik, tetapi sebatas tampil saja. Tidak memiliki ide,
visi, missi, independensi, empati, dll. Semua kekuatan kepemimpinannya
dilucuti. Hosni hanya sebagai "boneka kayu", sedang ada kekuatan lain
(asing) yang mengendalikan dirinya. Upaya yang sama pernah akan
dilakukan terhadap pemimpin Syria, tetapi gagal.
Kasus yang mirip dengan Hosni Mubarak ini ada di Afghanistan, di bawah
Hamid Karzai, di Irak di bawah Nuri Al Maliki, atau di Pakistan di bawah
mantan Presiden Pervez Musharraf. Kesemua pemimpin itu adalah "boneka
kayu" yang tidak memiliki nyali, independensi, dan ruh kepemimpinan sama
sekali.
Politik Boneka: "Mengutamakan Citra Zhahir, Tanpa Realitas Bathin."
Di bawah pemimpin bertipe "boneka kayu", amanah kehidupan rakyat
diabaikan. Missi negara akhirnya diarahkan untuk melayani kepentingan
asing (kolonial), dengan tidak menghiraukan kepentingan rakyat sama
sekali. Dulu, dalam sejarah Indonesia, cara serupa juga ditempuh Kompeni
Belanda. Mereka mengangkat Bupati, Wedana, bahkan Raja, yang menjadi
boneka-boneka politik. Bupati, Wedana, atau Raja itu bekerja untuk
melanggengkan kepentingan penjajah Belanda. Rakyat menjadi korban,
Belanda pesta-pora dengan aneka kekayaan jarahan; dan pejabat-pejabat
boneka itu dan keluarganya hidup makmur, sebagai penjilat kolonial.
Ternyata, sejarah berulang kembali…
Soekarno, Soeharto, dan Habibie… ketiganya masih dianggap sebagai
pemimpin yang memiliki ide, gagasan, visi, missi, empati, pembelaan,
harga diri. Tetapi setelah periode mereka berlalu, tidak satu pun
pemimpin Indonesia yang memiliki independensi. Semuanya seperti "boneka
kayu". Apalagi pemimpin yang sejak 2004 memimpin Indonesia, sangat
kelihatan sekali karakter "boneka kayu"-nya.
Ciri pemimpin "boneka kayu" sederhana saja:
(a) Peran utamanya membangun citra kepemimpinan, ya semacam
pertunjukan politik begitulah; (b) Pemimpin seperti itu tidak
memiliki independensi, ide, gagasan, visi, missi, empati, dll.
sebab seluruh sisi kebijakan politiknya dikendalikan oleh
kepentingan asing (kolonial); (c) Missi utama pemimpin seperti
itu ialah melayani kepentingan asing (kolonial), bukan untuk
kebaikan rakyat negerinya sendiri.
Pemimpin "boneka kayu" biasanya selalu menekankan citra, seraya tidak
bisa memberikan makna berarti bagi rakyatnya. Ya itu wajar, sebab job
description tugasnya memang hanya sebatas itu. Dia akan sangat sensitif
kalau ada gangguan dalam soal pencitraan; tetapi tidak sensitif kalau
ada gangguan terhadap hak-hak rakyatnya.
Pemimpin seperti itu juga biasanya menerapkan sistem sekuriti sangat
tinggi. Kemanapun dia berjalan akan selalu dikelilingi oleh sistem
penjagaan luar biasa. Dia benar-benar dijaga agar tidak tersentuh oleh
siapapun yang memusuhi dirinya. Misalnya, ketika berkunjung ke sebuah
lokasi banjir di Papua, dia harus memakai kapal militer dengan
persenjataan penuh. Ini hanya contoh saja.
Para kolonial yang notabene "dalang" yang menggerakkan "boneka kayu"
itu, mereka sudah memikirkan tingkat sekuriti sangat tinggi untuk
menjaga boneka-boneka politik yang sedang mereka kendalikan. Itu sudah
dipikirkan sangat matang. Persis seperti penjagaan yang diberikan kepada
Hosni Mubarak, Hamid Karzai, Nuri Al Maliki, juga Perves Musharraf.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran, bahwa:Jaringan
kolonialisme dunia itu sudah sedemikian hebat, merambah negeri-negeri
Muslim, sehingga mampu memaksakan boneka-boneka mereka untuk memimpin
negeri-negeri itu, demi kepentingan ekonomi mereka.
Tiada izzah, selain hanya bersama agama Allah Ta'ala.
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment