Konfik Internal Gedung Putih kembali Menelan Korban
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Philip Crowley telah menjadi korban perseteruan internal Gedung Putih terkait pembocoran WikiLeaks. Ia mengundurkan diri setelah mencela perlakuan departemen pertahanan terhadap tersangka tentara AS, yang membocorkan dokumen militer dan kabel diplomatik ke WikiLeaks.
Crowley melepas bahasa diplomatisnya pada Jumat saat ditanya mengenai penyiksaan AS terhadap seorang prajurit, Bradley Manning dalam diskusi media baru dan diplomasi di Institut Teknologi Massachusetts (MIT). Manning, ditahan pada Juni saat bertugas di Irak di tengah dugaan ia telah menyebar sejumlah dokumen rahasia pemerintah AS kepada WikiLeaks, yang kemudian dipublikasikan dan dapat diakses oleh seluruh dunia.
Crowley mengatakan, perlakuan Pentagon kepada Manning, termasuk kurungan isolasi dan dipaksa tidur dalam keadaan telanjang, merupakan menggelikan, kontraproduktif dan bodoh. Ditambahkannya, "Meski demikian, Bradley Manning berada di tempat yang tepat. Terkadang perlu memiliki kerahasiaan untuk mengembangkan kepentingan diplomatik AS." Pernyataan itu telah membangkitkan kemarahan Presiden Barack Obama dan Pentagon dan Crowley pun terpaksa melepaskan jabatannya.
Saat ini, sikap Washington terkait perilisan kawat diplomatik oleh WikiLeaks dan nasib Julian Assange serta Bradley Manning, telah menjadi ujian besar bagi pemerintah AS dalam membela hak asasi manusia dan gerakan kebebasan media. AS senantiasa menempatkan dirinya sebagai pembela gerakan kebebasan media dan perluasan internet. Dalam banyak kasus, Washington memanfaatkan isu-isu tersebut untuk menekan negara-negara lain.
AS berkali-kali menuding pemerintah-pemerintah yang menentang kebebasan dan membatasi akses internet, sebagai diktator. Namun, ketika adidaya itu sendiri menghadapi kasus serupa, mereka langsung membungkam orang-orang yang bertindak membocorkan aktivitas negara itu.
Gedung Putih meminta salah satu situs jejaring sosial untuk menyerahkan informasi personal pengguna WikiLeaks kepada pejabat keamanan AS. Angkatan Udara AS bahkan melarang personilnya untuk mengakses situs WikiLeaks.
Metode penanganan orang-orang yang membocorkan dokumen rahasia AS, juga mengindikasikan pelanggaran nyata hak asasi manusia oleh negara itu. Beberapa waktu lalu, Amnesti International menyatakan, pemerintah AS memperlakukan Bradley Manning secara tidak manusiawi. Kepala Amnesti International untuk AS, Susan Lee menuturkan, Manning tidak diberi bantal atau selimut dan setiap lima menit diganggu tidurnya. Ia terkadang juga diminta untuk melepas seluruh pakaian kecuali celana dalam.
Sementara, saat terjadi kasus yang sama di negara-negara lain, AS melancarkan propaganda besar-besaran dan melontarkan berbagai tudingan. Sikap seperti itu membuktikan bahwa AS hanya menjadikan isu HAM dan kebebasan informasi sebagai alat politik untuk menekan lawan. Washington sama sekali tidak bersedia bersikap sebagaimana ia menganjurkan negara-negara lain. (IRIB/RM/SL)
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment