Guardian: Arab Saudi Picu Perang di Kawasan Teluk
Koran The Guardian dalam laporannya menyebutkan intervensi Arab Saudi di Bahrain dengan mengurim pasukannya ke negara yang tengah dilanda krisis ini. Sikap Riyadh ini dinilai dapat memicu konflik dan friksi di kawasan Teluk Persia.
Penguasa Bahrain yang memimpin negara ini selama lebih dari 200 tahun mengundang militer Arab Saudi untuk membantu mereka menumpas aksi demo rakyat. Menurut Fars News, Koran The Guardian cetakan Inggris, pengamat mengkhawatirkan munculnya konflik antar negara Teluk Persia.
Partai al-Wefaq Bahrain sebagai kubu oposisi terkuat menilai intervensi militer Arab Saudi sebagai pengumuman perang. Kubu ini menekankan,"Kami menilai masuknya militer asing ke wilayah Bahrain dengan persenjataan lengkap sebagai bentuk nyata penjajahan."
Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) juga mengirim tentaranya ke Bahrain untuk membantu menumpas demonstrasi rakyat. Amerika Serikat yang memiliki pangkalan militer di Bahrain mendukung penuh langkah Arab Saudi.
The Guardian menulis, dukungan AS atas langkah Arab Saudi selaras dengan perubahan kebijakan luar negeri Washington yang mengutamakan demokrasi ketimbang stabilitas.
Koran al-Quds al-Arabi menyebut langkah Riyadh di Manama sangat berbahaya. "Petinggi Arab Saudi yang senantiasa menolak intervensi apapun di urusan internalnya telah melupakan kebijakannya ini dan malah mencampuri urusan internal negara lain," tulis al-Quds al-Arabi. (IRIB/Fars/MF)
------------------------
Oposisi Bahrain: Berarti Arab Saudi Ingin Berperang!
Saeed al-Shehabi, seorang pemimpin oposisi Bahrain, memperingatkan jika Arab Saudi tidak segera menarik pasukannya dari Bahrain, maka akan tersulut perang baru di seluruh kawasan Teluk Persia.
Dalam wawancaranya dengan Press TV hari ini (15/3) al-Shehabi mengatakan, "Saudi lebih baik menarik kembali pasukannya... karena jika tidak maka akan ada konsekuensi buruk."
"Ini dapat memantik perang baru di kawasan ini, karena aksi tersebut merusak keseimbangan kekuatan regional yang merupakan sebuah fenomena sangat vital khususnya di saat revolusi dan tuntutan rakyat harus diutamakan," tegas al-Shebabi.
Tokoh oposisi itu juga menyatakan kekhawatirannya soal kemungkinan pasukan Saudi tidak akan meninggalkan Bahrain, karena sejarah membuktikan bahwa ketika Riyadh mengirim pasukan ke Kuwait dan Yaman, militer Saudi tidak pernah ditarik kembali dari dua negara tersebut.
Ditambahkannya, "Kekhawatiran kami adalah jika mereka (Saudi) menduduki sejumlah wilayah Bahrain, terutama ladang minyak kolektif Abu Safah, yang dibagi 50 persen antara kedua negara."
"Situasi saat ini cenderung memburuk dan lebih tegang. Dikhawatirkan banyak warga yang akan terbunuh sia-sia," tutur al-Shehabi.
Senin (13/3), Arab Saudi, Kuwait, Uni emirat Arab, Oman, dan Qatar, mengirim ribuan pasukan militernya ke Bahrain menyusul permintaan dari pemerintah Manama dalam rangka meredam protes rakyat.
Terinspirasi dari keberhasilan revolusi rakyat Tunisia dan Mesir, warga Bahrain yang mayoritasnya bermazhab Syiah juga menggelar demonstrasi sejak pertengahan Februari lalu, dalam rangka menunut menuntut penggulingan rezim monarki dan perubahan undang-undang.
Para demonstran mendirikan ratusan tenda di Bundaran Mutiara, yang menjadi pusat konsentrasi para demonstran di Manama. Sejak protes dimulai hingga kini tercatat tujuh warga tewas. (IRIB/MZ/SL)
----------------------
Saudi Mengaku Kirim Pasukan ke Bahrain
Arab Saudi mengklaim pengiriman ribuan pasukannya ke Bahrain adalah dalam rangka mengantisipasi "ancaman keamanan" dari negara jirannya itu dan juga dalam upaya meredam eskalasi aksi protes anti-pemerintah.
Kantor berita Arab Saudi SPA melaporkan, pemerintah Riyadh dalam sebuah pernyataannya menyebutkan, "Dewan Menteri Arab Saudi menyatakan telah mereaksi permintaan pemerintah Manama untuk membantu Bahrain."
Disebutkan bahwa dalam perjanjian enam-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk [Persia] (P-GCC) "segala bentuk ancaman keamanan dari sebuah negara anggota dinilai sebagai ancaman terhadap semua anggota."
Seorang pejabat Saudi Senin (13/3) mengatakan bahwa lebih dari 1.000 tentara dari negara-negara angoota P-GCC telah dikirim ke Bahrain.
Di lain pihak, kelompok oposisi Bahrain menilai segala bentuk intervensi militer asing dinilai sebagai aksi pendudukan.
Seorang tokoh oposisi Bahrain mengatakan, "Kami menilai kehadiran tentara, atau kendaraan militer, ke wilayah Bahrain, sebagai sebuah pendudukan nyata dan konspirasi terhadap rakyat tak bersenjata Bahrain."
Ia juga menyeru masyarakat internasional untuk segera bertindak dalam memberikan perlindungan kepada rakyat Bahrain dari bahaya intervensi militer asing."
Sementara itu, para pengunjuk rasa terus melanjutkan unjuk rasa mereka di Bundaran Mutiara. Kali ini mereka memprotes invasi pasukan asing ke Bahrain.
Intervensi militer Arab Saudi itu terjadi dua hari setelah Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, berkunjung ke Manama dan berdialog Raja Syeikh Hamad bin Isa Al Khalifa.
Gates menekankan agar Raja Bahrain melakukan "reformasi signifikan" secepatnya. (IRIB/MZ/SL)
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment