Menggapai Timur Tengah Islami (1)
Merebaknya gerakan kebangkitan rakyat di kawasan Timur Tengah, mulai dari negara-negara di Teluk Persia hingga utara Afrika menentang rezim-rezim diktator memunculkan sebuah pertanyaan mendasar, "Benarkah Timur Tengah Baru sedang terbentuk? Jika demikian, lantas bagaimanakah masa depan Timur Tengah nantinya? Akan ke mana Timur Tengah bergerak? Deretan pertanyaan tersebut kini kian santer dibicarakan di kalangan politisi dan media-media dunia, terutama di pusat-pusat kekuatan Barat. Sedemikian cepatnya arus transformasi di kawasan paling sensitif di dunia ini, sampai-sampai AS dan sekutu Eropanya tertegun melihatnya.
Terkait masalah ini, mingguan Der Spiegel terbitan Jerman mencatat, "Kerusuhan dan protes luas rakyat di Timur Tengah belakangan ini telah berubah menjadi mimpi buruk bagi Barat. Sulit sekali bagi mereka untuk mempercayai bagaimana kebangkitan rakyat regional itu bisa menyeruak. Padahal situasi saat ini tak berselang begitu jauh dengan saat-saat ketika para petinggi Eropa ramai berkunjung ke Timur Tengah dan para dubes mereka melaporkan situasi aman dan stabil di kawasan ini. Mereka juga tahu betul bagaimana kediktatoran para penguasa negara-negara Teluk Persia dan Arab lainnya".
Lebih jauh majalah Jerman itu menambahkan, "Dulu, negara-negara Barat percaya bahwa di kedalaman rezim-rezim yang gagal terdapat tempat yang aman. Namun kini situasi telah berubah. Masa-masa tenang dan aman itu sudah tak ada lagi. Dan kini bangsa-bangsa telah bangkit dan sadar. Setelah gelombang revolusi rakyat mengguncang Afrika Utara, sekarang giliran negara-negara Teluk Persia yang mesti menghadapinya".
Memahami penyebab dan akar persoalan yang memunculkan kebangkitan rakyat menentang rezim-rezim otoriter di Timur Tengah merupakan faktor penting dalam menganalisa dan menilai secara obyektif fenomena tersebut dan bagaimana meramalkan situasi berikutnya. Penilaian obyektif itu terasa lebih urgen lagi lantaran AS dan Eropa kini tengah gencar berusaha mengambil keuntungan dari tranformasi di kawasan. Dengan mengusung slogan-slogan demokrasi dan kebebasan, mereka berusaha memposisikan dirinya sebagai pendukung gerakan rakyat Timur Tengah. Tak hanya itu saja, Barat bahkan berusaha menyesatkan opini publik internasional mengenai akar persoalan yang melatarbelakangi gelombang revolusi tersebut.
Selama ini, Timur Tengah senantiasa menjadi pusat perhatian dunia lantaran posisinya yang sangat strategis. Lebih dari 60 persen cadangan minyak dunia berada di kawasan ini. Dari sisi geopolitik, Timur Tengah merupakan kawasan persilangan yang menghubungkan Asia, Eropa dan Afrika. Sementara dari sisi sosial-budaya, Timur Tengah merupakan tempat kelahiran peradaban-peradaban kuno dan tiga agama besar: Yahudi, Kristen, dan Islam. Keistimewaan inilah yang menjadikan Timur Tengah senantiasa menjadi pusat sengketa dan persaingan kekuatan-kekuatan besar untuk menguasai kawasan strategis ini.
Sebegitu strategisnya Timur Tengah sampai-sampai negara adidaya seperti AS yang letaknya ribuan kilo meter dari kawasan kaya minyak ini begitu ambisius mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menguasai dan mengontrol Timur Tengah dan menjadikannya sebagai poros utama kebijakan hegemoniknya atas dunia. Namun dengan munculnya gelombang revolusi rakyat Timur Tengah baru-baru ini yang sedemikian cepat mengubah peta politik regional, maka inflitrasi dan kekuasaan AS di kawasan pun dihadapkan pada tantangan dan guncangan yang sangat serius.
Beberapa waktu lalu, saat para petinggi Paman Sam getol melontarkan soal proyek Timur Tengah Baru, Washington berharap bahwa gelombang anti-kezaliman di kawasan dapat diberangus dengan mengandalkan tiga unsur, yaitu: hadirnya kekuatan militer AS di kawasan, dukungan terhadap rezim-rezim diktator, dan sokongan kuat terhadap gerakan intelektualisme pro-Barat. Invasi Irak dan Afghanistan bahkan membuat Washington sedemikian angkuhnya hingga begitu latah mengumbar ancaman perang kepada Tehran.
Namun dengan kekalahan rezim zionis Israel dalam perang 33 hari melawan gerakan muqawama rakyat Lebanon, proyek Timur Tengah Baru garapan AS terancam gagal hingga akhirnya benar-benar mati setelah Hamas berhasil meraih kemenangan saat mematahkan agresi 22 hari rezim zionis di Jalur Gaza.
Melihat kegagalan bertubi-tubi AS di dunia, Barack Obama pun mengusung slogan perubahan untuk menebus harga diri AS di mata publik internasional yang sudah tercoreng begitu hina. Namun seperti kebiasaan para pemimpin AS selama ini, slogan perubahan itu pun hanya sekedar slogan belaka. Hanya dengan sedikit memodifikasi, Obama masih saja melanjutkan kebijakan militeristik warisan George W. Bush. Ironisnya, nasib AS masih juga naas. Tak heran jika para pakar strategi AS kini kian disibukkan untuk mencari jawaban mengapa Washington sedemikian gagal dalam merealisasikan kebijakannya di Timur Tengah?
Untuk memahami lebih dalam kegagalan kebijakan AS di Timur Tengah, kita perlu menengok sedikit ke belakang. Sekitar satu dekade lalu, AS menjadikan tragedi 11 September 2001 sebagai dalih dan motor pemercepat kebijakannya di Timur Tengah. Seiring dengan itu, para pakar strategis Paman Sam lantas meluncurkan proyek Timur Tengah Raya yang kemudian direvisi menjadi Timur Tengah Baru. Agenda utama dari proyek tersebut di antaranya adalah pementasan perang "antisipatif", pembentukan pemerintahan yang berdasarkan model liberal demokrasi dan penyebaran budaya liberal Barat.
Namun tak lama kemudian, penggunaan praktek keunggulan militer di Afghanistan dan Irak dan proyek penyebaran demokrasi Barat ternyata juga layu sebelum berkembang. Mengomentari masalah ini, Ketua Dewan Hubungan Luar Negeri AS Richard Hass menandaskan, "AS harus menjauhi dua kesalahan di Timur Tengah. Kesalahan pertama, berpijak terlalu berlebihan pada kekuatan militer. Kesalahan kedua adalah memperhitungkan munculnya demokrasi untuk menenangkan kawasan".
Tindakan akhir AS berdasarkan proyek Timur Tengah Raya dan Timur Tengah Baru selama satu dekade belakangan bukan hanya gagal mengubah kawasan menjadi seperti apa yang didambakan Washington tetapi justru kian menyulut sentimen anti-AS. Bangsa-bangsa regional bahkan semakin tersadarkan dengan niat buruk AS di balik kebijakan militeristiknya di kawasan dan kebohongan slogan demokrasi yang dipromosikan Washington. Apalagi kemunafikan AS itu begitu nyata terpampang di depan mata. Gedung Putih yang mengklaim hendak mewujudkan demokrasi di Timur Tengah ternyata justru menjadi pendukung utama rezim-rezim diktator di kawasan. Dengan demikian, bisa dikata bahwa kebangkitan rakyat Timur Tengah sejatinya merupakan jawaban yang tepat bangsa-bangsa regional terhadap arogansi AS dan sekutunya.
Di sisi lain, jika kita tengok kembali secara komprehensif perkembangan akhir di Mesir, Tunisia, Libya, Yaman, Bahrain dan negara-negara non-demokratis lainnya tampak nyata bahwa revolusi rakyat Timur Tengah pada satu sisi berakar pada kebebasan berpikir dan kebangkitan Islam sementara di sisi lainnya terinspirasi oleh Revolusi Islam Iran.
Revolusi Islam Iran telah menyadarkan masyarakat muslim di kawasan dan menjadi faktor pemicu untuk menemukan kembali jati diri mereka. Kebangkitan Islam rakyat Iran telah kian memperkuat keyakinan beragam masyarakat muslim dan menjadi faktor utama munculnya kesadaran untuk kembali kepada Islam di kalangan para cendikiawan khususnya di dunia Arab. Selain itu, Revolusi Islam Iran juga berperan penting dalam mempercepat proses kebangkitan Islam di kalangan negara-negara muslim. Tak berlebihan jika, nilai-nilai universal Islam seperti penentangan terhadap kezaliman, tuntutan kebebasan dan keadilan telah menjadi nilai-nilai populis yang kian merakyat di kalangan masyarakat muslim.
Sejatinya, kebangkitan Islam di kawasan bergerak jauh melampaui kebangkitan pan nasionalisme Arab. Kebangkitan Islam telah mampu memobilisasi kekuatan rakyat sehingga menjadikan muqawama Islami sebagai solusi perjuangan dalam menghadapi arogansi musuh. Solusi ini telah memberikan kepercayaan diri kepada masyarakat muslim bahwa bukan mustahil untuk menundukkan kekuatan rezim zionis dan AS. Kebangkitan dan muqawama Islam telah mendorong kawasan menuju babak baru perubahan menuju Timur Tengah Islami.
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment