Quote fr artikel
Nah, dalam hal ini orang-orang Ahmadiyah memang jagonya, sebagaimana elite-elite aliran dan paham sesat lainnya seperti LDII, Syi'ah dan sebagainya
(Whe-en)
Maksudnya selain ahmadiyah, LDII, syi'ah juga sesat mas djojo?
Harus dibubarkan juga ga kalau sesat?
Terimakasih
Whe-en
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Rekayasa Ahmadiyah Cari Dukungan Musuh Islam
Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede*
***
Pucuk pimpinan dan para petinggi Ahmadiyah jelas bukan orang yang innocence atau lugu. Perhatikan saja elite-elite Ahmadiyah saat tampil di depan publik, terkesan cerdas. Namun demikian, kecerdasan belum tentu sejalan dengan keimanan dan belum tentu memperoleh hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kecerdasan itu bila berada di jalan kesesatan, cenderung menjadi licik. Salah satu wujud licik adalah berbohong. Nah, dalam hal ini orang-orang Ahmadiyah memang jagonya, sebagaimana elite-elite aliran dan paham sesat lainnya seperti LDII, Syi'ah dan sebagainya.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang disembah dengan haq) kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Namun, sesungguhnya Muhammad yang mereka maksud dalam dua kalimat syahadat tadi, adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dalam sebuah buku berjudul Memperbaiki Kesalahan yang ditulis oleh H.S. Yahya Pontoh dan diterbitkan oleh Jemaah Ahmadiyah Bandung (1993), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Muhammad pada syahadat mereka bukanlah Muhammad bin Abdullah yang lahir di Makkah Al-Mukarramah, tetapi "Ahmad" alias Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India, yang merupakan nabi para penganut Ahmadiyah Qadiyan.
Sekali lagi, Nama MUHAMMAD dalam syahadat tersebut menurut para pengikut/tokoh Ahmadiyah adalah Nabi/Rasul mereka, yaitu Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India, sebagaimana tercantum dalam buku Memperbaiki Kesalahan, karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya Pontoh, dan diterbitkan oleh Jemaah Ahmadiyah cabang Bandung, tahun 1993, pada halaman 5 tertulis:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
"Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul_" (Kitab Tadzkirah halaman 97).
Itulah dusta dan liciknya Ahmadiyah: ayat yang jelas-jelas mengenai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, namun diputar balikkan menjadi Allah SWT menyebutku (maksudnya Mirza Ghulam Ahmad sebagai) Muhammad dan Rasul.
Apa yang disebut wahyu dalam kitab Ahmadiyah yakni Tafzkirah lalu lafal Muhammad diselewengkan maksudnya menjadi Mirza Ghulam Ahmad itu sejatinya adalah ayat Al-Qur'an. Inilah ayat yang dibajak Ahmadiyah, kemudian dipalsukan maknanya, lalu digunakan untuk menjelaskan bahwa syahadat Ahmadiyah sama dengan syahadat Islam namun maknanya beda:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ [الفتح/29]
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS Al-Fath/ 48: 29).
Lafal Muhammad di situ tidak dapat dibajak-bajak apalagi dipalsu menjadi Mirza Ghulam Ahmad, karena berkaitan pula dengan pujian terhadap sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya ditunjukkan dengan pujian Allah terhadap mereka:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا [الفتح/18]
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon[1399], maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)[1400]. (QS Al-Fath/48: 18) |
[1399]. Lihat no. [1396]. [1396]. Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad s.a.w. beserta pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan 'umrah dan melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan. Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kamu muslimin. Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa Utsman telah dibunuh. Karena itu Nabi menganjurkan agar kamu muslimin melakukan bai'ah (janji setia) kepada beliau. Merekapun mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu disebut Bai'atur Ridwan. Bai'atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah. [1400]. Yang dimaksud dengan kemenangan yang dekat ialah kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar. |
Jelaslah dari dua ayat (QS Al-Fath 29 dan Al-Fath: 18) itu lafal Muhammad hanyalah khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yakni bin Abdullah lahir di Makkah yang kemudian para sahabatnya berbai'at di bawah pohon, lalu mengadakan perjanjian Hudaibiyah dengan kafirin Quraisy.
Ketika ada yang disebut wahyu dari Allah mengklaim ayat itu lalu makna Muhammad adalah Mirza Ghulam Ahmad itu jelas dusta. Namun dusta itu justru untuk mendustai pula, yakni bunyi syahadatnya sama dengan syahadat Islam namun maknanya beda. Ini dusta atas nama Allah membuahkan dusta atas nama syahadat. Betapa beraninya mereka dalam berdusta.
Demikian di antara bukti tingginya sikap licik dan dusta Ahmadiyah.
***
Meski menyebut Mirza Ghulam Ahmad lengkap dengan sebutan Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun Abdul Basith dalam rangka taqiyyah kala itu menyebut Mirza Ghulam Ahmad "hanya" sebagai mursyid. Menurut salah seorang aktivis Ahmadiyah Lahore, gara-gara ucapannya itu Abdul Basith sempat dimarahi oleh pimpinan pusatnya di London: "Mirza Ghulam Ahmad itu nabi!" Begitu mereka memarahi Abdul Basith Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Indonesia.
Dengan kekuatan akal liciknya, mereka berusaha meyakinkan bahwa Mirza Ghulam Ahmad "hanya" budak Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukan Muhammad itu sendiri, dengan cara-cara yang berlebihan, "bahasa pasaran" sekarang lebay (berlebihan, dilebih-lebihkan), bahkan sesat menyesatkan. Karena, tidak ada bukti sejarah bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu budak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Budak adalah orang kafir yang berperang melawan Muslimin lalu tertawan, maka jadi budak, dan boleh memerdekakan diri dengan cara menebus.
Upaya-upaya bohong di atas adalah bagian dari cara kelompok Ahmadiyah merekayasa simpati, tentunya dalam rangka memperoleh dukungan. Begitu juga ketika berhadapan dengan para wakil rakyat (anggota DPR RI) yang terhormat, mereka berusaha menarik simpati khalayak dengan mengklaim bahwa WR Supratman (1903-1938) pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah pengikut Ahmadiyah. Rasanya, pengakuan sepihak kalangan Ahmadiyah itu masih perlu dikonfirmasi kepada pihak keluarga besar WR Supratman. Benarkah demikian?
Lagi pula, tidak disebutkan secara jelas, apakah WR Supratman pernah menjadi bagian dari komunitas Ahmadiyah Qadian atau Ahmadiyah Lahore? Yang jelas, bagi Ahmadiyah Qadian (JAI, Jemaat Ahmadiyah Indonesia), siapa saja yang tidak mengakui kenabian Mirza Ghulam Ahmad adalah kafir. Termasuk Ahmadiyah Lahore (GAI, Gerakan Ahmadiyah Indonesia), yang "hanya" menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai mujaddid (pembaharu) juga dinyatakan kafir. Padahal sama-sama memalsu Islam pula. (Lihat artikel Hartono Ahmad Jaiz, Ahmadiyah Qodyan dan Ahmadiyah Lahore sama-sama Pemalsu Islam). Kalau toh benar WR Supratman pengikut Ahmadiyah, tidak ada pengaruhnya dengan fakta kesesatan Ahmadiyah (Qadian maupun Lahore).
Jadi, sudah sejak awal kehadirannya di Indonesia, Ahmadiyah (Qadian dan Lahore) sudah ditolak umat Islam, bukan baru kemaren sore, ketika Fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah dirilis ke hadapan publik pada Juni 1980 (Rajab 1400 H), dalam Musyawarah Nasional II MUI di Jakarta.
Abdul Basith dan laron-laron AKKBB menuding Fatwa MUI 2005 menjadi pemicu tindak kekerasan terhadap Ahmadiyah, setidaknya sejak 2007 sebagaimana disebutkan di atas. Data tersebut jelas tidak akurat. Karena, kekerasan terhadap Ahmadiyah sudah berlangsung sejak tahun 2000 di masa Presiden Abdurrahman Wahid, dan Ketua MPR dijabat Amien Rais. Pemicunya, ucapan Tahir Ahmad yang sesumbar akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengikut Ahmadiyah terbesar di dunia.
Dalam bilangan hari, kekerasan terhadap pemukiman Ahmadiyah terjadi. Namun tidak diberitakan secara intensif oleh media massa, dan tidak banyak menuai komentar dari para pendukungnya, karena laron-laron itu belum mengorganisasikan diri ke dalam wadah cair bernama AKKBB. Mungkin karena dananya belum turun dari London. Jangan juga heran bila AKKBB dirilis ke publik sekitar Juni 2008, mungkin untuk mengenang satu windu kehadiran Tahir Ahmad.
Kenapa dikaitkan dengan dana?
Dijawab, dari Ahmadiyah.
Dari jemaat Ahmadiyah. Tiap anggota ditarik dana seperenambelas (dari penghasilannya) perbulan.
Pembaca yang kami hormati, dalam kasus semacam ini, kadang orang non Islam pun kurang mampu untuk memahami tingkah polah di antara tokoh-tokoh yang mengaku Islam namun membela yang memalsu Islam dan yang sesat-sesat. Sampai-sampai ketika Dawam Rahardjo jadi pembicara di depan para aktivis gereja di Balai Sarbini di Semanggi Jakarta beberapa tahun lalu, ada yang bertanya setelah selesainya pemaparan Dawam. Pertanyaannya: Lantas, kalau begitu, apa yang telah Pak Dawam lakukan?
Dawam Rahardjo kurang lebihnya menjawab, bahwa dirinya dalam keadaan sakit-sakit panas-panas mendemo Menteri Agama untuk membela Lia Eden dan Ahmadiyah.
Jadi, membela kesesatan yang amat sangat sesat itu justru dibangga-banggakan… Sementara itu orang yang dipameri pun belum tentu senang dengan apa yang dipamerkan itu. Murka Allah Ta'ala sudah jelas, sedang kecintaan manusia yang mau dikais-kaisnya belum tentu didapat. Betapa ruginya.
***
Kasus Cikeusik
Dalam konteks ini, kasus Cikeusik, Pandeglang, pada 6 Februari 2011 lalu, diduga merupakan rekayasa Ahmadiyah untuk menarik simpati masyarakat luas, bahkan dunia internasional. Suparman tokoh Ahmadiyah Cikeusik tidak menolak ketika aparat keamanan mengevakuasi dirinya sekeluarga untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun Deden Sujana, yang mengaku sebagai kepala kemananan nasional Ahmadiyah, dengan dalih menjaga aset Ahmadiyah di Cikeusik, pasca dievakuasinya Suparman, justru menolak tawaran aparat untuk meninggalkan lokasi meski sudah disampaikan adanya kemungkinan penyerbuan dari warga masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Deden ketika itu seperti menantang mengatakan: "Lepasin saja. Biar saja kita bentrok, biar seru. Kan asyik Pak. Masa kita diginiin diem saja Pak. Biar banjir darah di sini."
Akhirnya bentrokan terjadi. Pemicunya, karena pihak Ahmadiyah memulainya. Deden meninju bagian muka salah seorang pentolan penyerang berpita biru. Kemudian diiringi dengan lemparan batu dan benda-benda lainnya. Sebelumnya, ajakan Suparta untuk berdialog dibalas dengan sabetan clurit, sehingga Suparta harus dirawat di rumah sakit dengan sejumlah jahitan.
Boleh jadi, bagi Ahmadiyah, pengorbanan tiga nyawa anggota mereka sangat sebanding dengan hasil yang diraihnya yaitu simpati masyarakat luas hingga manca negara. Apalagi, pihak Ahmadiyah sudah mempersiapkan diri dengan sistem pendokumentasian video yang cukup terlatih. Apalagi ada dukungan dari Andreas Harsono dari HRW (Human Right Watch) yang mengunggah (upload) file digital kasus kekerasan itu ke media publik You Tube, terutama bagian-bagian yang menguntungkan Ahmadiyah.
Bila boleh berandai-andai, seandainya Suparta tidak dibacok oleh pihak Ahmadiyah, boleh jadi kekerasan tidak timbul sebegitu. Tapi, kemungkinan pengorbanan itu sudah diperkirakan pihak Ahmadiyah. Bagi mereka, itu merupakan bentuk kongkrit "jihad" membela agamanya, keyakinannya terhadap nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad sang pendusta. Mereka merasa mati syahid. Padahal, tidak ada mati syahid dalam membela kesesatan, dalam membela nabi palsu.
Kasus Cikeusik rupanya telah dijadikan semacam inspiring moment bagi sebagian kalangan. Misalnya, kalangan syi'ah. Kasus penyerangan Pesantren Yapi, Pasuruan, Jawa Timur salah satu wujud kongkritnya. Menurut Munir Shohih Sekretaris Ahlussunah wal Jama'ah (Aswaja), ketika sekitar seratus jamaah Aswaja usai menghadiri undangan maulud Nabi di Singosari, mereka melintas di depan Pesantren Yapi. Tiba-tiba iring-iringan jama'ah Aswaja ini dilempari batu yang berasal dari dalam Pesantren Yapi. Maka terjadilah aksi balasan.
Sikap satpam pesantren Yapi yang membuka pintu gerbang dan "mempersilakan" jamaah Aswaja masuk, seolah-olah membuka peluang selebar-lebarnya untuk terjadinya aksi balasan yang tidak sekedar adu mulut. Dan kenyatannya, itulah yang terjadi. Maka, simpati pun mengalir, meski tidak sederas simpati yang mengalir kepada pihak Ahmadiyah pasca kasus Cikeusik. Yang jelas, umat Islam kembali jadi tertuduh. Sekelompok organisasi dikambinghitamkan bahkan diancam untuk dibubarkan.
Dalam tempo singkat, umat Islam jadi tertuduh. Pendukung kesesatan berada dalam posisi yang teraniaya dan patut didukung. Manipulasi opini seperti ini ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa menghasilkan kebakaran.
Merekayasa simpati dalam rangka meraih dukungan yang luas, juga menjadi semacam modus operandi bagi seseorang yang berhajat menduduki kursi number one di Indonesia. Ketika musim pemilu sudah kian dekat, ia memposisikan diri sebagai sosok yang teraniaya, terdzalimi secara politis. Pancingannya berhasil ketika salah seorang tokoh partai membalas sikapnya dengan ejekan "seperti anak kecil". Maka, simpati pun mengalir. Hasilnya, ia mendapat dukungan suara terbanyak di antara kandidat pemimpin nasional kala itu. Hingga kini.
Kalau di dunia ini mereka masih bisa tertawa-tawa dengan rekayasa yang mereka lakukan untuk mengusung dan membela kesesatan, maka rekayasa itu siksanya kelak tidak akan menimpa kecuali pada pembuat dan pelakunya.
وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ [فاطر/43]
فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا [الفتح/10]
"…maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar." (QS Al-Fath/ 48: 10).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [يونس/23]
Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yunus/ 10: 23).
Rekayasa Ahmadiyah mencari simpati itu hanyalah menambah kerugian besar.
1. Mengukuhkan dan melestarikan penyembahan terhadap Mirza Ghulam Ahmad. Karena syahadat yang mereka palsu maknanya itu diambil dari kitab Ahmadiyah, Tadzkirah. Sedang Tadzkirah itu memuat apa yang mereka sebut wahyu dari Allah namun isinya menuhankan Mirza Ghulam Ahmad. Yaitu Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ
Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu. (Tadzkirah, halaman 436).
2. Pengakuan bahwa Tuhan itu dari diri Mirza Ghulam Ahmad adalah seperti pengakuan Fir'aun yang mengaku dirinya Tuhan yang Maha Tinggi. Dan itu mengakibatkan adzab di dunia maupun di akherat:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (15)
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (16) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ وَالْأُولَى (25) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى [النازعات/15-26]
16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
17. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
18. dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)."
19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"
20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
21. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai.
22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya
24. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi."
25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (QS An-Nazi'at/79: 15-26).
3. Adzab di akherat mengepung pemimpin yang mengaku dirinya Tuhan dan pengikutnya.
3. وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46) وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ (47) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ [غافر/45-48]
"…dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
46. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." |
[1324]. Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit. |
47. Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"
48. Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)." (QS Mu'min/ Ghafir/ 40:45-48).
1. Para pendukung dan pembela Ahmadiyah sangat rugi besar, karena berarti mereka sadar atau tidak sejatinya sama dengan mengiklankan diri bahwa diri mereka adalah sangat sesat sebagaimana Ahmadiyah yang mereka dukung. Ketika mereka (pentolan-pentolan NU, LSM, Liberal, sepilis –sekuleris, pluralis agama dan liberalis, sebagian pejabat-pejabat, AKKBB dan kaum munafiqin) tadinya saat belum mendukung Ahmadiyah, mereka masih belum tampak secara jelas kesesatannya. Namun begitu mereka membela Ahmadiyah, maka jelaslah kesesatan mereka. Hingga orang awam pun (bila teguh Islamnya) maka faham betul bahwa ternyata mereka sesat.
Mengenai pembela nabi palsu (terkena juga bagi orang yang membela pengikut nabi palsu, seperti membela Ahmadiyah hakekatnya membela nabi palsu pula), dalam Musnad Al-Humaidi diriwayatkan:
3. - حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِىُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ ظَبْيَانَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِى حَنِيفَةَ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ قَالَ لِى أَبُو هُرَيْرَةَ : أَتَعْرِفُ رَجَّالاً؟ قُلْتُ : نَعَمْ. قَالَ : فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ :« ضِرْسُهُ فِى النَّارِ أَعْظَمُ مِنْ أُحُدٍ ». فَكَانَ أَسْلَمَ ثُمَّ ارْتَدَّ وَلَحِقَ بِمُسَيْلِمَةَ. )مسند الحميدي - مكنز - (3 / 409)(
Dari Imran bin Dhabyan dari seorang dari Bani Hanifah (suku yang ada nabi palsunya, Musailimah Al-Kadzdzab) bahwa ia mendengarnya, dia berkata, Abu Hurairah berkata kepadaku: Kenalkah kamu (seorang bernama) Rajjal? Aku jawab: ya. Dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Gigi gerahamnya (Ar-Rajjal) di dalam neraka lebih besar daripada Gunung Uhud". Dia dulunya masuk Islam kemudian murtad dan bergabung dengan Musailimah (Nabi palsu). (Musnad Al-Humaidi).
Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para pembela Ahmadiyah pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena Ahmadiyah adalah pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, "Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
4. إن فيكم لرجلا ضِرْسُهُ فِى النَّارِ أَعْظَمُ مِنْ أُحُدٍ
"Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud."
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah." Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah Al-Kadzdzab).
Pantas saja, Ahmadiyah yang memalsu Islam itu banyak pembelanya di sini. Lha wong jeroan mereka –hinga lego lilo / tulus ikhlas membela pengikut nabi palsu– kurang lebihnya seperti itu. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Tiada daya (untuk melaksanakan perintah-perintah Allah) dan tiada kekuatan (untuk menjauhi larangan-Nya) kecuali karena Allah.
*Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede, penulis buku Kuburan-Kuburan Keramat di Nusantara, insya Allah dibedah di IBF Senayan Jakarta, Ruang Anggrek, Kamis 10 Maret 2011 jam 13.00.
---=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment