Tuesday, January 3, 2012

[Milis_Iqra] SUNNAH & SYI'AH, BERSANDINGAN ?

 

SUNNAH & SYI'AH, BERSANDINGAN ? MUSTAHIL

Oleh
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA
http://almanhaj.or.id/content/3118/slash/0

Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan
sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran
yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan
baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan
merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan
barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi'ah, dengan menutup mata dari berbagai
penyelewengan sekte Syi'ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat
barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh
keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui
tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti
sekte Syi'ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus
sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?

PANDANGAN AKIDAH AHLUS SUNNAH & KEYAKINAN SYI'AH TENTANG ALLAH AZZA WA JALLA
Sebagai seorang Muslim, Anda pasti beriman bahwa sesembahan Anda hanyalah
Allah Azza wa Jalla. Dialah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya,
dan Dia pula yang mengatur semuanya. Demikianlah keyakinan umat Islam secara
umum dan syari'at dalam al-Qur'ân:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu pula. Perintah
Allah terus-menerus berlaku di antara alam langit dan alam bumi, agar kamu
mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. [at-Thalâq/65:12]

Umat Islam meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan takdir
seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu kejadian pun kecuali atas
kehendak-Nya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ آللَّهُ مَقَا دِيْرَ الْخَلاََ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةِ – قَلَ – وَعَرْ ِثهُ عَلىَ الْمَاءِ

Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum
Dia menciptakan langit dan bumi, dan 'Arsy-Nya berada di atas air. [HR.
Muslim]

Pada suatu hari, Sahabat Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu 'anhu memberikan
petuah kepada putranya dengan mengatakan:

يَا بُنًىَّ إنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا
لأَصَا بَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ
لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ :
(إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ آللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ اكيُبْ،
قَالَ:رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قاَلَ:اكتُبْ مَقَا دِيْرَ كُلَّ شَىْءِ حَتَّى
تَقُومَ السَّا عَةُ) يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ
صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ :(مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا
فَلَيْسَ مِنِّي)

Wahai anakku!, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan manisnya iman
hingga engkau percaya bahwa sesuatu yang (ditakdirkan) menimpamu, tidak
mungkin meleset darimu. Sebaliknya, sesuatu yang ditakdirkan luput darimu,
tidak mungkin menimpamu. Aku mendengar Rasulullâh bersabda, "Sesungguhnya
pertama kali Allah menciptakan al-Qalam (Pena), Ia berfirman kepadanya,
"Tulislah". Mendengar perintah itu, al-Qalam berkata, "wahai Rabbku, apa
yang harus aku tulis? Allah berfirman, "Tulislah takdir segala sesuatu
hingga Kiamat tiba". (Lalu Sahabat Ubâdah bin Shâmit melanjutkan petuahnya
dengan berkata), "Wahai anakku! aku telah mendengar Rasulullâh bersabda,"Barang
siapa mati di atas keyakinan menyelisihi keyakinan ini, maka ia tidak
termasuk dari golonganku". [HR. Abu Dâwud]

Demikianlah sekelumit tentang akidah umat Islam tentang Allah Azza wa Jalla.
Akan tetapi, tahukah Anda apa ideologi sekte Syi'ah ? Simaklah ideologi
mereka dari riwayat yang termaktub dalam kitab terpercaya mereka, yaitu
Al-Kâfi karya al-Kulaini :

Abu Hâsyim al-Ja'fari menuturkan, "Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah
Abul Hasan (Ali bin Muhammad-pen) 'alaihissalâm sepeninggal putranya Abu Ja'far
(Muhammad-pen). Kala itu aku berencana mengatakan, "Seakan kejadian yang
menimpa Abu Ja'far dan Abu Muhammad (al-Hasan bin Ali ) pada saat ini serupa
dengan yang dialami oleh Abul Hasan Mûsa dan Ismâîl putra Ja'far bin
Muhammad 'alaihimussalâm. Kisah keduanya (Ali dan Muhammad bin Muhammad)
serupa dengan kisah keduanya (Mûsa dan Ismâîl bin Ja'far), dikarenakan Abu
Muhammad al-Murji menjadi imam sepeninggal Abu Ja'far 'alaihissalâm.
Tiba-tiba Abul Hasan menatapku sebelum aku sempat mengucapkan sepatah
katapun, lalu ia berkata, "Benar, wahai Abu Hâsyim, Allah memiliki pendapat
baru tentang Abu Muhammad sepeninggal Abu Ja'far yang sebelumnya tidak Dia
ketahui. Sebagaimana sebelumnya muncul pendapat baru pada Mûsa (bin Ja'far)
sepeninggal Ismâîl (bin Ja'far) suatu pendapat baru yang selaras dengan
keadaannya. Kejadian ini sebagaimana yang terbetik dalam jiwamu, walaupun
orang-orang yang sesat tidak menyukainya." [1]

Demikianlah Saudaraku! sekte Syi'ah meyakini adanya perubahan pada
pengetahuan dan kehendak Allah Azza wa Jalla, sehingga dia berubah pendapat
dan keinginan karena terjadi sesuatu yang di luar pengetahuan dan
kehendak-Nya.

Menurut hemat Anda, mungkinkah seorang Muslim memiliki keyakini semacam
ini?!

NABI MUHAMMAD VERSI AHLUS SUNNAH & SYI'AH
Saudaraku! Anda pasti mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi seorang
Muslim ialah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar bahwa sesembahan Anda
hanya Allah Azza wa Jalla dan Muhammad bin 'Abdillâh Shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah utusan Allah Azza wa Jalla. Dan di antara konsekuensi dari
persaksian bahwa beliau adalah utusan Allah Azza wa Jalla ialah meyakini
bahwa beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyampaikan seluruh wahyu
Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.

Oleh karena itu, pada saat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di
Padang Arafah, beliau bertanya tentang hal ini kepada para Sahabat:

أَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟

Kalian pasti akan ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan?
Simaklah jawaban umat Islam yang menghadiri khutbah beliau ini:

قَالُوا : نَِْشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ
بإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْ فَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى
النَّاسِ : (اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ) ثَلاَثَ مَرَّاتِ رواه
مسلم

Para Sahabat menjawab, "Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan,
menunaikan dan mengemban risâlah dengan sempurna tanpa ada sedikit pun
campuran. Lalu beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah langit lalu
menunjuk ke arah para Sahabat seraya berdoa, "Ya Allah, persaksikanlah, Ya
Allah persaksikanlah (sebanyak tiga kali)." [HR.Muslim]

Saya yakin, Anda dan juga seluruh umat Islam di seantero dunia pun demikian,
bersaksi bahwa beliau telah sepenuhnya menunaikan amanah, menegakkan agama
dan menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.

Akan tetapi, tahukah Anda, apa kira-kira sikap dan keyakinan sekte Syi'ah?
Anda ingin tahu? Temukan jawabannya pada pengakuan tokoh revolusioner
mereka, yaitu al-Khomaini berikut ini:

لَقَدْ أَثبَتْنَا فِى بِدَايَةِ هَدِاالْحَد ِيْثِ بِأَنَّ النَّبِيِّ أحْجَمَ
عَنِ التَّطَرُّقِ إِلَى اْلإِمَامَةِ فِيْ الْقُرْآنِِ، لِخَشيَتِهِ أَنْ
يُصَا بَ الْقُرآبُ بِا لتَّحْرِيْفِ، أَوْ أَنْ تَشْتَدَّ الْخِلاَفَاتُ
بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَيُؤَثِّرُ ذَلِكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ

Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari
membicarakan masalah imâmah (kepemimpinan) dalam al-Qur'ân; [2] karena
beliau khawatir al-Qur'ân akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang
sengit di tengah-tengah kaum Muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi
masa depan agama Islam." [3]

Al-Khomaini belum merasa cukup dengan menuduh Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam merasa gentar untuk menyampaikan ayat-ayat imâmah kepada umatnya.
Lebih jauh, dengan tanpa merasa bersalah, al-Khomaini menuduh Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penyebab terjadinya seluruh perpecahan
dan peperangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam sepeninggal beliau:

وَوَاضِحٌ بِأَنَّ النَّبِيَّ لَوْ كَانَ قَدْ بَلَغَ بِأَمْرِ اْلإِمَامَةِ
طَبَقًا لِِمَا أَمَرَ بِهِ اللَّهُ، وَبَذَلَ الْمَسَا عِيَ فِيْ هَذَا
الْمَجَالِ، لَمَا نَشَبَتْ فِيْ اْلبُلدَانِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ كُلُّ هَذِهِ
اْلإِخْتِلاَفَاتِ وَالْمُشَا حَنَاتِ وَالْمَعَارِكِ، وَلَمَا ظَهَرَتْ
ثَمَّةَ خِلاَفَاتٌ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْ عِهِ

Sangat jelas bahwa andai Nabi telah menyampaikanperihal imâmah
(kepemimpinan), sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia
benar-benar mengerahkan segala upayanya dalam urusan ini, niscaya tidak akan
pernah terjadi berbagai perselisihan,persengketaan dan peperangan ini di
seluruh belahan negeri Islam. Sebagaimana di sana tidak akan muncul
perselisihan dalam hal ushûl (prinsip) dan juga cabang furû' (cabang)
agama." [4]

Mungkin Anda berkata, "Ah ini hanya salah tulis al-Khomaini saja, dan tidak
mewakili ideologi kaum Syi'ah."

Tunggu sejenak Saudara! Coba Anda bandingkan ucapan al-Khomaini di atas
dengan dua riwayat berikut:

Al-Kulaini meriwayatkan bahwa Imam Abu 'Abdillâh Ja'far Ash-Shâdiq,
menyatakan:

لَوْ لاَ نَحْنُ مَا عُبِدَ آللَّهُ

Andai bukan karena kami, niscaya Allah tidak akan pernah diibadahi. [5]

Mufti sekte Syi'ah pada abad ke-11 H, yang bernama al-Majlisi menambahkan
riwayat di atas menjadi:

لَوْ لاَ هُمْ، مَا عُرِفَ آللَّهُ وَلاَ يَدْرِيْ كَيْفَ يَعْبُدُ الرَّ
حْمَنَ

Andai bukan karena para imam, niscaya Allah tidak akan dikenal, dan tidak
akan ada yang tahu bagaimana beribadah kepada Ar-Rahmân (Allah). [6]

Apa perasaan dan pendapat Anda setelah membaca dua riwayat yang termaktub
dalam dua referensi terpercaya umat Syi'ah ini?

Berdasarkan kedua riwayat ini, kira-kira apa peranan dan jasa Nabi Muhammad
menurut sekte Syi'ah? Mereka meyakini bahwa hingga sepeninggal Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, umat manusia belum juga mengetahui bagaimana
harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Kalaulah bukan karena jasa para
imam umat Syi'ah, maka tidak ada manusia yang bisa shalat, puasa, zakat,
haji dan lainnya. Saudaraku! sebagai seorang Mukmin, dapatkah batin Anda
menerima tuduhan keji sekte Syi'ah ini kepada Nabi Anda?

Coba sekali lagi Anda bandingkan kedua riwayat ini dengan ucapan al-Khomaini
di atas. Al-Khumaini beranggapan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam sumber petaka yang menimpa umat ini. Berbagai persengketaan,
pertumpahan darah dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah umat
berawal dari kegagalan beliau dalam menyampaikan wahyu Allah Azza wa Jalla,
terutama yang berkaitan dengan "alimâmah" (kepemimpinan).

Perkenankan saya bertanya, "Menurut hemat Anda, apakah kedua riwayat dan
juga ucapan al-Khomaini di atas mencerminkan syahadat "Muhammad Rasulullâh"
? Sebagai seorang Muslim yang bersaksi bahwa Muhammad bin `Abdullâh adalah
Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, apa perasaan Anda membaca kedua
riwayat dan ucapan al-Khomaini di atas ? Kuasakah Anda untuk menutup mata
dan telinga dari fakta ini, lalu Anda bergandengan tangan dengan orang-orang
yang meyakini demikian itu tentang Nabi Anda?

SAHABAT DALAM AKIDAH AHLU SUNNAH & KEBENCIAN SYI'AH
Saudaraku, bila Anda mencermati sejarah para nabi dan umatnya, niscaya Anda
dapatkan bahwa Sahabat setiap nabi adalah orang-orang pilihan dan generasi
terbaik dari umat nabi tersebut. Kesimpulan Anda ini benar adanya dan
selaras dengan sabda Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam :

مَا مِنْ نَبِيِّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ
أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْ خُذُونَ بِسُنَّيِهِ وَيَقْتَدُونَ
بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعدِ هِمْ خُلُو فٌ يَقُو لُنَ مَا
لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفَعَلُونَ مَا لاَ يُؤْ مَرُو نَ

Tidaklah ada seorang nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku,
kecuali ia memiliki para pendamping dan sahabat setia, yang senantiasa
mengikuti ajarannya dan berpedoman dengan perintahnya. Sepeninggal mereka,
datanglah suatu generasi yang biasa mengatakan sesuatu yang tidak mereka
perbuat, serta melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. [HR. Muslim]

Demikian pula halnya dengan Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam,
Sahabat beliau adalah generasi terbaik dari umat Islam. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗوَلَوْ آمَنَ أَهْلُ
الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚمِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ
الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.[Ali
Imrân/3:110]

Saya yakin, Anda pun meyakini bahwa generasi pertama dari umat Islam yaitu
para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dari
umat Islam. Bukankah demikian, Saudaraku !

Akan tetapi, tahukah Anda, siapakah Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di mata umat Syi'ah? Anda ingin tahu, silahkan simak riwayat-riwayat
mereka berikut:

عَنْ سُديْرٍ عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ
أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَألِهِ سَنَةً،
إِلاَّ ثَلاَثَةٌ : فَقُلْتُ : وَ مَنْ الثَّلاَثَةُ ؟ فَقَالَ : الْمِقْدَادُ
بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ،
وَقَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِيْنِ دَارَتْ عَلَيْهِمُ الرَّحَى وَأَبَؤْا أَنْ
يُبَا يِعُوْا حَتَّى جَاؤُوْا بِأَمِيْرِ الْمُؤْ مِنِيْنَ مُكرَهًا فَبَا
يَعَ

Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja'far (Muhammad bin Ali bin
al-Husain) 'alaihissalâm, "Dahulu sepeninggal Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang.
As-Sudair pun bertanya, "Siapakah ketiga orang tersebut?"dia menjawab,
al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi, lalu
beliau berkata, "Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan
pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar As-Shiddîq-pen) hingga
didatangkan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thâlib) alaihissalâm dalam keadaan
terpaksa, lalu beliaupun berbaiat. [7]

Syaikh Mufîd (wafat tahun 413 H) juga meriwayatkan dari Abu Ja'far (Muhammad
bin Ali bin al-Husain) 'alaihissalâm:

اِرْ تَدَّ النَّا سُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
وَآلِهِ إِلاَّ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ
ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، ثُمَّ إِنَّ النَّا سَ
عَرَفُوْا وَلَحِقُوْا بَعْدُ

Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam kecuali tiga orang, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan
Salmân al-Fârisi. Kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali
masuk Islam." [8]

Dalam riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tetap mempertahankan
keislamannya menjadi empat orang:

Mereka meriwayatkan dari Abu Ja'far, bahwa ia berkata:

إِنَّ رَسُوْ لَاللََّهِ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ لَمَّا قُبِضَ،
صَارَالنَّاسُ كُلُّهُمْ أَهْلَ جَا هِلِيَّةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةُ : عَلِيٌّ
والْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ وَأَبُوْذَرٍّ

Sesungguhnya tatkala Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal
dunia,seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyah,kecuali empat orang
saja: yaitu Ali, al-Miqdâd, Salmân dan Abu Dzar." [9]

Saudaraku! Apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang
termaktub dalam kitabkitab terpercaya agama Syi'ah di atas?

Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika
membaca riwayat-riwayat itu? Betapa tidak, para Sahabat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.

Saudaraku! Coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama
riwayat-riwayat di atas.

Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut ? Pada
riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan
dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan
maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar
al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi.

Bila demikian adanya, lalu bagaimana halnya dengan Ali bin Abi Thâlib,
Fâtimah binti Rasulullâh dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain ?
Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap
berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk
dari ketiga orang tersebut ?

Demikianlah Saudaraku ! Umat Syi'ah mempropagandakan sebagai para pencinta
Ahlul Bait dan pembela mereka. Akan tetapi, faktanya, mereka menghinakan
Ahlul Bait, bahkan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Bila Anda
tidak percaya, silahkan buktikan dan datangkan satu riwayat saja yang
menyebutkan bahwa Ahlul Bait tidak termasuk yang murtad sepeninggal Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Saya yakin Anda tidak akan menemukan riwayat
tersebut, walau Anda membaca seluruh kitab Syi'ah.

Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam 'Amir bin Syurahil
asy-Sya'bi untuk berkata tentang sekte Syi'ah, "Kaum Yahudi dan Nasrani
memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi'ah. Bila
dikatakan kepada kaum Yahudi, "Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu?
Niscaya mereka menjawab, "Tentu para Sahabat Nabi Mûsa. Dan bila dikatakan
kepada kaum Nasrani, "Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya
mereka menjawab, "Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi 'Isa.
Akan tetapi, bila dikatakan kepada agama Râfidhah (Syi'ah), "Siapa orang
terjelek dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, "Tentu para Sahabat
sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad."

Saudaraku! Mungkin Anda bertanya-tanya, "Mengapa para pengikut agama Syi'ah
begitu membenci para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, terutama
ketiga Khulafâ'ur Râsyidin yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsmân? Saudaraku!
Benarkah Anda merasa penasaran ingin mengetahui biang kebencian mereka
kepada para Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam? Obatilah rasa
penasaran Anda dengan jawaban seorang pakar yang telah kenyang dengan
pengalaman dalam menghadapi para penganut Syi'ah. Tokoh tersebut adalah Abu
Zur'ah ar-Râzi rahimahullah. Beliau menyampaikan hasil studi dan pengalaman
beliau pada ucapannya berikut, "Bila engkau dapatkan seseorang mencela
seorang Sahabat Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ketahuilah
bahwa ia adalah orang zindîq (kafir yang menampakkan keislaman). Alasannya,
karena kami meyakini bahwa Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam pasti
benar, dan al-Qur'ân juga pasti benar. Sedangkan yang menyampaikan al-Qur'ân
dan Sunnah Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah para Sahabat.
Dengan demikian, sesungguhnya orang yang mencela para saksi (perawi) kami
(yaitu para Sahabat), hendak menggugurkan al-Qur'ân dan Sunnah. Karena itu,
merekalah yang lebih layak untuk dicela." [Riwayat al-Khathîb al-Baghdâdi
didalam kitab Al-Kifâyah Fî 'Ilmir Riwâyah]

AHLUL BAIT MENURUT AKIDAH ISLAM DAN DONGENG SYI'AH
Ahlul Bait atau karib kerabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki
kedudukan dan keutamaan yang begitu besar. Wasiat Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam berikut, cukuplah sebagai bukti akan keutamaan dan kemulian mereka
:

(أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُهَا النَّا سُ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرُ، يُوْشِكُ
أَنْ يَأْتِىَ رَسُوْلُ رَبِّى فَأُجِيْبَ، وَأَنَا تَارِكُ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ
أَوَّ لُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، فَهُدُوْابِكِتَابِ
اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوابِهِ) فَحَثَّ عَلَى كِتِابِ اللّهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ،
ثُمَّ قَالَ : (وَأَهْلُ بَيْتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِيْ،
أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ
بَيتِي

Amma ba'du, ketahulilah wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia
biasa, tidak berapa lama lagi akan datang utusan Allah, dan aku pun memenuhi
panggilan-Nya. Aku tinggalkan di tengahtengah kalian dua hal besar; pada hal
pertama terdapat petunjuk dan cahaya. Hendaknya engkau semua mengamalkan
kitab Allah dan berpegang teguh dengannya." Selanjutnya beliau menganjurkan
umatnya untuk berpegang teguh dengan Kitâbullâh. Selanjutnya beliau berkata:
(Dan juga Ahlu Baiti (keluargaku), aku mengingatkan kalian agar takut kepada
Allah dalam memperlakukan keluargaku, aku mengingatkan kalian agar takut
kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, dan aku mengingatkan kalian
agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku." [HR. Muslim].

Tidak heran bila Ahlus Sunnah senantiasa mencintai, menghormati dan
mengagungkan karib kerabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagai
buktinya, banyak dari mereka yang menamakan putra-putri mereka dengan
nama-nama Ahlul Bait. Bukan hanya itu, Ahlus Sunnah senantiasa membaca
shalawat, baik bacaan shalawat ketika duduk tahiyat dalam shalat maupun di
luar shalat untuk Ahlul Bait. Bukankah demikian Saudaraku? Tidakkah ini
cukup sebagai bukti bahwa umat Islam mencintai Ahlul Bait?

Tidak heran bila Imam As-Syâfi'i rahimahullah berkata:

إِنَّ كَانَ رَفْضاً حُبُّ آلِ مُحَّمَدش فَلْيَشْهَدِ الشَّقَلاَنِ أَنِّي
رَافِضِي

Andai kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad disebut Râfidhah, Hendaklah
seluruh jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah seorang Râfidhah.

Akan tetapi, benarkan ajaran Râfidhah atau Syi'ah hanya sebatas mencintai
Ahlul Bait? Untuk menjawab pertanyan ini, simaklah riwayat-riwayat yang
mereka imani berikut:

Al-Kulaini dalam kitabnya Al-Kâfi meriwayatkan dari Abu 'Abdillâh Ja'far
Ash-Shadîq :

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةَ لِْلإِمَامِ، يَضَعُهَا حَيْثَ
يَشَاءُ، وَيَدْ فَعُهَا إِلَى مَنْ يَشَاءُ

Tidakkah engkau sadar, bahwa dunia dan akhirat adalah milik sang imam,
sehingga ia bebas meletakkannya sesuai dengan kehendaknya dan menyerahkannya
kepada orang yang ia kehendaki?

Belum cukup hebat, sehingga mereka masih merasa perlu untuk merekayasa
riwayat berikut dari Sahabat Ali:

نَهْنُ خَزَّانُ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ وَسَمَا ئِهِ، وَأَنَا أُ حْيِيْ وَأَنَا
اُمِيتُ، وَأَنَا حٍَيٌّ لاَ أَمُوْ تُ

Kami adalah para penjaga (kekayaan dan ilmu Allah di bumi dan di langit,
akulah yang menghidupkan dan akulah yang mematikan, serta aku senantiasa
hidup dan tidak akan pernah mati. [10]

Karena kedudukan imam dalam syariat Syi'ah, tidak heran bila tokoh
revolusioner mereka pada abad ini, yaitu Ayatullâh al-Khomaini dengan tanpa
rasa sungkan menyatakan:

إِنَّ تَعَالِيْمَ اْلأَئِمَّهةِ كَتَعَا لِيْمِ القُرْآنِ، لاَتَخُصُجِيْلاً
خَا صاً وَإِنََّمَا هِيَ تَعَا لِيْمُ لِلْجَمِيْعِ فِيْ كُلِّ عَصْرٍ
وَمِصْرَ وَإِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، يَجِبُ تَنْفِيْذُهَا وَاتِّبَا عُهَا

Sesungguhnya ajaran para imam sama halnya dengan ajaran al-Qur'ân, tidak
diperuntukkan khusus bagi generasi tertentu. Ajaran para imam adalah ajaran
yang berlaku untuk semua, di setiap masa, negeri dan hingga hari kiamat,
wajib diterapkan dan dijadikan panutan." [11]

Saudaraku! Dari sedikit penuturan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya, bila
demikian kedudukan seorang imam dalam syari'at Syi'ah, apakah mereka telah
menobatkan mereka sebagai tuhan mereka?

Untuk mengobati rasa penasaran Anda, berikut ini saya sebutkan beberapa nama
tokoh terkemuka Syi'ah yang dengan membaca namanya, Anda dapat mengetahui
jawaban pertanyaan Anda:

• Abdul Husain bin Ali (wafat tahun 1286 H), ia adalah seorang tokoh
terkemuka agama Syi'ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan Syaikhul
'Irâqain (Syaikh kedua Irak/ Irak & Iran).
• 'Abdul Husain al-Amini at-Tabrizi (1390 H), penulis buku Al-Ghadir.
• 'Abdul Husain Syarafuddîn al-Musâwi al 'Amili (1377H), penulis buku Abu
Hurairah, kitab Kalimatun Haulaar Riwâyah, Kitab An Nash wa Al Ijtihâd,
Al-Murâja'ât, & kitab Al-Fushûll Muhimmah. [12]
• 'Abdul Husain bin al-Qâshim bin Shâleh al-Hilly (wafat tahun 1375 H).
• 'Abduz Zahrâ' (Hamba az-Zahra'/Fatimah) al-Husain, penulis kitab Mashâdiru
Nahjil Balâghah wa Asâniduhu.

Saudaraku! Inilah ideologi yang oleh para penganut Syi'ah disebut dengan
kecintaan kepada Ahlul Bait. Kultus, ekstrim dalam memuja mereka dengan
menyematkan sebagian sifat-sifat Allah k kepada mereka. Coba Anda bandingkan
para imam dalam ajaran Syi'ah dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
salalm tentang dirinya sendiri berikut ini:

(لاَتُطْرُوْنِي كَمَا اَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا
عَبْدُهُ، فَقُولُوْا عَبْدُ اللّّهِ وَرَسُوْ لُهُ)

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh kaum Nasrani kepada'Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah
seorang hamba, maka katakanlah :" Hamba Allah dan Utusan-Nya." [Muttafaqun
'alaih]

Demikianlah syariat yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam memuji dan mencintai; cinta dan pujian tanpa berlebih-lebihan.
Selanjutnya, kembali kepada Anda, meneladani Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam ataukah mempercayai sekte Syi'ah.

Setelah membaca penjelasan singkat ini, mungkin Anda menjadi penasaran dan
bertanya, "Sebenarnya, apa sikap para tokoh yang dianggap sebagai imam-imam
sekte Syi'ah. Mungkinkah mereka merestui kultus dan berbagai ideologi sekte
Syi'ah ini?

Saudaraku! Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, saya mengajak Saudara untuk
bersama-sama membaca pernyataan mereka yang termaktub dalam berbagai
referensi terpercaya sekte Syi'ah.

Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu 'anhu menggambarkan perihal
orang-orang Syi'ah dalam ucapannya berikut:

يَا أَشْبَاهَ الرِّجَالِ وَلاَ رِجَالَ، حُلُوْم اْلأَطْفَالِ وَعُقُولَ
رَبَّتِ الْحِجَِالِ، لَوَدِدْتُ أَنِّيْ لَمْ أَرَكُمْ وَلَمْ أَعْرِفْكُمْ
مَعْرِفَةً، وَاللَّهِ جُرْتُ نَدَمًا وَأَعْقَبْتُ ذَمًا، قَاتَلَكُمُ
اللَُّهُ، لَقَدْ مَلَأْتُمْ قَلبِيْ قَيْحًا وَشَحَنْتُمْ صَدْرِيْ غَيْظًا
وَجَرَ عْتُمُوْنِيْ نَغِبالْتِهمَامَ أَنْفَاسًا وَأَفْسَدْتُمْ عَلَيَّ
رَأْيِيْ بِالْعِصْيَانِ وَالْخِذْلاَنِ

Wahai orang-orang yang berpenampilan lelaki, akan tetapi tidak ada seorang
pun yang berjiwa lelaki,berperilaku kekanak-kanakan, berpikiran layaknya
kaum wanita. Sungguh, aku berangan-angan Andai aku tidak pernah menyaksikan,
dan tidak mengenal kalian sama sekali. Sungguh demi Allah, aku telah
dirundung penyesalan, dan memikul celaan. Semoga Allah membinasakan kalian,
sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan kebencian, membanjiri dadaku
dengan kemarahan. Kalian juga telah memaksaku untuk menanggung kegundahan,
menghancurkan kecerdasanku dengan perilaku kalian yang senantiasa
membangkang dan berkhianat." [13]

Abu Ja'far Muhammad bin Ali al-Bâqir (imam sekte Syi'ah ke-5) lebih tegas
lagi menggambarkan tentang sekte Syi'ah dengan mengatakan:

لَوْ كَنَ النَا سُ كُلُهُمْ لَنَا شِيْعَةَ، لَكَانَ ثَلاَثَةُ أَربَا عِهِمْ
لَنَا شُكَّا كًا، وَالرُّبْعُ الآخِرْ أَحْمَقُ

Andai seluruh manusia menjadi penganut syi'ah, niscaya tiga perempat dari
mereka adalah orang-orang yang hobi menghunus pedang terhadap kami, dan
sisanya adalah orang-orang dungu. [14]

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita, dan semoga Allah Azza wa
Jalla senantiasa menghidupkan kita berdasarkan sunnah Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Wallâhu 'alam bis shawâb.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
Footnote
[1]. Al-K⦩ oleh al-Kulaini 1/327
[2]. Aneh bin ajaib, al-Khomaini meyakini bahwa Nabi n memiliki kebebasan untuk menyembunyikan masalah al-Im⭡h
dari umatnya. Anggapan ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla berikut:
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [al-M⩤ah/5:67]
[3]. Kasyful AsrⲠoleh al-Khomaini 149.
[4]. Idem 155.
[5]. Al-K⦩ oleh al-Kulaini 1/144
[6]. Bihⲵl AnwⲠ35/29.
[7]. Bihⲵl AnwⲠoleh al-Majlisy 22/351 & Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jumah al- Arusy al-Huwaizi 1/396.
[8]. Al-Ikhtish⳨, karya Asy-Syaikh Mufhlm. 6.
[9]. Tafsir Al Ayyasyi 1/199, karya An-Nadhir Muhammad bin Masd as-Samarqandi (wafat th: 320 H), Bihⲵl AnwⲠ22/333
karya Al-Majlisi, (wafat th. 1111 H).
[10]. Idem 39/347.
[11]. Al-Hukmah al-Isl⭩yyah oleh Ayatull⨠al-Khomaini 113.
[12]. Sungguh mengherankan, Bapak Prof, Dr. M. Quraish Shih⢠yang disebut ahli tafsir Indonesia, tidak merasa terusik dari nama semacam ini. Bahkan beliau menjadikan karya tokoh Syiah ini sebagai salah satu referensi utama dalam bukubuku beliau. Beliau tidak terpanggil untuk mengomentari atau mengingatkan para pembaca tulisan beliau tentang kesalahan penamaan semacam ini. Sebagai contoh, silahkan baca buku beliau yang berjudul Sunnah-Syiah, bergandengan
tangan! Mungkinkah?, hlm. 119.
[13]. Nahjul Balaghah (ensiklopedia khutbah-khutbah Imam Ali bin Abi Thalib) 1/70 & Al Kafi 5/6, karya Al Kulaini wafat thn 329 H.
[14]. Al Ghaibah hal: 268, karya Muhammad bin Ibrahim An Numaani wafat thn: 380 H, Ikhtiyaar Marifatir Rijaal, 2/460, karya As Syeikh At Thusi wafat thn 460 H, Bihaarul Anwaar 46/251, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn : 1111 H, & Mujam Rijalil Hadits 3/251, karya As Sayyid Abul Qasim Al Musawi Al Khui, wafat thn: 1413 H.

Rilis: 11/07/2011

 

No comments:

Post a Comment