Sekilas tentang Karamah
Para pembaca rahimakumullaah, permasalahan karamah para wali merupakan salah satu permasalahan yang penting untuk dibahas dan dipahami. Hal itu disebabkan banyaknya manusia yang salah paham dan salah penerapan. Bahkan sampai-sampai ada yang bertanya apakah karamah itu memang benar ada di kehidupan dunia ini atau hanya sebatas khayalan saja? Kalaupun ada apakah setiap orang yang punya "kelebihan" meskipun tidak jelas asal-usul dan sebab-musababnya bisa dianggap seorang wali dan "kelebihan"nya disebut karamah? Maka untuk bisa memahami dengan benar permasalahan ini, insya Allah, mari kita ikuti pembahasan ini.
Apakah Karamah Itu?
Kita mulai pembahasan dengan memahami makna karamah itu sendiri. Karamah secara bahasa bermakna suatu nikmat yang khusus. Adapun secara istilah adalah suatu hal yang terjadi di luar kebiasaan manusia yang Allah subhaanahu wa ta'aalaa berikan kepada para wali-Nya. Karamah ini khusus diberikan kepada para wali semasa hidup mereka sebagai bentuk pertolongan dan pengokohan dari Allah subhaanahu wa ta'aalaa dalam menjalani kehidupan serta dalam menegakkan agama-Nya.
Karamah berbeda dengan mukjizat. Mukjizat adalah kelebihan yang terkait dengan para rasul 'alaihimus salaam ketika mereka menyampaikan risalah kepada umat mereka. Adapun karamah itu untuk selain para rasul 'alaihimus salaam.
Lalu siapakah wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa itu? Disebutkan oleh para ulama (di antaranya adalah Ibnu Taimiyyah rahimahullaah) bahwa yang dimaksud dengan wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa adalah orang yang mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah subhaanahu wa ta'aalaa, meninggalkan segala sesuatu yang dilarang dan bersabar dengan takdir yang telah ditetapkan baginya. Mereka mencintai Allah subhaanahu wa ta'aalaa dan Allah subhaanahu wa ta'aalaa -pun mencintai mereka. Ditambahkan oleh ulama yang lain bahwa mereka bukanlah dari golongan para nabi 'alaihimus salaam.
Allah subhaanahu wa ta'aalaa berfirman (yang artinya):
"Ketahuilah bahwa para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan rasa sedih pada mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa." (Yunus: 62-63)
Asy-Syaikh as-Sa'di rahimahullaah berkata menafsirkan ayat ini, "(Pada ayat ini) Allah mengabarkan tentang para wali dan para kekasih-Nya, menyebutkan amalan-amalan, sifat-sifat, dan pahala-pahala mereka."
Kemudian beliau melanjutkan, "Lalu Allah menyebutkan sifat mereka, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan takdir yang baik dan yang buruk. Mereka pun jujur dalam keimanan tersebut dengan menjalankan ketakwaan, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sehingga setiap orang yang beriman dan bertakwa maka termasuk wali Allah."
Dari pengertian di atas kita mengetahui bahwa pengakuan dan sangkaan semata bukanlah sesuatu yang menjadikan seseorang disebut sebagai wali. Tolok ukurnya adalah keimanan dan ketakwaan. Dan kita pun bisa mengetahui bahwa setiap mukmin yang bertakwa serta senantiasa bersemangat, istiqamah di atas ketakwaan tersebut, dan bukan seorang nabi, maka ia termasuk wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa.
Ibnu Katsir rahimahullaah berkata, "Wali-wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah tentang mereka, sehingga setiap orang yang bertakwa adalah wali-Nya." (Tafsir Ibnu Katsir, 2/422)
Kepada Siapakah Karomah ini Diberikan?
Karomah ini Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang disebut dengan wali Allah . Allah berfirman ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-Nya (artinya):
"Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa." (QS. Yunus: 62-63)
Dalam ayat ini Allah mengkhabarkan tentang keadaan wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, yaitu: "Orang-orang yang beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk."
Kemudian mereka merealisasikan keimanan mereka dengan melakukan ketakwaan dengan cara melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Taisirul Karimir Rahman karya As Sa'di hal, 368)
Apakah wali Allah itu memiliki atribut-atribut tertentu?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membedakan antara mereka dengan manusia lainnya dari perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah seperti: pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun ada yang sebagai ahli Al Qur'an, ahli ilmu agama, ahli berperang, pedagang, pengrajin atau para petani. (Disarikan dari Majmu' Fatawa 11/194)
Apakah wali Allah itu harus memiliki karomah?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karomah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karomah terkadang lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh karena itu, karomah yang terjadi di kalangan para tabi'in lebih banyak daripada yang terjadi di kalangan para sahabat, padahal para sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para tabi'in. (Disarikan dari Majmu' Fatawa 11/283)
Antara Mukjizat, Karamah, dan Perbuatan Setan
Satu hal yang penting kita ketahui adalah perbedaan antara mukjizat, karamah, dan kejadian-kejadian yang merupakan perbuatan setan yang semua itu adalah di luar kebiasaan.
Al-Baghdadi dalam kitabnya Ushuluddin (hlm. 174—175) mengatakan, "Ketahuilah bahwa mukjizat dan karamah itu sama-sama menggambarkan kejadian yang luar biasa dan memiliki perbedaan dari dua sisi:
Pertama, sisi penamaan bahwa kejadian luar biasa yang menunjukkan kebenaran para nabi dinamakan mukjizat dan bila tampak dari wali-wali Allah dinamakan karamah.
Kedua, pemilik mukjizat tidak akan menyembunyikan mukjizat tersebut bahkan dia menantang musuh-musuhnya dengan menggunakan mukjizat tersebut. Adapun pemilik karamah, ia bersungguh-sungguh untuk menyembunyikannya dan mengaku tidak memiliki karamah.
Ketiga, pemilik mukjizat terpelihara (aman) dari perubahan dan terpelihara dari kesalahan setelah tampak mukjizat tersebut pada dirinya. Adapun pemilik karamah tidak ada jaminan untuk tidak berubah keadaannya, seperti Bal'am bin Baura yang diberi karamah kemudian ditutup kehidupannya dengan kecelakaan (sebagai orang yang celaka)." (disadur dengan ringkas dari kitab Madkhal Ila Syarah Ushul I'tiqad, 9/17. Lihat ucapan asy-Syaikh Ibnu Baz dalam ta'liq beliau terhadap at-Tanbihat al-Lathifah karya Abdurrahman As-Sa'di, hlm. 97—98)
Asy-Syaikh Ibnu Baz mengatakan, "Hal yang demikian bukan dari karamah." Dalam kesempatan lain, beliau mengatakan, "Syarat terjadinya karamah yaitu orang memiliki karamah tersebut lurus di atas keimanan dan mengikuti syariat. Apabila menyelisihi yang demikian, maka kejadian luar biasa yang terjadi pada dirinya adalah kejadian yang dilakukan oleh setan." (Ta'liq beliau terhadap kitab at-Tanbihat al-Lathifah, hlm. 98)
Tambahan Perbedaan Antara Karomah Dan Perbuatan Syaithan
Ada sesuatu yang bukan mu'jizat dan juga bukan karomah, dia adalah "Al Ahwal As Syaithaniyyah" (perbuatan syaithan). Inilah yang banyak menipu kaum muslimin, dengan anggapan bahwa ia karomah, padahal justru tidak ada kaitannya dengan karomah, karena:
- Karomah datangnya dari Allah sedangkan ia jelas datangnya dari syaithan. Sebagaimana yang terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab dan Al Aswad Al Ansyi (dua orang pendusta di zaman Rasulullah yang mengaku sebagai nabi) dan menyampaikan perkara-perkara yang ghaib, ini jelas merupakan perbuatan syaithan.
- Demikian pula karomah para wali Allah disebabkan kuatnya keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka ia pun menjadi wali Allah ." Sedangkan perbuatan syaithan ini dikarenakan kufurnya mereka kepada Allah dengan melakukan kesyirikan-kesyirikan serta kemaksiatan kepada Allah , dan syarat-syarat tertentu yang harus ia lakukan.
- Karomah merupakan suatu pemberian dari Allah kepada hamba-Nya yang shalih dengan tanpa susah payah melakukan pendahuluan tertentu seperti bacaan-bacaan atau dzikir-dzikir khusus, berbeda dengan perbuatan syaithan, maka ini terjadi dengan susah payah setelah sebelumnya ia berbuat syirik atau maksiat kepada Allah .
- Karomah para wali tidak bisa disanggah atau dibatalkan dengan sesuatupun. Berbeda dengan perbuatan syaithan yang dapat dibatalkan dengan menyebut nama-nama Allah atau dibacakan ayat kursi atau yang semisalnya dari ayat-ayat Al Qur'an. Bahkan Syaikhul Islam menyebutkan bahwa ada seseorang yang terbang di atas udara kemudian datang seseorang dari Salafushshalih lalu dibacakan ayat kursi kepadanya maka seketika itu dia jatuh dan mati.
- Karomah tidaklah menjadikan seseorang sombong dan merasa bangga diri, justru dengan adanya karomah ini menjadikannya semakin bertaqwa kepada Allah dan semakin mensyukuri nikmat Allah . Adapun perbuatan syaithan bisa menjadikan seseorang bangga diri atau sombong dengan kemampuan yang dia miliki serta angkuh terhadap Allah , sehingga dari sini jelaslah bagi kita akan hakekat karomah dan perbuatan syaithan.
Pembagian Manusia dalam Menyikapi Karamah
Manusia menjadi tiga kelompok dalam menyikapi karamah:
1. Kelompok yang menolak dan meniadakan keberadaan karamah seperti kaum Mu'tazilah dan ahli filsafat. Mereka berpendapat kalau seandainya sesuatu yang di luar kebiasaan itu ada pada para wali maka tidak akan terbedakan antara seorang nabi dengan yang lainnya. Karena tentunya perbedaan antara nabi dan yang lain adalah dengan adanya mukjizat yang merupakan suatu hal di luar kebiasaan manusia.
2. Kelompok yang berlebihan dalam menyikapi keberadaan karamah. Kelompok ini adalah yang menganggap setiap kejadian luar biasa adalah karamah walaupun hal itu terjadi pada orang-orang yang tidak bertakwa. Bahkan sekalipun hal itu terjadi pada orang-orang yang banyak bermaksiat kepada Allah subhaanahu wa ta'aalaa dan menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Yang pada hakikatnya itu adalah sihir yang bersumber dari setan kemudian dianggap sebagai karamah, seperti: masuk ke dalam api, memukul tubuh dengan senjata tajam, mengabarkan berita gaib, dan yang lainnya. Bahkan tak jarang yang terjerumus dalam kubangan kesyirikan.
3. Kelompok yang meyakini adanya karamah para wali Allah dan menetapkannya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan dijelaskan oleh syariat. Inilah yang benar dan merupakan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Jawaban untuk kelompok pertama, bahwa sungguh sangat berbeda keadaan nabi dan wali. Dikarenakan para wali tidaklah mengaku sebagai nabi. Jikalau mereka mengaku nabi, maka sungguh sunnatullah yang akan berbicara bahwa siapa saja mengaku nabi padahal ia bukan nabi maka akan binasa sebagaimana telah terjadi pada Musailamah al-Kadzdzab dan yang lainnya. Demikian pula mukjizat yang ada pada para nabi terjadi di luar kebiasaan seluruh makhluk termasuk jin, adapun karamah terjadi hanya di luar kebiasaan manusia saja. Dan juga telah tetap dalil-dalil di dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yang menjelaskan tentang keberadaan karamah.
Adapun jawaban untuk kelompok kedua, karamah itu berbeda dengan sihir dan semisalnya. Karena meskipun sihir juga terjadi di luar kebiasaan namun bukan berada pada para wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa melainkan pada musuh-musuh Allah subhaanahu wa ta'aalaa. Mereka (para penyihir) bukanlah para wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa melainkan wali setan, dan apa yang ada pada mereka bisa jadi kedustaan, atau bisa jadi fitnah dan ujian bagi diri mereka dan orang lain yang tidak memahami hakikat permasalahan sebenarnya.
Sebab Terjadinya Karamah
Perlu diketahui bahwa tidak terjadinya karamah pada sebagian orang yang beriman bukan menunjukkan iman mereka kurang. Karena terjadinya karamah itu disebabkan karena beberapa sebab:
Pertama, mengokohkan keimanan seorang hamba. Oleh karena itu, karamah tidak terlihat dari sebagian para sahabat karena kuatnya iman dan sempurnanya keyakinan mereka.
Kedua, menegakkan hujjah di hadapan musuh sebagaimana terjadi pada diri Khalid ketika memakan racun saat dia mengepung sebuah benteng. Orang-orang yang ada dalam benteng berusaha menghalanginya sampai dia memakan racun itu, lalu beliau memakannya dan terbukalah benteng tersebut. Kejadian yang serupa juga terjadi pada diri Abu Muslim al-Khaulani ketika al-Aswad al-Anasi melemparkannya ke dalam api lalu Allah menyelamatkannya karena dia butuh kepada karamah tersebut. Juga seperti yang terjadi pada Ummu Aiman ketika ia berhijrah seorang diri dan di tengah jalan diterpa rasa haus yang sangat. Kemudian dia mendengar suara dari atas. Saat dia mengangkat kepalanya, tiba-tiba (sudah ada) ember di hadapannya yang berisi air. Ia pun minum darinya sehingga rasa hausnya pun hilang.
Ketiga, terkadang karamah tersebut sebagai satu bentuk ujian terhadap suatu kaum sehingga menjadi bahagia atau celaka. Terkadang pemiliknya selalu di atas kebahagiaan apabila dia bersyukur dan terkadang binasa kalau dia ujub (bangga diri) dan tidak istiqamah. (Lihat ta'liq asy-Syaikh Ibnu Baz terhadap kitab at-Tanbihat, hlm. 99)
Al-Imam asy-Syafi'i mengatakan, "Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah kalian memercayainya dan janganlah kalian tertipu dengannya, sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah." (A'lamus Sunnah al-Mansyurah, Hafizh bin Ahmad al-Hakami, hlm. 193)
Beberapa Hal yang Terkait dengan Karamah
Karamah yang terjadi ternyata memiliki hikmah yang begitu besar, di antaranya:
1. Karamah merupakan salah satu perkara terbesar yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah subhaanahu wa ta'aalaa dan kebesaran-Nya. Lihatlah bagaimana Allah Maha mampu memberikan suatu kelebihan dan kemampuan di luar akal dan kemampuan manusia yang lemah kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari para wali-Nya.
2. Karamah yang ada dan terjadi pada para wali pada hakikatnya merupakan bagian dari mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul. Karena tentunya karamah tersebut tidaklah bisa ada dan terjadi kecuali dengan sebab para wali tersebut menerima dan mengikuti serta mengamalkan risalah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
3. Karamah merupakan salah satu kabar gembira tentang keutamaan mereka kelak di akhirat, yang Allah subhaanahu wa ta'aalaa segerakan saat masih hidup di dunia ini. Akan tetapi, bukan berarti para wali yang mendapatkan karamah itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan yang tidak mendapat karamah. Hal ini karena karamah tidak terjadi pada kebanyakan para sahabat dan lebih banyak terjadi pada para tabi'in rahimahumullaah, sementara para sahabat radhiyallaahu 'anhum lebih mulia derajatnya dibandingkan dengan para tabi'in rahimahumullaah.
Beberapa Realita Terjadinya Karamah
1. Kisah Ashabul Kahfi yang hidup di tengah kaum musyrikin. Namun mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah subhaanahu wa ta'aalaa. Demi menyelamatkan keimanan mereka, akhirnya mereka keluar dari negeri tersebut. Kemudian Allah subhaanahu wa ta'aalaa mudahkan mereka untuk menetap di sebuah gua di atas gunung. Gua tersebut menghadap ke utara sehingga sinar matahari tidak bisa masuk ke dalamnya. Mereka tinggal di dalamnya selama 309 tahun dalam keadaan tertidur. Panas dan dingin tidak mempengaruhi tubuh mereka. Mereka tidak merasakan lapar serta dahaga. Keadaan ini berlanjut hingga akhirnya Allah subhaanahu wa ta'aalaa bangunkan mereka dari tidur yang panjang tersebut dalam keadaan negeri telah terbebaskan dari noda kesyirikan, sehingga selamatlah mereka. Allah subhaanahu wa ta'aalaa menyebutkan kisah ini di dalam Al-Qur`an surat Al-Kahfi.
2. Kisah al-'Ala bin al-Hadhrami radhiyallaahu 'anhu yang merupakan salah seorang sahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Kisah beliau ketika berjalan bersama pasukannya menuju sebuah negeri hingga akhirnya mereka sampai di tepi laut yang memisahkan antara mereka dengan negeri tersebut. Kemudian beliau berdoa kepada Allah subhaanahu wa ta'aalaa meminta pertolongan dan jalan keluar untuk bisa menyeberangi laut tersebut. Kemudian Allah subhaanahu wa ta'aalaa mengabulkan doa tersebut dengan dimudahkannya beliau bersama pasukan berjalan di atas laut dan akhirnya mencapai negeri tersebut.
3. Maryam, ibu nabi Isa alaihissalam. Allah berfirman (artinya): "Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrob, ia dapati makanan di sisinya, Zakaria berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?". Maryam menjawab:" Makanan itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (QS. Ali 'Imran: 37)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa'di berkata: "Ayat ini merupakan dalil akan adanya karomah para wali yang diluar kebiasaan manusia, sebagaimana yang telah mutawatir dari hadits-hadits tentang permasalahan ini. Tidak seperti orang-orang yang mengingkari adanya karomah ini." (Taisirul Karimur Rahman, hal: 129)
4. Diantara karomah para wali yang disebutkan dalam Al Qur'an adalah apa yang terjadi pada Dzul Qornain yaitu seorang raja yang shalih yang Allah nyatakan (artinya): "Sesungguhnya kami telah memberi kekuasaan kepadanya di muka bumi dan kami telah memberikan kepadanya jalan untuk mencapai segala sesuatu." (Al Kahfi :84)
5. Diantara karomah para wali juga apa yang terjadi pada kedua orang tua seorang anak yang dibunuh oleh nabi Khidhir yang ketika itu nabi Musa mengatakan: "Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih padahal dia tidak membunuh orang lain?", yang kemudian Khidhir menjawabnya: "Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang yang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan menariknya kepada kesesatan dan kekafiran." (Al Kahfi:74)
6. Allah menceritakan tentang orang yang telah meninggal dunia selama seratus tahun (Uzair) kemudian Allah hidupkan kembali. Allah berfirman:
"Atau apakah (kalian tidak memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, 'Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?' Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, 'Berapa lama kamu tinggal di sini?' Ia menjawab, 'Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari'." (al-Baqarah: 259)
7. Rasulullah menceritakan karamah yang dimiliki seorang ahli ibadah di masa Bani Israil yaitu Juraij, sebagaimana diriwayatkan al-Imam al-Bukhari dalam Shahih beliau (no. 3216), al-Imam Muslim (no. 2550), dan al-Imam Ahmad (2/436):
Ketika itu Juraij mendapatkan ujian dari Allah berupa tuduhan dari kaumnya bahwa ia telah berzina. Akibat (dari tuduhan itu) menyebabkan tempat peribadatannya hancur dan dia mengalami kekejaman dari kaumnya. Hal ini disebabkan seorang wanita yang berzina dengan seorang penggembala sehingga dia melahirkan seorang anak, lalu mengaku yang menzinainya adalah Juraij. Lalu Juraij meminta anak yang baru lahir itu dibawa ke hadapannya, kemudian ia bertanya kepada anak itu setelah beliau melaksanakan shalat dan memukul perut bayi tersebut, "Siapa bapakmu?" (Anak itu menjawab), "Penggembala."
8. Apa yang telah diriwayatkan secara mutawatir tentang berita salafus shalih dari para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan generasi setelah mereka tentang perkara karomah yang terjadi pada diri mereka.
Apakah Karamah Akan Senantiasa Ada sampai Hari Kiamat?
Ketahuilah bahwa karamah akan senantiasa ada di dunia ini sampai hari kiamat. Di antara dalil yang menunjukkan tentang hal ini adalah:
1. Sebuah kisah yang akan terjadi yang telah disebutkan rasul tentang Dajjal dengan seorang pria. Dikisahkan bahwa seorang pria mendatangi Dajjal kemudian ia mengatakan, "Aku bersaksi bahwasanya engkau adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada kami." Lalu Dajjal membunuhnya, kemudian Dajjal menghidupkannya kembali (dengan izin Allah subhaanahu wa ta'aalaa) dan pria tadi hidup kembali. Dajjal lalu memaksa kembali agar pria itu mau mengakui ketuhanannya. Namun pria tadi tetap pada pendiriannya semula bahkan dia berkata, "Hari ini aku lebih yakin lagi bahwa engkau adalah seorang pendusta." Maka Dajjal berusaha untuk membunuhnya untuk kedua kalinya, namun kali ini dia tidak mampu membunuhnya. Ketidakmampuan Dajjal untuk membunuh pria tadi merupakan karamah yang dimilikinya. Dan kita ketahui bersama bahwa Dajjal tidaklah muncul kecuali ketika hari kiamat telah dekat.
2. Selama sebab adanya karamah masih ada, yaitu dengan masih ada para wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa di muka bumi ini maka karamah itu pun akan senantiasa ada dan mengiringi mereka sampai Allah subhaanahu wa ta'aalaa hembuskan angin yang akan mematikan seluruh orang yang beriman.
Para pembaca rahimakumullaah, dari pembahasan di atas ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil:
1. Karamah itu ada dan bukan khayalan semata sehingga wajib bagi kita untuk menetapkan dan meyakini keberadaannya.
2. Karamah hanya diberikan kepada wali Allah subhaanahu wa ta'aalaa yang menjalani kehidupan dengan penuh iman dan takwa.
3. Karamah itu akan senantiasa ada di dunia ini sampai menjelang hari kiamat nanti.
Semoga bermanfaat, Allahu a'lam.
Sumber: artikel diringkas dari http://www.buletin-alilmu.com/sekilas-tentang-karamah, http://www.mahadassalafy.net/?p=25, www.asysyariah.com(Karamah Hanya Milik Allah)
---=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment