Thursday, March 15, 2012

Re: [Milis_Iqra] Fw: [ Annahl ] Untuk Apa Di Rumah, Bila Tanpa Ilmu

http://jss-with.us/infolengkap

http:jss-with.us/profit

On 3/14/12, Agus Rasyidi <rasidi@wicaksana.co.id> wrote:
>
> ----- Original Message -----
> From: masjid annahl
> To: masjid_annahl
> Sent: Tuesday, March 13, 2012 9:01 AM
> Subject: [ Annahl ] Untuk Apa Di Rumah, Bila Tanpa Ilmu
>
>
> Seri : Keluarga
>
>
> Untuk Apa Di Rumah, Bila Tanpa Ilmu
>
>
>
> DI AWAL PERNIKAHAN, banyak suami-suami yang meminta istrinya untuk tetap
> tinggal di rumah atau maksimal tetap bekerja di luar rumah hingga mereka
> dikaruniai anak. Tak jarang, kesadaran sang istri juga mendorong mereka
> kembali ke rumah dan meninggalkan aktivitas mereka di ranah publik.
>
> Kesadaran ini sungguh mulia, apalagi jika mengingat peran sentral seorang
> wanita sebagai ibu yang nantinya akan mengasuh anak-anak. Tentu bukan sebuah
> pemahaman yang baru bahwa anak tak hanya memerlukan terpenuhinya kebutuhan
> materi, tetapi juga kebutuhan psikis.
>
> Namun, ada sesuatu yang terlupakan saat sang suami meminta istri kembali
> "pulang" ke rumah atau ketika si istri dengan kesadaran penuh meninggalkan
> ranah publik untuk berjibaku penuh dalam ranah domestik. Benarkah kedua
> belah pihak sudah siap dengan konsekuensi bila seorang istri benar-benar
> hanya berada di rumah?
>
> Rumah vs Bahagia
>
> Banyak orang yang melupakan bahwa ibu, istri, perempuan, tetap adalah
> manusia yang juga butuh ruang untuk mengaktulisasikan kemampuan mereka.
> Tentunya, setiap perempuan punya keinginan untuk bisa melakukan hal yang
> bermanfaat bagi banyak orang, punya teman-teman diskusi, dan jika
> memungkinkan, punya sedikit penghasilan dari jerih payahnya sendiri.
> Walaupun ini bukan berarti seorang perempuan akan meninggalkan tugas
> mulianya sebagai seorang kreator peradaban umat melalui pengasuhan terhadap
> anak-anaknya.
>
> Pemahaman akan kebutuhan untuk berkarya, mengaktualisasikan diri, dan
> memiliki teman berdiskusi inilah yang seringkali terpendam, dalam pemahaman
> bahwa wanita harus diam di rumah. Bagaimana dengan wanita yang terbiasa
> aktif dengan sejumlah kegiatan di kantor atau organisasi kemanusiaan?
>
> Banyak wanita-wanita yang memiliki latar belakang seperti ini akhirnya
> merasa "banyak tertinggal" saat mereka kemudian seutuhnya berada di rumah.
> Seperti pengakuan seorang ibu yang terpublikasikan di sebuah situs Islam,
> "Satu bulan yang lalu, saya memutuskan kembali berkerja meskipun dengan
> sistem kontrak. Banyak yang bilang terutama keluarga dan teman dekat, saya
> kelihatan lebih cerah, powerful, dan bahagia. Tetapi pada saat bekerja,
> pikiran saya jadi bercabang kembali, apakah tidak lebih baik sebagai seorang
> ibu harus lebih mementingkan keluarga dan anak? Namun, disatu pihak
> sepertinya saya kurang bahagia jika tinggal di rumah."
>
> Apa yang membuat mereka merasa kurang berbahagia saat berada di rumah?
> Apakah semata hanya karena pemahaman mereka tentang tugas mulia yang mereka
> emban masih rendah? Tentunya tidak. Banyak faktor yang harus diperhatikan
> ketika hendak menyimpulkan penyebab ketidakbahagiaan ini.
>
> Peduli pada Keinginan
>
> Kini mari sejenak mengingat, pernahkah ada pembicaraan antara suami dan
> istri tentang apa yang bisa dinikmati seorang istri, saat waktunya mutlak di
> rumah? Sekali lagi, dinikmati, bukan dikerjakan oleh istri. Si istri merasa
> bahagia dengan totalitasnya di rumah. Juga, pernahkah terbahas, hal-hal
> menarik apa yang bisa dilakukan seorang istri dalam mengisi waktunya bersama
> anak-anak? Atau yang ada, cuma pembicaraan tentang sederet daftar pekerjaan
> rumah yang harus diselesaikan, agar rumah rapih dan penghuninya merasa betah
> tinggal di rumah?
>
> Bila pembicaraan ini belum pernah ada atau pernah ada tapi tak pernah
> direalisasikan, tentu tak aneh bila seorang istri merasa menjadi "korban
> dari sebuah kewajiban". Padahal, tentu akan jadi hal yang menyenangkan bila
> seorang suami dapat memahami perasaan istrinya. Sangat indah rasanya bila
> seorang suami dapat mengetahui apa yang membuat istrinya bahagia dan
> bersemangat setiap waktu. Dan, akan semakin berkesan di hati, bila seorang
> suami, selain menuntut seorang istri melakukan dengan baik tugas-tugasnya di
> rumah, juga memenuhi keinginan-keinginan istrinya. Baik keinginan untuk
> maju, berkembang, bersosialisasi, maupun keinginan untuk mengabdikan
> potensi yang dimiliki sang istri untuk kemajuan Islam.
>
> Sebuah sikap yang bijak manakala seorang suami menawarkan atau bahkan
> memerintahkan pada istri-istrinya untuk belajar menguasai keterampilan
> tertentu yang disukai oleh istrinya, membiarkan istrinya berkarya, dan
> memiliki waktu yang luas untuk bisa menghadiri pertemuan-pertemuan yang
> bermanfaat; demi untuk bersama-sama berjuang di jalan Allah?
>
> Tentu seorang istri akan berbunga-bunga hatinya bila suaminya dengan penuh
> kasih menawarkan padanya untuk mengikuti kursus merias pengantin yang sudah
> lama didambakannya misalnya. Juga, hati seorang istri akan sangat
> berbahagia bila suami sepulang bekerja, dengan senyum yang tulus menyodorkan
> formulir pendaftaran untuk mengikuti lomba penulisan novel di sebuah majalah
> wanita, atau dengan sepenuh kasih menawarkan diri menemani sang istri
> mengikuti workshop seputar masalah kecerdasan anak.
>
> Mempersiapkan Generasi Unggul
>
> Intinya, sudah sejauh mana suami dan istri telah saling memahami dan
> mempersiapkan apa yang akan dilakukan seorang istri ketika ia total
> "bertugas" di rumah. Sudahkah si istri memiliki keterampilan untuk mengisi
> hari-harinya? Sudahkah ia juga memiliki keterampilan ketika mengurus dan
> mengurus si buah hati? Tentu akan jadi sebuah kesia-siaan manakala si ibu
> berada di samping anak tetapi tidak memiliki ilmu yang cukup untuk
> mempersiapkan fisik dan mental seorang anak tumbuh dengan baik.
>
> Sejatinya, pengetahuan- pengetahuan seperti inilah yang seharusnya dimiliki
> seorang istri sebelum dia benar-benar berkiprah di rumah. Sehingga profesi
> ibu rumah tangga tak lagi identik dengan ketidakproduktifan dan
> ketertinggalan. Bila seorang ibu rumah tangga kerjanya hanya menonton
> sinetron setelah selesai mengerjakan tugas rumah atau gaptek (gagap
> teknologi) saat harus mengoperasikan sebuah perangkat elektronik, maka
> sebaiknya jangan menyalahkannya semata. Ini semua tentu bukan terjadi dengan
> sendirinya.
>
> Yang lebih menyedihkan bila kaum wanita sendiri yang memaklumkan diri dengan
> mengatakan, " Yaaa…maklumlah ibu rumah tangga, sehari-hari hanya mengurus
> anak."
>
> Bila seorang istri, apalagi seorang ibu sampai berkata demikian,
> sesungguhnya tugas mulia sebagai seorang kreator peradaban umat sudah gagal.
> Sebab, sangat mustahil seorang kreator bisa menciptakan generasi tangguh
> yang unggul, bila ia pun bukan seorang kreator yang unggul. Jika seorang
> istri atau ibu sudah memaklumkan ini pada dirinya sendiri, maka mustahil
> peradaban Islam yang berjaya akan segera hadir di depan mata.
>
> Generasi unggul di kemudian hari hanya bisa hadir dari sepasang orangtua
> yang visioner, yang memiliki visi jauh kedepan untuk menyongsong peradaban
> Islam yang gilang-gemilang. Tak akan mungkin generasi ini muncul dari
> seorang suami dan ayah yang hanya berpikir bahwa sang istri atau sang ibu,
> hanya harus berada di rumah. Tanpa membekali pasangannya agar mumpuni
> melaksanakan tugasnya dan menghasilkan karya terbaik seorang perempuan,
> yaitu anak-anak yang shaleh dan shalehah.
>
> Sebab itu, inilah saatnya untuk sama-sama meningkatkan kualitas pribadi.
> Bila kita semua sepakat bahwa kewajiban utama para istri dan ibu adalah di
> rumah, mengasuh dan merawat keluarga, maka inilah saatnya bagi para suami
> untuk meng-up grade kemampuan istri dengan berbagai macam pengetahuan dan
> keterampilan, hingga sang istri pun akan bisa memanfaatkan waktu mereka
> sebaik-baiknya di rumah. Hingga sabda Rasulullah bahwa "Surga itu ada di
> bawah telapak kaki ibu." (Riwayat Muslim) benar-benar tercipta dari
> ketangguhan pribadi seorang wanita yang akan senantiasa menghiasi rumah
> dengan ilmu dan cinta.*/Kartika Trimarti
>
>
>
>
> Source : Untuk Apa Di Rumah, Bila Tanpa Ilmu
>
>
> --
> ------------------------[DKM-ANNAHL]------------------
> Samsung Electronics Indonesia
> Jl.Jababeka Raya Blok F29-33 Kawasan Industri Cikarang, Bekasi.
>
> E-mail : sein.annahl@gmail.com | masjid_annahl-owner@googlegroups.com
> Situs : http://muslimsein.wordpress.com/
> --------------------------------------------------------------------------
> Join milis : masjid_annahl-subscribe@googlegroups.com
> Exit milis : masjid_annahl-unsubscribe@googlegroups.com
>
> Jika berkenan,
> kirimkan artikel ini ke teman-teman anda.
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment