Sunday, May 24, 2009

[Milis_Iqra] Beberapa Tips Untuk Qiyamul Lail (Bag. I)

Beberapa Tips Untuk Qiyamul Lail (Bag. I)


21 Mei 2009 jam 7:54
Assalaamu'alaikum wr. wb.

Akhir-akhir ini – alhamdulillaah – saya sudah rutin melaksanakan
shalat qiyamul lail. Sebenarnya tidak sulit-sulit amat, asalkan kita
tahu trik-triknya. Memang segala hal di dunia ini tidak boleh dianggap
sulit, kalau kita mau berhasil. Kita hanya perlu mencoba dan mencoba
lagi sambil terus mencari celah yang bisa kita manfaatkan untuk
mempermudah pekerjaan kita. Dan karena Islam itu adalah agama yang
amat mudah, sederhana, dan tidak pernah bertentangan dengan fitrah,
maka jika kita merasa berat melakukan suatu jenis ibadah, pastilah itu
karena ada sesuatu yang terlewatkan dari perhatian kita.

Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa saya bagi untuk rekan-rekan
yang ingin melakukan ibadah qiyamul lail secara rutin. Saya sendiri
masih pemula dalam hal ini, jadi masih terbuka begitu besar peluang
adanya tips-tips lain di luar yang saya tulis ini. Paling tidak,
inilah bentuk dari tanggung jawab saya terhadap ilmu yang Allah
berikan, meskipun baru sedikit yang bisa saya cerna.

Motivasi

Pada bulan Desember tahun 2004 yang lalu, saya diberi tugas oleh
murabbi untuk melakukan studi parsial atas buku "Manhaj Haraki,
Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi saw.",
karya Munir Muhammad al-Ghadban. Disebut studi parsial karena saya
tidak perlu meneliti keseluruhan dari buku tersebut atau membuat
sebuah review lengkap, melainkan cukup memilih satu atau beberapa
topik bahasan dalam buku tersebut yang menarik perhatian, kemudian
mempresentasikannya di hadapan anggota halaqah yang lain.

Tema yang sangat menarik perhatian saya saat itu (dari buku jilid
pertamanya) adalah soal qiyamul lail. Sebelum qiyamul lail
diperintahkan, Islam masih disebarkan dengan sembunyi-sembunyi,
terbatas pada keluarga Rasulullah saw. dan teman-teman dekat beliau.
Tarbiyah terhadap para sahabat dilakukan di rumah al-Arqam bin Abil
Arqam. Ini adalah suatu strategi yang jitu, karena Arqam sendiri waktu
itu baru berusia 16 tahun, sehingga tidak dianggap sebagai sebuah
ancaman oleh siapa pun di Mekkah.

Rasulullah saw. dan para sahabatnya pun melakukan shalat secara
sembunyi-sembunyi, bahkan di lorong-lorong yang tidak disangka-sangka
orang akan digunakan untuk ibadah. Demikianlah kerahasiaan dakwah yang
dipimpin Rasulullah saw. terus terjaga.

'Lompatan besar' terjadi ketika Allah menurunkan firman-Nya dalam
surah Al-Muzammil [73] : 1-7 yang terjemahannya kurang lebih adalah
sebagai berikut :

"Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat) di malam
hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah
dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah
Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya, Kami akan
menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya, bangun di
waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya, kamu pada waktu siang hari
mempunyai urusan yang panjang (banyak)."
Q.S. Al-Muzammil [73] : 1 – 7

Imam Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa dengan turunnya ayat
ini, maka Qiyamul Lail menjadi ibadah yang wajib bagi para sahabat.
Kewajiban ini bertahan selama setahun hingga akhirnya di akhir surah
tersebut Allah menurunkan keringanan sehingga Qiyamul Lail menjadi
sunnah hukumnya.

Dari ayat-ayat di atas, ada tiga hikmah dari perintah qiyamul lail
yang dijelaskan secara eksplisit, dan ketiganya diawali dengan kata
"sesungguhnya". Ketiganya adalah :
(1) karena sesungguhnya Allah akan menurunkan perkataan yang berat,
(2) karena bangun pada waktu tersebut (yaitu akhir malam) lebih
berkesan, dan
(3) karena manusia pada siang hari memiliki banyak urusan yang bisa
menghambatnya untuk beribadah.

Hikmah kedua dan ketiga dapat dipahami dengan mudah. Memang pada saat
menjelang Subuh, pikiran manusia amat jernih, udara amat segar,
suasananya pun sangat tenang. Kalau kita mau bermunajat kepada Allah
pada waktu itu insya Allah akan lebih terasa 'getarannya'. Selain itu,
pada waktu-waktu itu kita tidak akan diganggu oleh tuntutan pekerjaan,
sehingga ibadah kita bisa lebih khusyu' daripada biasanya. Tidak sulit
memahami kedua hikmah ini.

Hikmah pertama sangat menarik. "Perkataan yang berat" ditafsirkan
sebagai 'perintah yang berat'. Artinya, Allah mewajibkan Rasulullah
saw. dan para pengikutnya yang masih sangat sedikit itu untuk
melaksanakan qiyamul lail karena tidak lama lagi (setelah perintah
tersebut diturunkan) Allah akan memberikan suatu perintah yang amat
berat. Kita bisa dengan mudah menebak bahwa setelah diwajibkannya
qiyamul lail, dakwah akan dilaksanakan secara terang-terangan. Jika
memang itu tebakan Anda, maka Anda benar. Simaklah betapa beratnya
perintah tersebut dari kejadian-kejadian yang terjadi ketika dakwah
mulai dilaksanakan secara terang-terangan :

Mulai munculnya gangguan dari pihak musuh. Sa'ad bin Abi Waqqash yang
sedang shalat sempat diganggu dan kemudian Sa'ad memberikan perlawanan
hingga orang Musyrik itu tewas.


Pihak musuh mulai gencar melakukan penyiksaan-penyiksaan fisik kepada
para pengikut Nabi saw. Bilal bin Rabah ra. adalah salah satu sahabat
Rasulullah saw. yang mengalami siksaan sangat keras.


Ammar bin Yasir ra. mengalami siksaan yang begitu berat dan kondisinya
tidak memungkinkannya memberikan perlawanan, sehingga muncullah
keringanan bagi orang-orang yang disiksa untuk berpura-pura mengikuti
kemauan musuh demi menjaga keselamatan nyawa.


Abu Bakar ra. memiliki 'tugas khusus' untuk berkeliling mencari para
budak yang disiksa oleh para majikannya karena keislamannya, untuk
kemudian membeli dan memerdekakannya. Bilal ra. adalah salah satu
budak yang dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar ra.


Sebagian umat Islam melaksanakan hijrah ke Habasyah (Ethiopia) demi
keselamatan dakwah.


Meskipun sudah banyak pengikutnya yang berbasis di Habasyah, Nabi saw.
tetap mencari-cari basis lain di luar Mekkah, karena Habasyah terlalu
jauh dari Mekkah, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
'serangan balik' di kemudian hari.


Sebagian besar keluarga Nabi saw. menentang dakwah beliau, hingga
hampir-hampir Abu Thalib tidak mampu lagi melindunginya. Namun setelah
melihat kekerasan hati beliau, Abu Thalib pun tidak ragu-ragu lagi
untuk tetap menjadi pelindung Nabi saw.


Muncul beragam fitnah terhadap pribadi Rasulullah saw.


Adanya beberapa upaya pembunuhan terhadap Rasulullah saw.

Masuk Islamnya Hamzah ra. dan Umar bin Khattab ra., dua orang yang
ditakuti pada masa itu. Keislaman mereka menjadi pemicu keberanian
umat Islam, sekaligus juga memicu resiko perlawanan terbuka yang
mungkin terjadi.


Adanya perundingan-perundingan dengan berbagai pihak untuk menjamin
keamanan umat Islam.


Embargo ekonomi yang dilakukan oleh kaum Musyrikin Mekkah yang
menyebabkan penderitaan yang amat mendalam pada umat Islam.


Dari kisah di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Allah tidak
memerintahkan qiyamul lail untuk mempersulit manusia, melainkan untuk
memperkuatnya. Dengan qiyamul lail, seorang Muslim akan memperoleh
tenaga ekstra (yang bisa dikatakan 'super') untuk mengemban tugas-
tugas yang sangat berat. Bagaimana proses munculnya kekuatan tersebut?
Tentu tidak tiba-tiba, dan jelas tidak beraroma mistis. Semua itu
berproses seiring dengan rutinitas menjalankan ibadah qiyamul lail dan
tingkat ke-khusyu'-annya. Wallaahu a'lam.

wassalaamu'alaikum wr. wb.

sumber: http://akmal.multiply.com

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment