Tuesday, June 30, 2009

[Milis_Iqra] Re: ANTARA TAQLID DAN ITTIBA'

3.53 Ya Rabb kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan
dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi .

On 7/1/09, Dani Permana <dani.permana@alhikmah.web.id> wrote:
> InsyaAllah artikel ini bermanfaat untuk membedakan ANTARA TAQLID DAN ITTIBA'
>
> ANTARA TAQLID DAN ITTIBA'
>
>
> Oleh
> Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
>
> Ittiba' (mengikuti) kebenaran adalah kewajiban setiap manusia sebagaimana
> Alloh wajibkan setiap manusia agar selalu ittiba' kepada wahyu yang
> diturunkan oleh Alloh kepada Rasul-Nya. Alloh jadikan wahyu tersebut sebagai
> petunjuk bagi manusia di dalam kehidupannya.
>
> Tidak ada yang membangkang kepada perintah Alloh tersebut kecuali
> orang-orang yang taqlid kepada nenek moyangnya atau kebiasaan yang berlaku
> di sekelilingnya atau hawa nafsunya yang mengajak untuk membangkang dari
> perintah AlIoh. Mereka tolak datangnya kebenaran karena taqlid.
>
> Tidak ada satu pun kesesatan kecuali disebabkan taqlid kepada kebatilan yang
> diperindah oleh iblis sehingga tampak sebagai kebenaran. Inilah sebab
> kesesatan setiap kaum para rasul yang menolak dakwah para rasul. IniIah
> sebab kesesatan orang-orang Nashara yang taqlid kepada pendeta-pendeta dan
> rahib-rahib mereka. Inilah sebab kesesatan setiap kelompok ahli bid'ah yang
> taqlid kepada pemikiran-pemikiran sesat dan gembong-gembong mereka.
>
> Para pengikut kesesatan ini menggunakan segala cara untuk mempertahankan
> kesesatan mereka sekaligus mengajak orang-orang selain mereka kepada jalan
> mereka. Mereka sebarkan syubhat bahwa orang yang ittiba' kepada manhaj para
> ulama adalah taqlid kepada ulama. Mereka campur adukkan antara taqlid dan
> ittiba'.
>
> Jika mereka diseru untuk meninggalkan taqlid kepada pemikiran para pemimpin
> kesesatan mereka, mereka balik membantah, "Wahai para Salafiyyun kalian
> jugataqlid kepada para ulama kalian!"
>
> Inilah jalan setiap pemilik kesesatan dari masa ke masa, mereka gabungkan
> antara kebatilan dengan kebenaran, mereka kaburkan garis pemisah antara
> keduanya.
>
> Dengan memhon Taufiq dari Alloh pada pembahasan kali ini kami ketengahkan
> kepada pembaca beberapa perbedaan yang mendasar antara taqlid dan ittiba'
> agar kita bisa memahaminya dengan benar, dan sekaligus -bi'idznillah-bisa
> menepis syubhat para pemilik kebatilan dalam masalah ini.
>
> DEFINISI TAQLID
> Taqlid secara bahasa adalah meletakkan "al-qiladatun" (kalung) ke leher.
> Dipakai juga dalam hal menyerahkan perkara kepada seseorang seakan-. akan
> perkara tersebut diletakkan di lehernya seperti kalung. [Lisanul Arab 3/367
> dan Mudzakkirah Ushul Fiqh hal.3 14]
>
> Adapun taqlid menurut istilah adalah mengikuti perkataan yang tidak ada
> hujjahnya sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Abu Abdillah bin Khuwaiz Mindad
> [Jami' Bayanil Ilmi waAhlihi 2/993 dan l'lamul Muwaqqi'in 2/178]
>
> Ada juga yang mengatakan bahwa taqlid adalah mengikuti perkataan orang lain
> tanpa mengetahui dalilnya. [Mudzakkirah Ushul Fiqh hal. 3 14]
>
> CELAAN TERHADAP TAQLID
> Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah mencela taqlid dalam Kitab-Nya, Alloh
> Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
> sebagai rabb selain Allah" [AtTaubah :31]
>
> Ketika Adi bin Hatim Radhiyallahu 'anhu mendengar Rasulullah Shallallahu
> 'alaihi wa salam membaca ayat Ini maka dia mengatakan, "Wahai Rasulullah,
> kami dulu tidak menjadikan mereka sebagai rabb rabb." Rasulullah Shallallahu
> 'alaihi wa sallam bersabda, "Ya, Bukankah jika mereka halalkan kepada kalian
> apa yang diharamkan atas kalian maka kalian juga menghalalkannya, dan jika
> mereka haramkan apa yang dihalalkan atas kalian maka kalian juga
> mengharamkannya?" Adi Radhiyallahu 'anhu berkata, "Ya." Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "ltulah peribadatan kepada mereka"
> [Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Jami' nya 3095 dan Baihaqidalam Sunan
> Kubra 10/116 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram
> hal.20]
>
> Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi
> peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di
> negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut
> suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka."
> (Rasul itu) berkata: 'Apakah (kamu akan mengikutinyajuga) sekalipun aku
> membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa
> yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya
> kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya" [Az-Zukhruf :
> 23-24]
>
> Al-Imam lbnu Abdil Barr rahimahullahu berkata, "Karena mereka taqlid kepada
> bapak-bapak mereka maka mereka tidak mau mengikuti petunjuk para Rasul"
> [Jami' Bayanil Ilmi wa Ahlihi 2/977]
>
> Alloh menyifati orang-orang yang taqlid dengan firman-Nya.
>
> "Artinya : Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi
> Allah ialah orang-arang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun"
> [Al-Anfal : 22]
>
> "Artinya : Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dan orang-orang
> yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan
> antara mereka terputus sama sekali" [Al-Baqarah : 166]
>
> Al-Imam Ibnu Abdil Barr berkata, "Para ulama berargumen dengan ayat-ayat mi
> untuk membatalkan taqlid" [Jami' Bayanil Ilmi wa Ahlihi 2/978]
>
> WAJIBNYA ITTIBA'
> Ittiba' adalah menempuh jalan orang yang (wajib) diikuti dan melakukan apa
> yang dia lakukan. [I'Iamul Muwaqqi'in 2/171]
>
> Seorang muslim wajib ittiba' kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
> dengan menempuh jalan yang beliau tempuh dan melakukan apa yang beliau
> lakukan. Begitu banyak ayat Al-Qur'an yang memerintahkan setiap muslim agar
> selalu ittiba' kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di antaranya
> firman Alloh.
>
> "Artinya : Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,
> makasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" [Ali lmran : 32]
>
> "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
> Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
> lagi Maha Mengetahui" [Al-Hujurat : 1]
>
> "Artinya : Hal orang-arang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
> Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
> pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah Ia kepoda Allah (AlQur 'an) dan
> Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
> kemudian Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya"
> [An-Nisa :59].
>
> "Artinya : Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintal Alloh, ikutilah
> aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. "Alloh Maha
> Pengampun lagi Maha Penyayang" [Ali lmran :31]
>
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
>
> "Artinya : Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya seandainya Musa hidup maka
> tidak boleh baginya kecuali mengikutiku" [Dikeluarkan oleh Abdur Razzaq
> dalamMushannafnya 6/Fl 3, lbnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya 9/47, Ahmad
> dalam Musnadnya 3/387, dan lbnu Abdil Barr dalam Jami' Bayan Ilmi 2/805,
> Syaikh Al-Albani berkata dalam Irwa' 6/34, "Hasan"]
>
> Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata, "Jika Musa Kalimullah tidak boleh
> ittiba' kecuali kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bagaimana
> dengan yang lainnya? Hadits ini merupakan dalil yang qath'i atas wajibnya
> mengesakan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hal ittiba', dan ini
> merupakan konsekuensi syahadat 'anna Muhammadan rasulullah", karena itulah
> Alloh sebutkan dalam ayat di atas (Ali lmran : 31) bahwa ittiba' kepada
> Rasulullah bukan kepada yang lainnya adalah dalil kecintaan Alloh kepadanya"
> [Muqaddimah Bidayatus Sul fi Tafdhili Rasul hal.5-6]
>
> Demikian juga Alloh memerintahkan setiap muslim agar ittiba' kepada sabilil
> mukminin yaitu jalan para sahabat Rasulullah dan mengancam dengan hukuman
> yang berat kepada siapa saja yang menyeleweng darinya:
>
> "Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudahjelas kebenaran
> baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami
> biarkan Ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
> masukkan Ia ke dalam jahanam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat
> kembali". [An-Nisa': 115]
>
> Pengertian lain dari ittiba' adalah jika engkau mengikuti suatu perkataan
> seseorang yang nampak bagimu keshahihannya sebagaimana diktakan oleh Al-Imam
> Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya Jami' Bayanil Ilmi wa Ahlihi 2/787.
>
> Al-Imam Asy-Syafi'i berkata, "Aku tidak pernah mendebat seorang pun kecuali
> aku katakan: Ya Alloh jalankan kebenaran pada hati dan lisannya, jika
> kebenaran bersamaku maka dia ittiba' kepadaku dan jika kebenaran bersamanya
> maka aku ittiba' padanya" [Qawa'idul Ahkam fi Mashalihil Anam oleh Al-'Izz
> bin Abdis Salam 2/I 36]
>
> TAQLID BUKANLAH ITTIBA'
> Al-Imam lbnu Abdil Barr berkata, "Taqlid menurut para ulama bukan ittiba,
> karena ittiba' adalah jika engkau mengikuti perkataan seseorang yang nampak
> bagimu keshahihan perkataannya, dan taqlid adalah jika engkau mengikuti
> perkataan seseorang dalam keadaan engkau tidak tahu segi dan makna
> perkataannya" [Jami' Bayanil Ilmi waAhlihi 2/787]
>
> Abu Abdillah bin Khuwaiz Mindad berkata, "Taqlid maknanya dalam syari'at
> adalah merujuk kepada suatu perkataan yang tidak ada argumennya, ini adalah
> dilarang dalam syari'at, adapun ittiba maka adalah yang kokoh argumennya".
>
> Beliau juga berkata, "Setiap orang yang engkau ikuti perkataannya tanpa ada
> dalil yang mewajibkanmu untuk mengikutinya maka engkau telah taqlid
> kepadanya, dan taqlid dalam agama tidak shahih. Setiap orang yang dalil
> mewajibkanmu untuk mengikuti perkataannya maka engkau ittiba' kepadanya.
> Ittiba' dalam agama dibolehkan dan taqlid dilarang" [Dinukil oleh Ibnu Abdil
> Barr dalam kmtabnya Jami' Bayanil Ilmi waAhlihi 2/993]
>
> PARA IMAM MELARANG TAQLID DAN MEWAJIBKAN ITTIBA'
> Diantara hal lain yang menunjukkan perbedaan yang mendasar antara taqlid dan
> ittiba' adalah larangan para imam kepada para pengikutnya dan taqlid dan
> perintah mereka kepada para pengikutnya agar selalu ittiba':
>
> Al-Imam Abu Hanifah berkata, "Tidak halal atas seorangpun mengambil
> perkataan kami selama dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya" Dalam
> riwayat lain beliau berkata, "Orang yang tidak tahu dalilku, haram atasnya
> berfatwa dengan perkataanku" [Dinukil oleh Ibnu Abidin dalam Hasyiyahnya
> atas Bahru Raiq 6/293 dan Sya' rany dalam Al-Mizan 1/55]
>
> Al-Imam Malik berkata : "Sesungguhnya aku adalah manusia yang bisa benar dan
> keliru. Lihatlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah maka
> ambillah, dan setiap yang tidak sesual dengan Kitab dan Sunnah maka
> tinggalkanlah" [Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Al-Jami' 2/32]
>
> Al-Imam Asy-Syafi'i berkata, "Jika kalian menjumpai sunnah Rasulullah
> Shallallahu alaihi wa sallam , ittiba'lah kepadanya, janganlah kalian
> menoleh kepada perkataan siapapun" [Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam
> Hilyatul Auliya' 9/107 dengan sanad yang shahih]
>
> Beliau juga berkata, "Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shahih
> yang menyelisihinya, maka hadits Nabi , lebih utama untuk diikuti. Janganlah
> kalian taqlid kepadaku". [Diriwayatkan olehAbu Hatim dalamAdab Syafi'i
> hal.93 dengan sanad yang shahih]
>
> Al-Imam Ahmad berkata, "Janganlah.engkau taqlid dalam agamamu kepada
> seorangpun dari mereka, apa yang datang dari Nabi dan para sahabatnya
> ambillah" Beliau juga berkata, "Ittiba' adalah jika seseorang mengikuti apa
> yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya"
> [Masa'iI Al-Imam Ahmad oleh Abu Dawud hal.276- 277]
>
> ITTIBA ADALAH JALAN AHLI SUNNAH DAN TAQLID ADALAH JALAN AHLI BID'AH
> Al-Imam Ibnu Abil 'Izz Al Hanafy berkata, "Umat ini telah sepakat bahwa
> tidak wajib taat kepada seorangpun dalam segala sesuatu kecuali kepada
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam …makà barangsiapa yang ta'ashub
> (fanatik) kepada salah seorang imam dan mengesampingkan yang lainnya seperti
> orang yang ta'ashub kepada seorang sahabat dan mengesampingkan yang lainnya,
> seperti orang-orang Rafidhah yang ta'ashub kepada Ali dan mengesampingkan
> tiga khalifah yang lainnya. ini jalannya ahlul ahwa" [Al-Ittiba' cet. kedua
> hal. 80]
>
> Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Barangsiapa yang ta' ashub kepada
> seseorang, dia kedudukannya seperti orang-orang Rafidhah yang ta'ashub
> kepada salah seorang sahabat, dan seperti orang-orang Khawarij. ini adalah
> jalan ahli bid' ah dan ahwa' yang mereka keluar dan syari'at dengan
> kesepakatan umat dan menurut Kitab dan Sunnah ... yang wajib kepada semua
> makhluk adalah ittiba' kepada seorang yang ma'shum (yaitu Rasulullah
> Shallallahu alaihi wa sallam) yang tidak mengucap dan hawa nafsunya, yang
> dia ucapkan adalah wahyu yang diturunkan kepadanya" [Mukhtashar Fatawa
> Mishniyyah hal.46-47]
>
> [Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 2 Tahun V/Ramadhan 1426, Oktober 2005.
> Penerbit Lajnah Dakwah Ma'had Al-Furqon, Alamat Ma'had Al-Furqon, Srowo
> Sidayu Gresik Jatim PO BOX 21 (61153)]
> Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/2194/slash/0
> --
> http://alhikmah.web.id/
> http://it-database.blogspot.com
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment