2. "Mayat di dalam kuburnya itu tak ubahnya seperti orang yang nyaris tenggelam, yang meminta tolong untuk keselamatan dirinya.. Dia menunggu-nunggu kiriman do'a dari orang-orang yang masih hidup : ayahnya,ibunya, anaknya, atau sahabat karib yang setia. Maka, apabila do'a yang ditunggu-tuunggu itu datang kepadanya, dia amat bersuka cita melebihi suka citanya orang hidup yang menerima hadiah dunia dan seisinya.Sesungguhnya, Alloh memasukkan do'a dari para penghuni dunia kepada penghuni kubur berupa pahala yang sebesar gunung. Sesungguhnya, hadiah orang hidup kepada orang-orang mati adalah permohonan ampunan untuknya."
(HR. Imam al-Baihaqi dan Imam ad-Dailami dari sahabat Ibnu Abbas-Syarhus-Shudur, hal. 127; Ta'liq Targhib,IV/379; Haula Khashaish Al-Qur'an, hal. 85,Mukhtashar Tadzakirat al-Qurthubi, hal 16).Bukankah sudah tertulis jelas dalam hadis di atas, bahwa Dia menunggu-nunggu kiriman do'a dari orang-orang yang masih hidup : ayahnya,ibunya, anaknya, atau sahabat karib yang setia.
3.Imam Ibnu Abid Dunya meriwayatkan :
Dari Amr bin Jarir, ia berkata :"Apabila seorang hamba Alloh berdo'a untuk saudara sesama muslim yang telah meninggal, maka seorang malaikat membawa do'a itu ke kubur orang yang dikirimi, lalu ia berkata :"Hai penghuni kubur yang sendirian, terimalah. Ini hadiah dari saudaramu yang belas kasih kepadamu." (Syarhus-Shudur, hal. 128).
Sudah saya katakan berkali-kali, bahwa saya sendiri tidak memusingkan masalah perhitungan hari. Bahkan sudah saya beri contoh, umpama Pa Andri berdo'a jam 10 pagi, do'anya diterima tidak ? Kan tidak ada dalil yg menyebutkan demikian ?Saya jawab yang ini mas Ndy, sesuai dengan sabda rasulullah : Apabila anak Adam meninggal maka putus segala amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah zariah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak-anaknya yang sholeh apabila dia mendoakan.
Mengenai waktu justru mas Ndy lah yang mengemukakan kepada kita tentang tahlilan hari ke 3, ke 7 dan seterusnya, sedangkan saya berdoa setiap saat setiap kesempatan yang ada pada saya terutama sesudah shalat baik fardhu maupun sunnah, dan saya tidak membacakan tahlil untuk orang tua saya yang sudah meninggal karena Allah dan Rasul memang tidak mengajarkan demikian (menurut pengetahuan saya).
Yang pertama, sampai tidaknya ganjaran yang dikirim kepada si mayit, sebagian besar ulama keempat mazhab (Malikiyah, Hanafiyah, Syafi'iyah, dan Hanbaliyah) berpendapat sampainya ganjaran bacaan-bacaan baik al-Qur'an, tahlil, dan doa-doa lainnya. Bahkan amal apa saja yang baik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt, seperti bersedekah, infaq, dll, bila diniati ganjarannya untuk orang yang telah meninggal, ganjaran itu akan sampai dan bermanfaat buat si mayit.
Pendapat-pendapat itu didasarkan pada ayat-ayat dan hadis:
1. Ayat ke 10 surat al-Hasyr.
2. Ayat ke 19 surat Muhammad.
3. Hadis "idzaa maata al-insaan inqatha'a 'amaluhu illa min tsalaatsin, shadaqatin jaariyatin au 'ilmin untafa'u bihii au waladin shaalihin yad'uu lahu" (Kematian seseorang menyebabkan terputusnya segala amal perbuatannya [tidak ada pengaruhnya pada dia] kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakannya) [HR. Muslim].
4. Hadis "man zaara qabra waalidaihi faqara'a 'indahu --au 'indahumaa-- yaasiin ghufira lahu" (Barang siapa menziarahi qubur kedua orang tuanya, lantas membacakan untuk keduanya surat Yasin, maka terampuni kedua orang tuanya" [HR. Ibnu 'Addiy].
5. Hadis kisah seseorang yang tanya kepada Nabi : "kaana lii abawaani ubirruhumaa haala hayaatihimaa, fakaifa lii ubirruhumaa ba'da mautihimaa?" (Saat kedua orang tuaku masih hidup saya selalu memuliakannya, lantas bagaimana saya bisa berbuat baik/memulyakannya setelah wafatnya?). Dijawab oleh Nabi: "inna al-birr ba'da al-maut an tushalliya lahumaa ma'a shalaatika wa tashuuma lahumaa ma'a shiyaamika." ([Kamu bisa] memulyakannya dengan menghadiahkan pahala salat-salatmu dan pahala puasa-puasamu) [HR. al-Daaruquthniy].
6. Hadis "iqra'uu 'alaa mautaakum yaasiin" (Bacakanlah untuk ahli qubur kalian surat Yasin" [HR. Abu Dawud].
Mengenai persoalan yang kedua, soal waktu, yakni kenapa ditepatkan pada hari ke-7, ke-40, dst, itu begini:
Mula-mula harus kita bahas dulu "apa itu bid'ah" secara istilah (terminologi). Definisi bid'ah yang paling terkenal di kalangan ulama adalah yang diberikan oleh Imam al-Syatibiy, yaitu "suatu tata cara di dalam agama yang diciptakan untuk menandingi (tata cara beribadah yang sesuai) syari'ah.
Untuk menguji apakah tahlilan pada hari-hari ke-7, ke-40, dst itu termasuk bid'ah atau tidak bisa melalui daftar pertanyaan-pertanyaan berikut: "apakah perbuatan menyesuaikan acara pengiriman bacaan Qur'an, tahlil, doa, dan lain-lain dengan hitungan hari tertentu itu termasuk rangkaian ibadah?" Ataukah itu hanya sekedar kebiasaan saja, jadi tidak termasuk rangkaian ritual 'tahlilan' itu sendiri? Atau lebih tepatnya: saat melaksanakan acara tahlilan itu adakah keyakinan "bahwa acara itu harus dilakukan pada hari-hari ke-7, ke-40, ke-100, dst, sehingga seandainya dilakukan di luar hari-hari itu menjadi tidak sah?
Menurut saya, penentuan pelaksanaan tahlilan pada hitungan hari-hari tertentu itu tidak termasuk bagian tak terpisahkan dari ritual tahlilan itu sendiri. Itu hanya berdasar kebiasaan saja, tidak bagian inhern dari ibadah pengiriman ganjaran bacaan dan doa, sehingga seandainya dilaksanakan di luar hari-hari itu tetap saja sah.
Orang-orang yang tahu, tetap berpendirian bahwa tindakan menyesuaikan acara tahlilan pada hari-hari tertentu itu tidak merupakan bagian atau suatu bentuk ibadah. Karena ibadahnya hanyalah tahlilannya itu sendiri. Jika demikian, maka tindakan menyesuaikan itu tentu tidak bisa dianggap sebagai bid'ah.
Wallahua'lam.
Demikian mas Ndy, semoga bermanfaat untuk kita semua atas petunjuk Allah SWT.
Terima kasihsama-sama
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment