Tuesday, June 30, 2009

[Milis_Iqra] Re: Korelasi Antara Bid'ah dan Haram

6.88 Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan.

6.117 Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang
orang-orang yang mendapat petunjuk.

7.178 Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka
merekalah orang-orang yang merugi.

22.16 Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur'an yang merupakan
ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki.

28.56 Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang
yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.

On 7/1/09, Dani Permana <adanipermana@gmail.com> wrote:
>>
>> ---CUT
>>
>> "Sabda Nabi saw: (*Barang siapa yang mengada-adakan dalam agama kami ini,
>> apa-apa yang tidak ada perintahnya maka dia itu tertolak*), dan dalam
>> riwayat yang kedua (*Barangsiapa yang beramal suatu amalan yang tidak ada
>> padanya perintah kami maka dia itu tertolak*). Berkata Ahli bahasa Arab {
>> الرد} arti kata dalam kedua hadist tersebut adalah *"yang ditolak". *Dan
>> makna kata {الرد} dalam kedua hadist itu adalah *"Dia itu batil tanpa
>> batas". * Dan hadist ini merupakan kaidah yang terbesar dari kaidah-kaidah
>> dalam Islam, dan pula* * kalimah Nabi saw yang mulia. Maka sesungguhnya
>> hadist ini menjelaskan "*tertolaknya setiap perbuatan bid'ah dan sesuatu
>> yang diciptakan". *Dan dalam riwayat yang kedua adalah sebagai tambahan
>> bahwa hadist ini sesungguhnya menentang serta dapat mengalahkan perbuatan
>> dalam bid'ah dan menjelaskan tertolaknya setiap yang diada-adakan. Dan
>> dapat
>> merusakan perbuatan yang diada-adakan atau mengalahkan terhadap apa yang
>> diada-adakan. Dan dalam hadist ini merupakan dalil bagi siapa yang berkata
>> tentang peraturan/kaidah ushul dalam beribadah.
>>
>> [Syahidil]
>>
>> yang saya tangkap dari uraian anda diatas kira2 sbb:
>>
>> 1. Dengan membawa dalil-dalil diatas anda sudah bersu'udzon bahwa apa yang
>> dibawa oleh ulama madzhab itu bid'ah.
>
>
> [Dani] maaf Antum keliru, hal tersebut adalah contoh yang saya paparkan dari
> pertanyaan Antum.
>
>>
>> [Syahidil]
>> 2. Juga dengan dalil di atas anda bersu'udzon bahwa seorang muqallid akan
>> menyengaja melakukan bi'dah terhadap sesuau yang belum diketahuinya.
>
>
> [Dani] maaf antum juga keliru, kita sedang membahas bid'ah, hal tersebut
> adalah contoh yang saya paparkan dari pertanyaan Antum.
>
>>
>> [Dani]
>>> Jadi yang bisa memahai hadist Rasulullah adalah para ulama yang memang
>>> ahli dibidangnya, namun hal itu tidak harus menjadikan mereka seperti
>>> Tuhan
>>> yang kata-katanya harus slalu di-ikuti jika bertentang dengan Al Qur'an
>>> dan
>>> hadist, bagaimana cara mengetahui jika bertentangan, kita harus
>>> membandingkan antara dperkataan Ulama yang satu dan yang lain dalam
>>> mensyarahkan sebuah hadist, tentu saja ulama yang memang sudah dipercaya
>>> keilmuannya di bidang hadist.
>>>
>>
>>
>> dari ustadz
>>
>> *"ikutilah apa yang telah diturunkan padamu dari tuhanmu, dan janganlah
>> kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. karena akan sangat sedikit
>> kalian mengambil pelajaran darinya"*
>>
>> orang-orang berilmu tahu bahwa taklid itu ada yang tercela dan terpuji (
>> baik ). taklid yang tercela adalah taklidnya orang-orang kafir pada para
>> pemimpinnya untuk menyembah pada selain allah. inilah yang dimaksud ayat
>> diatas tentang larangan bertaklid. ayat ini masuk pada kategori *al-'am
>> urida biha al-khas* ( umum tapi yang dimaksud makna khusus )
>>
>
> [Dani] Dari tafsir Ibnu katsir , tentang ayat al a'araf : 3 diatas
>
>
>
>
>
> قَالَ تَعَالَى مُخَاطِبًا لِلْعَالَمِ " اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ
> مِنْ رَبّكُمْ " أَيْ اِقْتَفُوا آثَار النَّبِيّ الْأُمِّيّ الَّذِي جَاءَكُمْ
> بِكِتَابٍ أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبّ كُلّ شَيْء وَمَلِيكه " وَلَا
> تَتَّبِعُوا مِنْ دُونه أَوْلِيَاء " أَيْ لَا تَخْرُجُوا عَمَّا جَاءَكُمْ
> بِهِ الرَّسُول إِلَى غَيْره فَتَكُونُوا قَدْ عَدَلْتُمْ عَنْ حُكْم اللَّه
> إِلَى حُكْم غَيْره " قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ " كَقَوْلِهِ " وَمَا أَكْثَر
> النَّاس وَلَوْ حَرَصْت بِمُؤْمِنِينَ " وَقَوْله " وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَر مَنْ
> فِي الْأَرْض يُضِلُّوك عَنْ سَبِيل اللَّه " الْآيَة .
>
>
>
> Berfirman Allah Ta'ala mengkhitabi sekalian alam, "*Ikutilah apa yang
> diturunkan kepadamu dari Tuhanmu*" yaitu ikutilah jejak Nabi yang Ummi yang
> membawa kepadamu Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhan dan Pemilik
> segala perkara, Firman Allah "*dan janganlah kamu mengikuti
> pemimpin-pemimpin selain-Nya*." Yaitu janganlah kamu keluar dari al Qur'an
> yang dibawanya itu untuk menuju ke hukum lain. Firman Allah "*Amat
> sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)*." Penggalan ini seperti
> Firman Allah "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu
> sangat menginginkannya. (Yusuf : 103)" Dan seperti Firman-Nya juga : "Dan
> jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
> mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.(al –An'am : 116)"
>
>
> Sumber :
> http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?l=arb&taf=TABARY&nType=1&nSora=7&nAya=3
>
> Maksud janganlah kamu mengikuti pemimpin selain-Nya itu adalah janganlah
> keluar dari Al Qur'an yang di bawa oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi
> wasallam, Karena Rasulullah bersabda
>
> « أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى
> هُدَى مُحَمَّدٍ »**
>
>
>
> Sebagai pendahuluan sesungguhnya *sebaik-baiknya ucapan adalah Kitab Allah
> dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shalallhu 'alaihi
> wasallam)*. HR Muslim, pada Kitab Jum'at
>
> Jadi Pemimpin adalah Al Qur'an dan as SunnahRasulullah, karena tidak akan
> sesat jika kita berpegang teguh kepada keduanya.
>
>>
>>> [Dani Lama]
>>>
>>> Abu Hurairah ra.: Nabi shalallahu 'alahi wasallam. bersabda: Allah itu
>>> memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu
>>> menghafalnya, maka dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu ganjil
>>> dan
>>> Dia menyukai yang ganjil. (Shahih Muslim No.4835)
>>>
>>>
>>> Orang awam pun bisa langsung mengerti apa maksud sabda Rasulullah
>>> tersebut
>>> diatas. Sebenarnya bukan masalah orang awam atau bukan orang awam, tapi
>>> apakah dia beriman atau tidak berimana, jika beriman tentulah harus taat
>>> kepada Allah dan Rasul-Nya
>>>
>>> *[Syahidil]*
>> Bagaimana kalau seorang awam belum tahu hadits tersebut kemudian ingin
>> tahu
>> dalil asma Allah yang sembilan puluh sembilan tersebut?
>> kemudian dijawab oleh ustadznya perkara hadits diatas juga diterangkan
>> bahwa derajat haditsnya shahih, .
>>
>
> [Dani] tersenyum... saya pikir jika ustadznya menjawab demikian, maka sang
> ustad tersebut salah menempatkan jawaban, karena yang ditanya adalah
> "*ingin
> tahu dalil asma Allah yang sembilan puluh sembilan tersebut*" maka
> seharusnya Ustadz tersebut memberitahu ini loh hadistnya. (baca: hadist
> diatas)
>
>
> *[Syahidil]*
>> Apakah orang awam tersebut belum boleh menerima pemberitahuan ustadznya
>> itu, sebelum ia menelusuri sendiri derajat hadist di kitab aslinya,
>> setelah
>> ketemu dikitab aslinya, ternyata kitab cetakan ke sekian, apakah orang
>> awam
>> ini harus menelusuri sampai rasulullah? apakah tidak bisa diterima
>> sementara
>> ia sebagai orang yang awam untuk menerima perkataan gurunya tadi?
>>
>
> [Dani] Mungkin antum salah persepsi jika demikian... tentu saja ketika dia
> menerima hadist dari ustadznya dia boleh menerimanya, masa langsung ditolak
> :), jika ditanya "apakah orang awam ini harus menelusuri sampai
> rasulullah?" jika orang yang bertanya itu, ingin meneliti hadist tersebut
> apakah hingga Rasulullah atau tidak, maka itu kembali kepadanya, apakah
> percaya saja kepada ustadznya, atau ingin meneliti hadist yang disampaikan
> oleh si ustadz.
>
>>
>>
>> *[Syahidil]*
>> kemudian yang mengetahui derajat hadits shahih dan dhoif itu siapa?
>>
>
> [Dani] Sebagaiman saya katakan sebelumnya, menentukan hadist itu dho'if
> sahih dan tidaknya, kita kembalikan kepada ahlinya dalam bidang hadist.
>
>>
>> *[Syahidil]*
>> apakah kita harus menelusuri seperti imam bukhari dan imam muslim
>> menulusuri hadits?
>>
>
> [Dani] Jika antum memiliki kemampuan untuk menelusuri, kenan tidak? itu
> berpulang kepada kita sendiri?
>
> *[Syahidil]*
>
>> dengan alasan dalam agama tidak ada orang yang benar-benar dapat dipercaya
>> kecuali Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam?
>>
>
> [Dani] Jika persepsinya demikian maka saya katakan keliru, mungkin di
> bedakan antara "Ittiba' dan Taqlid " silahkan merefer Antara "Taqlid dan
> Ittiba'
>
> Mungkin satu pertnyaan untuk antum
>
> Apa bedanya TAKQLID kepada Ulama dengan ITTIBA' kepada Ulama?
>
> Dalam hal ini contohnya Antum membawa perkataan ustadz antum ketika
> membawakan ayat Al Arraf ayat 3 diatas, dan saya membawakan Tafsir Ibnu
> katsir sebagai pembanding, maka apakah saya disebut Taqlid atau Ittiba'
> kepada Ibnu Katsir?
>
> Saya selama ini ittiba' kepada ulama bukan Taqlid.
>
>
>>
>
>
> --
> http://alhikmah.web.id/
> http://it-database.blogspot.com
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment