Wednesday, July 1, 2009

[Milis_Iqra] Re: Korelasi Antara Bid'ah dan Haram



2009/7/1 Adin R Mansur <arqamislam@gmail.com>
[Syahidil]

Karena mas Dani sudah tersenyum.. saya juga akan tersenyum membalas senyuman saudara muslim.  sementara saya sudahi sampai disini saja ya..maafkan saya ya.. semoga Allah meridhoi.

[Dani]

13b.jpg


Subhanaka Allahumma wa bihamdika asyHaduallaa ilaaHa illa anta, astgafiruka wa atubu ilaik....






2009/7/1 Dani Permana <adanipermana@gmail.com>

---CUT

"Sabda Nabi saw: (Barang siapa yang mengada-adakan dalam agama kami ini, apa-apa yang tidak ada perintahnya maka dia itu tertolak), dan dalam riwayat yang kedua (Barangsiapa yang beramal suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka dia itu tertolak).  Berkata Ahli bahasa Arab {الرد} arti kata dalam kedua hadist tersebut adalah "yang ditolak". Dan makna kata {الرد} dalam kedua hadist itu adalah "Dia itu batil tanpa batas".  Dan hadist ini merupakan kaidah yang terbesar dari kaidah-kaidah dalam Islam, dan pula  kalimah Nabi saw yang mulia. Maka sesungguhnya hadist ini menjelaskan "tertolaknya setiap perbuatan bid'ah dan sesuatu yang diciptakan". Dan dalam riwayat yang kedua adalah sebagai tambahan bahwa hadist ini sesungguhnya menentang serta dapat mengalahkan perbuatan dalam bid'ah dan menjelaskan tertolaknya setiap yang diada-adakan. Dan dapat merusakan perbuatan yang diada-adakan atau mengalahkan terhadap apa yang diada-adakan. Dan dalam hadist ini merupakan dalil bagi siapa yang berkata tentang peraturan/kaidah ushul dalam beribadah.


[Syahidil]

yang saya tangkap dari uraian anda diatas kira2 sbb:

1. Dengan membawa dalil-dalil diatas anda sudah bersu'udzon bahwa apa yang dibawa oleh ulama madzhab itu bid'ah.

[Dani] maaf Antum keliru, hal tersebut adalah contoh yang saya paparkan dari pertanyaan Antum.

[Syahidil]

2. Juga dengan dalil di atas anda bersu'udzon bahwa seorang muqallid akan menyengaja melakukan bi'dah terhadap sesuau yang belum diketahuinya.

[Dani] maaf antum juga keliru, kita sedang membahas bid'ah, hal tersebut adalah contoh yang saya paparkan dari pertanyaan Antum.

[Dani]
Jadi yang bisa memahai hadist Rasulullah adalah para ulama yang memang ahli dibidangnya, namun hal itu tidak harus menjadikan mereka seperti Tuhan yang kata-katanya harus slalu di-ikuti jika bertentang dengan Al Qur'an dan hadist, bagaimana cara mengetahui jika bertentangan, kita harus membandingkan antara dperkataan Ulama yang satu dan yang lain dalam mensyarahkan sebuah hadist, tentu saja ulama yang memang sudah dipercaya keilmuannya di bidang hadist.

 
dari ustadz

"ikutilah apa yang telah diturunkan padamu dari tuhanmu, dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. karena akan sangat sedikit kalian mengambil pelajaran darinya"

orang-orang berilmu tahu bahwa taklid itu ada yang tercela dan terpuji ( baik ). taklid yang tercela adalah taklidnya orang-orang kafir pada para pemimpinnya untuk menyembah pada selain allah. inilah yang dimaksud ayat diatas tentang larangan bertaklid. ayat ini masuk pada kategori al-'am urida biha al-khas ( umum tapi yang dimaksud makna khusus )

[Dani]  Dari tafsir Ibnu katsir , tentang ayat al a'araf : 3 diatas

 

 

قَالَ تَعَالَى مُخَاطِبًا لِلْعَالَمِ " اِتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبّكُمْ " أَيْ اِقْتَفُوا آثَار النَّبِيّ الْأُمِّيّ الَّذِي جَاءَكُمْ بِكِتَابٍ أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبّ كُلّ شَيْء وَمَلِيكه " وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونه أَوْلِيَاء " أَيْ لَا تَخْرُجُوا عَمَّا جَاءَكُمْ بِهِ الرَّسُول إِلَى غَيْره فَتَكُونُوا قَدْ عَدَلْتُمْ عَنْ حُكْم اللَّه إِلَى حُكْم غَيْره " قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ " كَقَوْلِهِ " وَمَا أَكْثَر النَّاس وَلَوْ حَرَصْت بِمُؤْمِنِينَ " وَقَوْله " وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَر مَنْ فِي الْأَرْض يُضِلُّوك عَنْ سَبِيل اللَّه " الْآيَة .

 

Berfirman Allah Ta'ala mengkhitabi sekalian alam, "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu" yaitu ikutilah jejak Nabi yang Ummi yang membawa kepadamu Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhan dan Pemilik segala perkara,  Firman Allah "dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya." Yaitu janganlah kamu keluar dari al Qur'an yang dibawanya itu untuk menuju ke hukum lain. Firman Allah "Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)."  Penggalan ini seperti Firman Allah "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf : 103)" Dan seperti Firman-Nya juga : "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.(al –An'am : 116)"


Sumber : http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?l=arb&taf=TABARY&nType=1&nSora=7&nAya=3

Maksud janganlah kamu mengikuti pemimpin selain-Nya itu adalah janganlah keluar  dari Al Qur'an yang di bawa oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Karena Rasulullah bersabda

« أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ »

 

Sebagai pendahuluan sesungguhnya sebaik-baiknya ucapan adalah Kitab Allah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad (shalallhu 'alaihi wasallam). HR Muslim, pada Kitab Jum'at 


Jadi Pemimpin adalah Al Qur'an dan as SunnahRasulullah, karena tidak akan sesat jika kita berpegang teguh kepada keduanya.

[Dani Lama]

Abu Hurairah ra.: Nabi shalallahu 'alahi wasallam. bersabda: Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu menghafalnya, maka dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu ganjil dan Dia menyukai yang ganjil. (Shahih Muslim No.4835)


Orang awam pun bisa langsung mengerti apa maksud sabda Rasulullah tersebut diatas. Sebenarnya bukan masalah orang awam atau bukan orang awam, tapi apakah dia beriman atau tidak berimana, jika beriman tentulah harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya

[Syahidil]

Bagaimana kalau seorang awam belum tahu hadits tersebut kemudian ingin tahu dalil asma Allah yang sembilan puluh sembilan tersebut?
kemudian dijawab oleh ustadznya perkara hadits diatas juga diterangkan bahwa derajat haditsnya shahih, . 

[Dani] tersenyum... saya pikir jika ustadznya menjawab demikian, maka sang ustad tersebut salah menempatkan jawaban, karena yang ditanya adalah  "ingin tahu dalil asma Allah yang sembilan puluh sembilan tersebut" maka seharusnya Ustadz tersebut memberitahu ini loh hadistnya. (baca: hadist diatas)


[Syahidil]

Apakah orang awam tersebut belum boleh menerima pemberitahuan ustadznya itu, sebelum ia menelusuri sendiri derajat hadist di kitab aslinya, setelah ketemu dikitab aslinya, ternyata kitab cetakan ke sekian, apakah orang awam ini harus menelusuri sampai rasulullah? apakah tidak bisa diterima sementara ia sebagai orang yang awam untuk menerima perkataan gurunya tadi?

[Dani] Mungkin antum salah persepsi jika demikian...  tentu saja ketika dia menerima hadist dari ustadznya dia boleh menerimanya, masa langsung ditolak :),  jika ditanya "apakah orang awam ini harus menelusuri sampai rasulullah?" jika orang yang bertanya itu, ingin meneliti hadist tersebut apakah hingga Rasulullah atau tidak, maka itu kembali kepadanya, apakah percaya saja kepada ustadznya, atau ingin meneliti hadist yang disampaikan oleh si ustadz.



[Syahidil]

kemudian yang mengetahui derajat hadits shahih dan dhoif itu siapa?

[Dani] Sebagaiman saya katakan sebelumnya, menentukan hadist itu dho'if sahih dan tidaknya, kita kembalikan kepada ahlinya dalam bidang hadist.

[Syahidil]

apakah kita harus menelusuri seperti imam bukhari dan imam muslim menulusuri hadits?

[Dani]   Jika antum memiliki kemampuan untuk menelusuri, kenan tidak? itu berpulang kepada kita sendiri?

[Syahidil]
dengan alasan dalam agama tidak ada orang yang benar-benar dapat dipercaya kecuali Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam?

[Dani] Jika persepsinya demikian maka saya katakan keliru, mungkin di bedakan antara "Ittiba' dan Taqlid " silahkan merefer Antara "Taqlid dan Ittiba'

Mungkin satu pertnyaan untuk antum

Apa bedanya TAKQLID kepada Ulama dengan ITTIBA' kepada Ulama? 

Dalam hal ini contohnya Antum membawa perkataan ustadz antum ketika membawakan ayat Al Arraf  ayat 3 diatas, dan saya membawakan Tafsir Ibnu katsir sebagai pembanding, maka apakah saya disebut Taqlid atau Ittiba' kepada Ibnu Katsir?

Saya selama ini ittiba' kepada ulama bukan Taqlid.








--
http://alhikmah.web.id/
http://it-database.blogspot.com

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment