Sunday, June 28, 2009

Re: Bls: [Milis_Iqra] Re: Apakah setiap dalil perlu penafsiran ?

Memang pada akhirnya "Rabbuna wa rabbukum, lanaa a'maluna wa lakum a'malukum, mbak Whe-en"

Untuk mengubah mind set yang pertama harus dilakukan adalah open mind and open the inner  hearth, kemudian dilanjutkan dengan we must do like to hear some think that dislike we heared (menyukai sesuatu yang tidak suka kita dengar)

Ada perkataan seorang sahabat nabi (saya lupa namanya) "Laa tandhur ila man qaala wa andhur ila ma qaala" = jangan melihat dari siapa yang bicara tapi dengar apa yang dibicarakan"

2009/6/29 Whe~en (gmail) <whe.en9999@gmail.com>
Saya tidak bermaksud mengajari Ahen atau bagaimana........... biar ga salah sangka dulu :-D
1.  Setahu saya yang sesuai syariat, kalimat tahlil bisa diucapkan kapan saja waktunya,umum waktunya,  nach jika Ahen  menjadikannya khusus baik jumlahnya waupun waktunya yaitu sesudah kematian seseorang, inilah yang saya tanyakan, menyalahi aturan syariat tidak?
karena Rasulullah kan sudah bersabda bahwa apa yang mendekatkan diri ke surga dan menjauhkan diri dari neraka semua sudah dijelaskan,
Kalau kalimat tahlil ini maksudnya untuk mendekatkan diri ke surga, jadi pastinya sudah diatur kan?
pasti ada aturannya kan?
kalau tidak ada aturannya apakah tidak jatuh dalam mengada adakan hal baru dalam agama dalam hal ini bid'ah?
:-D tidak perlu dijawab kepada saya, silahkan jawab kepada diri sendiri saja Ahen, saya tidak ingin memperpanjang perdiskusian.
Cukup bagi saya pernyataan rekan - rekan:
a.  Bahwa tahlil tidak ada di jaman nabi, nabi tidak melakukannya, baik dalam hal jumlah maupun harinya.
b.  Bahwa penentuan hari tahlil 7,40, 100 hari setelah kematian adalah kebiasaan, bukan syariat
 
(Kedua dalil tidak perlu saya ulangi menulisnya yach?)
 
ketika Allah memerintahkan untuk mentaati Allah dan Rasulnya, saya yakin koq, sebenarnya 2 buah pernyataan diatas sudah cukup untuk menghentikan perdiskusian.  Tapi saya bingung, apa lagi yang dicari? 
 
2.  Semoga memang benar bahwa perdebatan ini mencari ilmu, cuma saya jadi bertanya, setelah ilmu ilmu anda keluarkan semua, untuk apa ilmu itu?
Allah akan meminta pertanggungjawaban dari kita semua dalam segala hal, juga dalam hal ilmu, sudah diamalkan apa belum, dsb.
Jika dua belah pihak sudah tahu dalil mana yang shahih mana yang tidak, trus apa akhirnya?
apakah dalil yang shahih yang akan diikuti, atau sekedar saling berdiskusi?
 
Jika ada yang bilang bahwa merubah mind set itu susah, memang susah, tapi tergantung dari masing2 pribadi.
Dulu, ketika saya masih kecil, keluarga besar saya seperti layaknya keluarga feodal.  Jauh dari nilai2 Islam sesungguhnya,  masih tercampur tradisi.  tahlilan, tahlilan sambil nyadran, dsb.
  
Seiring berjalannya waktu, nilai2 Islam masuk di keluarga besar saya,  Tahlilan, yasinan, dsb
Sampai saya remaja bahkan beberapa tahun belakangan, Tahlilan dan Yasinan masih mewarnai keluarga besar saya.  Saat lebaran kumpulan trah-pun ada tahlilan.
Bahkan pada saat itu, mungkin sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu, saya sempat berfikir, betapa bangganya jika suami saya nanti bisa memimpin tahlilan seperti om saya yang lagi memimpin tahlilan di acara halal bihalal :-D (Alhamdulillah tidak terjadi)
 
Alhamdulillah ketika generasi berganti, yang muda menggantikan yang tua,  Semakin banyaknya yang naik haji, niat untuk dekat dengan Allah lebih besar, tahlilan bahkan menjadi sesuatu yang dihindari akhir akhir ini.
Tidak mudah memang, apalagi memilih meninggalkan tradisi ditengah keluarga besar yang begitu kental adatnya.  Toch terjadi juga.
Dan semua tidak lepas dari open minded saudara2 saya.
Susah sudah pasti, menjadi omongan sana sini, dsb. :-D
lebih mudah saya yang dari remaja hidup jauh dari rumah, bisa memilih mana prinsip saya tanpa menemui hambatan.
 
Yang saya jelaskan tadi adalah betapa mudahnya jika kita membuka diri.  Tidak menganggap bahwa kitalah yang selalu benar sehingga tidak ada kebenaran lain. 
 
Semoga Allah selalu meluruskan niat kita dalam mancari Ilmu Allah.
Demikian dari saya.  maaf jika kurang berkenan  Terimakasih.
 
 
 
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
 
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
----- Original Message -----
From: Ndy Ndy212
Sent: Friday, June 26, 2009 5:05 PM
Subject: Re: Bls: [Milis_Iqra] Re: Apakah setiap dalil perlu penafsiran ?

kan katanya itu tidak ada yang menetapkan, lalu kenapa di sebut syariat ? Kalau bagi saya sendiri (bukannya tidak konsisten, saya sendiri masih harus banyak belajar) bisa berpegang pada ayat yg disebutkan tadi ttg keutamaan zikir yg bisa dilakukan siang ataupun malam, karena merupakan kebiasaan selama ini ya diikuti saja (bukan dari segi bacaan apalagi dalil, hanya waktu saja, ingat, hanya waktu saja) kebetulan ditentukan di hari ke 7,40,100, dsb. Sementara ini yg bisa saya jawab Mbak. Saya berdiskusi ini ingin menambah ilmu, dgn adanya diskusi ini, terus terang ilmu saya jadi bertambah.Alhamdulillahirobbil 'alamiin.

Pada 26 Juni 2009 16:55, Whe~en (gmail) <whe.en9999@gmail.com> menulis:
 




--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment